Film meraup penghasilan dari berbagai media, antara lain bioskop, video rumahan (kaset), hak penyiarantelevisi, dan pernak-pernik. Namun, penghasilan box office bioskop merupakan acuan utama industri dalam menilai kesuksesan sebuah film. Alasannya, data bioskop lebih mudah diakses daripada data penjualan kaset dan hak siar. Selain itu, industri perfilman sudah biasa memakai data bioskop. Artikel ini berisi daftar film peraih box office tertinggi (berdasarkan nilai riil versus nominal penghasilannya), daftar film berpenghasilan tertinggi berdasarkan tahun kalender, urutan peralihan rekor film berpenghasilan tertinggi, dan daftar seri film berpenghasilan tertinggi. Semua daftar diurutkan berdasarkan penghasilan box office bioskop internasional (apabila ada datanya) tanpa menghitung hasil penjualan kaset, hak siar, dan pernak-pernik.
Meski prestasi sebagian besar film tahun 1960-an dan 1970-an terkikis oleh inflasi, masih ada seri film zaman itu yang dilanjutkan sampai sekarang. Selain seri Star Wars dan Superman, film-film James Bond dan Star Trek masih dirilis secara rutin; keempat judul tersebut merupakan seri-seri film berpenghasilan tertinggi. Beberapa film lama yang memegang rekor film berpenghasilan tertinggi masih mempertahankan rekornya menurut standar masa kini, tetapi secara nominal dikalahkan oleh film-film top masa kini yang mendulang hasil dari naiknya harga tiket penonton. Apabila disesuaikan dengan inflasi, secara komparatif, Gone with the Wind—pemegang rekor film berpenghasilan tertinggi selama 25 tahun—masih merupakan film berpenghasilan tertinggi sepanjang masa. Semua penghasilan di daftar ini memakai kurs dolar Amerika Serikat dalam nilai nominal, kecuali penghasilan yang diberi keterangan tambahan.
Dengan penghasilan box office global lebih dari $2,790 miliar, Avengers: Endgame menjadi film "berpenghasilan tertinggi", tetapi klaim ini biasanya hanya mengacu kepada penghasilan dari bioskop tanpa menghitung hasil penjualan kaset dan hak siar televisi (porsinya cukup besar dalam total penghasilan film). Apabila hasil penjualan kaset juga dihitung, film mana yang paling sukses tidak bisa langsung ditentukan. Titanic meraup $1,2 miliar dari penjualan dan penyewaan video dan DVD,[1] ditambah $2,2 miliar dari hasil penjualan tiket. Meski total hasil penjualan Avatar belum diketahui, film ini mendapatkan $345 juta lewat penjualan 16 juta keping DVD dan Blu-ray di Amerika Utara[2] dengan total penjualan 30 juta keping DVD dan Blu-ray di seluruh dunia.[3] Apabila hasil penjualan kaset dihitung, dua film ini masing-masing meraup lebih dari $3 miliar. Hak penyiaran televisi juga berkontribusi besar terhadap penghasilan film. Penjualan hak siar televisi ditambah hasil sewa film (pay-per-view) biasanya setara dengan 20–25% penghasilan box office;[4]Titanic mendapatkan $55 juta dari hak siar NBC dan HBO,[1] setara dengan 9% penghasilan kotornya di Amerika Utara.
