Haryanto (pengusaha)
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Kopral Kepala (Purn.) H. Haryanto atau akrab disapa Pak Haji Haryanto (lahir 17 Desember 1959) adalah seorang Purnawirawan TNI Angkatan Darat dan sekaligus merupakan pengusaha Indonesia. Ia merupakan pendiri PO Haryanto, salah satu perusahaan bus antarkota di wilayah Muria Raya.
Haryanto | |
---|---|
Lahir | 17 Desember 1959 Kudus, Jawa Tengah |
Pekerjaan | Pengusaha |
Dikenal atas | Pendiri dan Pemilik PO Haryanto |
Suami/istri |
|
Anak | 3 |
Karier militer | |
Pengabdian | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Lama dinas | 1979—2000 |
Pangkat | Kopral Kepala |
Kesatuan | Artileri Pertahanan Udara |
Almamater | Secata PK (1979) |
Kehidupan awal
suntingMasa kecil
suntingH. Haryanto lahir sebagai anak ke-6 dari 11 bersaudara dari pasangan Muhammad Sipan dan Sutami. Meski menjadi anak yang keenam, H. Haryanto merupakan anak laki-laki tertua dalam keluarganya.[1]
H. Haryanto dibesarkan dalam keluarga yang sederhana. Ia paham betul bagaimana perjuangan kedua orangtuanya dalam menafkahi keluarganya. Ayahnya hanyalah buruh tani serabutan yang terkadang memiliki pekerjaan sambilan berupa memisahkan daging dan tulang ikan di pasar. Sedangkan ibunya hanyalah pedagang kecil. Sebagai anak laki-laki tertua dalam keluarga, mau tidak mau H. Haryanto harus ikut membantu orangtuanya menyambung hidup. Semasa sekolah dasar ia harus mencari rumput untuk dijual terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Rumput itulah yang kelak akan ditukar dengan nasi untuk dimakan bersama keluarganya.[1]
Masa remaja
suntingKegiatan tersebut dilakukan sampai dirinya lulus dari sekolah menengah pertama pada tahun 1974. Setelah itu, H. Haryanto melanjutkan sekolahnya menuju Sekolah Teknik Negeri, setara dengan sekolah menengah kejuruan teknik pada masa kini. Di masa sekolah teknik inilah H. Haryanto memiliki impian untuk menjadi tentara. Untuk mewujudkan impiannya, ia melakukan apapun, termasuk berjualan es lilin keliling. Hasil berjualan es diberikan kepada orang tuanya untuk kebutuhan keluarga.[1]
Karier militer
suntingSelepas lulus dari Sekolah Teknik Negeri pada tahun 1977, H. Haryanto sebenarnya ingin melanjutkan cita-citanya menjadi tentara. Namun, ekonomi keluarga menjadi penghalang. Ia baru bisa mewujudkan impian tersebut pada tahun 1979, dimana ia mendaftar di Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad milik TNI Angkatan Darat yang terletak di Tangerang, dan diterima. Ia juga mendapatkan beasiswa sekolah di Bandung untuk dilatih jadi pengemudi kendaraan yang khusus mengangkut kendaraan senjata berat seperti tank.
Pada tahun 1978, ia mengikuti pendidikan Secata di Gombong, Kebumen. dari pendidikan tersebut, ia mendapat kenaikan pangkat yang mulanya prajurit dua menjadi prajurit satu. Karier militernya berakhir pada tahun 2000, dimana ia memutuskan pensiun dini dengan pangkat terakhirnya yaitu Kopral Kepala.[1]
Kehidupan setelah menikah
suntingSetelah menikah dengan Suheni pada tahun 1982, H. Haryanto nekat membawa istrinya untuk mengontrak. Mereka hidup dengan sederhana sampai pada akhirnya anak pertama mereka (Rian Mahendra) lahir pada tahun 1983. Melihat gajinya yang pas-pasan, ia pun harus memutar otak agar punya penghasilan tambahan. Hingga H. Haryanto memutuskan setiap pulang dinas, ia kerja jadi sopir angkutan kota. Ia juga sempat menjadi beberapa perwakilan agen perusahaan-perusahaan bus yang bertujuan ke Jawa Tengah.[1]
Usaha Transportasi
suntingBisnis angkutan kota
suntingSetelah anak keduanya (Agus Hartopo) lahir pada tahun 1984, H. Haryanto nekat membeli sebuah mobil bekas angkutan kota, dengan uang Rp 750 ribu yang dijadikan uang muka. Dalam setahun, mobil tersebut sudah lunas. Dan di tahun berikutnya, H. Haryanto kembali membeli mobil angkutan kota. Di tahun 1987, bisnis angkutan kota miliknya berkembang pesat sehingga ia bisa mendirikan ruang pamer mobil angkutan kota miliknya sendiri.[1]
Mendirikan perusahaan bus
suntingPada tahun 1998, Indonesia krisis moneter. Pada saat itu, banyak angkot yang dijual murah. Saat itu dia membeli banyak mobil angkutan kota. Di tahun yang sama, sebagian besar angkotnya dijual untuk dibelikan lima bus trayek Cikarang-Tangerang. Perusahaan tersebut diberi nama "PO Haryanto", sesuai nama yang dimilikinya[1]. Kini, bisnis transportasi bus tersebut dikelola bersama-sama dengan ketiga anaknya.
Kehidupan pribadi
suntingH. Haryanto menikah dengan Suheni pada tahun 1982. Dari pernikahannya dengan Suheni, H. Haryanto dikarunai 3 anak (Rian Mahendra, Agus Hartopo, Dewi Tri Cahyani) dan 9 cucu.[2] Suheni wafat pada tahun 2014.
Beberapa tahun kemudian, H. Haryanto kembali menikah dengan Nurhana, seniman campursari kenamaan asal Boyolali, dimana usia mereka terpaut 19 tahun.[3]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c d e f g "Lahir di Keluarga Sederhana, Haryanto Kecil Harus Cari Rumput Untuk Ditukar dengan Nasi" Diarsipkan 2023-04-18 di Wayback Machine.. Diakses 1 April 2022.
- ^ Info Seputar Kudus: Di Balik Suksesnya Anak Petani yang punya 150 Armada Bus Diarsipkan 2023-04-18 di Wayback Machine., diakses 1 April 2022
- ^ grid.id: 250 Armada Berjejer di bawah Komandonya, Intip Biodata Haryanto Sang Raja Bus Indonesia-Pensiunan TNI Yang Jadi Sorotan Usai Bertemu Letjen Doni Monardo Diarsipkan 2023-04-18 di Wayback Machine., diakses 1 April 2022