Apabila sebuah film sangat mudah dieksploitasi sebagai barang komersial, penghasilan tambahannya bisa mengalahkan hasil penjualan langsung.[5]The Lion King menghasilkan lebih dari $2 miliar lewat pemutaran bioskop dan penjualan kaset,[6] tetapi dikalahkan oleh $6 miliar yang dihasilkan lewat pemutaran adaptasi musikalnya di bioskop-bioskop di seluruh dunia.[7]Pernak-pernik juga sangat menguntungkan: The Lion King mendapatkan $3 miliar lewat penjualan pernak-pernik,[8] sedangkan Cars—$462 juta lewat pemutaran bioskop dan dianggap biasa saja bila dibandingkan dengan film Pixar lainnya[9]—meraup lebih dari $8 miliar lewat penjualan pernak-pernik di seluruh dunia lima tahun setelah dirilis tahun 2006.[10][11] Pixar mencetak rekor lagi melalui Toy Story 3, film yang menghasilkan hampir $10 miliar lewat penjualan pernak-pernik ditambah $1 miliar dari pemutaran bioskop.[12]
Di daftar ini, film diurutkan berdasarkan penghasilan dari pemutaran bioskop dalam nilai nominal dan peringkat tertinggi yang dicapai. Secara keseluruhan, 39 film meraup lebih dari $1 miliar di seluruh dunia, lima di antaranya meraup lebih dari $2 miliar, dipuncaki oleh Avengers: Endgame. Semua film ditayangkan (dan ditayangkan ulang) di bioskop pada abad ke-21. Film-film yang tidak diputar pada abad tersebut tidak masuk daftar karena terkena inflasi harga tiket. Jumlah penduduk dan tren membeli tiket tidak dipertimbangkan.
Latar berwarna berarti film masih diputar satu pekan sejak 14 Mei 2024 di bioskop di seluruh dunia.
FBox Office Mojo tidak lagi memperbarui total penghasilan utama Frozen pada bulan Agustus 2014, padahal masih diputar. Total yang dicantumkan di sini mencakup penghasilan di Jepang, Nigeria, Spanyol, Britania Raya, dan Jerman hingga akhir 2015, tetapi tidak mencakup penghasilan di Turki, Islandia, Brasil, dan Australia (2016) yang mencapai sekian ratus ribu dolar. Film ini ditayangkan ulang di Britania Raya pada Desember 2017; Olaf's Frozen Adventure meraup $2,3 juta lagi di negara itu. Totalnya dibulatkan menjadi $1 juga karena memperhitungkan ketidakakuratan angka. F8Penghasilan kotor The Fate of the Furious diambil dari BoxOffice alih-alih sumber utama daftar ini, Box Office Mojo, karena ada anomali dalam jumlah Box Office Mojo. Penurunan total hasil mingguan di beberapa negara—paling parah di Argentina—memicu penurunan total global.[14] Karena ada dugaan anomali di sumber, daftar ini juga menyertakan angka alternatif. TS3Box Office Mojo merevisi penghasilan kotor film-film Pixar pada Agustus 2016. Karena itu, penghasilan kotor Toy Story 3 dikoreksi dari $1,063 miliar menjadi $1,067 miliar.[15][16] Artinya, film ini menempati posisi #4 pada akhir masa rilisnya, bukan #5, sesuai yang tercantum dalam sumber. PSAngka Harry Potter and the Philosopher's Stone adalah penghasilan box office dini yang pada tahun 2001 merupakan angka tertinggi kedua setelah Titanic. Angka Jurassic Park lebih tinggi daripada angka Harry Potter and the Philosopher's Stone karena ditambah hasil penayangan ulang 3-D tahun 2013. DM2Disney merilis perbaikan penghasilan kotor The Lion King dari $987,5 juta menjadi $968,5 juta.[17] Artinya, Despicable Me 2 naik satu tingkat pada akhir masa rilisnya.
Film berpenghasilan tertinggi sesuai inflasi
Karena dampak inflasi berjangka panjang, terutama kenaikan pesat harga tiket bioskop, daftar yang tidak disesuaikan dengan inflasi lebih memihak kepada film-film baru.[18] Daftar yang belum disesuaikan, sering dijumpai di media massa, tidak berguna apabila ingin membandingkan film-film yang rentang tahunnya jauh. Karena itu, banyak film-film lama yang tidak muncul lagi di daftar modern yang belum disesuaikan, padahal pendapatan komersialnya lebih tinggi apabila disesuaikan dengan kenaikan harga tiket.[19] Untuk menutup penurunan nilai mata uang (devaluasi), beberapa tabel menyesuaikan datanya dengan inflasi. Namun, penyesuaian inflasi pun tidak sepenuhnya mengatasi masalah ini karena harga tiket dan inflasi tidak selalu sejalan. Contohnya, pada tahun 1970, harga tiket adalah $1,55, sekitar $6,68 menurut nilai dolar 2004 sesuai inflasi; pada tahun 1980, harganya naik menjadi $2,69, turun menjadi $5,50 menurut nilai dolar 2004 sesuai inflasi.[20] Harga tiket juga naik mengikuti variasi inflasi di berbagai negara sehingga mempersulit penyesuaian penghasilan kotor global.[18]
Hambatan lain adalah perilisan film dalam berbagai format dengan harga tiket yang berbeda. Contohnya, Avatar dirilis dalam format 3D dan IMAX: hampir dua per tiga tiket film ini berasal dari penayangan 3D dengan harga rata-rata $10, sedangkan seperenam lainnya berasal dari penayangan IMAX dengan harga rata-rata di atas $14.50, berbeda dengan harga rata-rata $7,61 untuk penayangan 2D tahun 2010.[21] Faktor sosial dan ekonomi seperti perubahan jumlah penduduk[22] dan pertumbuhan pasar internasional[23][24][25] turut memengaruhi jumlah orang yang membeli tiket bioskop, demografi penonton (beberapa film menjual lebih banyak tiket diskon untuk anak-anak), atau kelarisan/popularitas film di kota-kota besar yang harga tiketnya lebih mahal.[19]
Sistem pengukuran keberhasilan sebuah film didasarkan pada penghasilan kotor tanpa penyesuaian. Alasannya, sistemnya memang seperti ini dari dulu mengikuti praktik industri perfilman: hasil penjualan tiket dihitung per bioskop dan diteruskan ke distributor, kemudian distributor merilis totalnya ke media massa.[26] Beralih ke sistem yang lebih adil yang menghitung penjualan tiket alih-alih hitungan kotor belum tentu cocok karena satu-satunya data yang tersedia untuk film lama adalah total penjualan tiket.[22] Karena industri perfilman semakin mengutamakan pemasaran film-film yang baru dirilis, angka tanpa penyesuaian selalu dipakai di iklan-iklan supaya film blockbuster baru bisa meningkatkan penjualannya secara pesat dan merebut gelar "film top sepanjang masa".[20][27] Karena itu, sedikit sekali alasan untuk beralih ke sistem yang lebih ajeg dari sudut pandang pemasaran maupun pemberitaan.[26]
Meski ada penyesuaian inflasi agak menyulitkan, sejumlah pihak berusaha melakukannya. Perkiraan bergantung kepada indeks harga yang dipakai untuk menyesuaikan penghasilan kotor,[27] lalu nilai tukar yang dipakai untuk menukarkan mata uang juga dapat memengaruhi penghitungan, keduanya dapat memengaruhi peringkat akhir dalam daftar yang sesuai inflasi. Gone with the Wind—pertama dirilis tahun 1939—diakui secara luas sebagai film tersukses sepanjang masa. Pada tahun 2014, Guinness World Records memeprkirakan penghasilan kotor globalnya sesuai inflasi mencapai $3,4 miliar. Perkiraan penghasilan kotor sesuai inflasi Gone with the Wind sangat bervariasi; pemiliknya, Turner Entertainment, memperkirakan penghasilan sesuai inflasinya $3,3 miliar pada 2007, beberapa tahun sebelum Guinness;[28] perkiraan lainnya mencantumkan antara dua angka tersebut, ada yang mencantumkan kurang dari $3 miliar tahun 2010,[29] dan ada yang mencantumkan $3,8 miliar tahun 2006.[30] Film pesaing Gone with the Wind bergantung kepada angka yang digunakan: Guinness meletakkan Avatar di peringkat kedua dengan penghasilan $3 miliar, sedangkan perkiraan lain meletakkan Titanic di peringkat kedua dengan penghasilan penayangan perdnaa global hampir $2,9 miliar menurut harga tahun 2010.[29]
film masih diputar di bioskop di seluruh dunia satu pekan sejak 14 Mei 2024.
Film berpenghasilan tertinggi hingga 2019[update] sesuai inflasi[31][Inf]
InfPenyesuaian inflasi menggunakan indeks harga konsumen negara-negara maju versi Dana Moneter Internasional.[32] Indeks ini digunakan secara seragam ke semua penghasilan kotor di daftar Guinness World Records tahun 2014, dimulai dengan indeks 2014. Angka di tabel di atas mempertimbangkan inflasi tahun 2014 dan seterusnya.
TTotal penghasilan sesuai inflasi Titanic menurut Guinness naik $102.000.000 antara edisi 2012 (terbit tahun 2011) dan edisi 2015, kenaikan sebesar 4,2% diterapkan ke total penghasilan sesuai inflasi lainnya di tabel di atas dan tidak menghitung penghasilan kotor dari penayangan ulang 3D tahun 2012.[33][31] Tabel ini menyertakan penghasilan kotor sebesar $343.550.770 dari penayangan ulang dan menyesuaikan inflasinya dari indeks tahun 2014.[34] Penghasilan Titanic bertambah $691.642 setelah penayangan ulang terbatas dalam rangka ulang tahun ke-20 tahun 2017, tetapi angkanya tidak dihitung dalam total penghasilan sesuai inflasi.[35]
AEKarena Avengers: Endgame dirilis tahun ini, penghasilan kotornya tidak mengalami penyesuaian inflasi.
Sebelum 2000, hanya tujuh seri film yang berpenghasilan kotor di atas $1 miliar di box office: James Bond,[36]Star Wars,[37]Indiana Jones,[38]Rocky,[39][40][41]Batman,[42]Jurassic Park,[43] dan Star Trek.[44] Sejak pergantian abad ke-21, jumlahnya naik menjadi lebih dari 50 (tidak termasuk film top tunggal seperti Avatar, Titanic, dan Frozen).[45] Ini dipicu oleh inflasi dan pertumbuhan pasar serta penerapan model berseri oleh Hollywood: film-film yang temanya sudah dikenal duluan oleh publik, misalnya diangkat dari karya sastra ternama atau tokoh yang sudah lengkap kisahnya. Metodologinya berlandaskan pandangan bahwa film-film yang berkaitan dengan sesuatu yang familier di mata publik akan lebih mudah dipasarkan. Karena itu, film-film seperti ini diberi julukan "pre-sold" (film yang sudah terjual duluan) oleh kalangan industri perfilman.[46]
Seri film sedikitnya terdiri atas dua karya yang berasal dari satu kekayaan intelektual (produk). Biasanya, karya tersebut sejalan dengan produknya, tetapi tidak selalu harus seperti itu. Konsep yang masih bertahan dalam model seri ini adalah crossover (percampuran lintas cerita). Crossover bisa diartikan "cerita yang mempertemukan tokoh atau konsep dari dua teks/seri teks atau lebih".[47]Crossover memungkinkan suatu produk dimanfaatkan oleh lebih dari satu seri film. Misalnya, Batman v Superman: Dawn of Justice tidak semata-mata bagian dari seri Batman dan Superman, tetapi juga bagian dari DC Extended Universe, sebuah jagat bersama (shared universe). Jagat bersama adalah jenis crossover yang memungkinkan beberapa karakter dari berbagai macam karya fiksi menghuni dunia fiksi yang sama.[48] Jagat bersama yang paling sukses dalam perfilman adalah Marvel Cinematic Universe, percampuran beberapa produk pahlawan super milik Marvel Comics. Marvel Cinematic Universe juga merupakan seri film berpenghasilan tertinggi dengan total lebih dari $22 miliar di box office.
Film-film Star Wars adalah seri berpenghasilan tertinggi yang diangkat dari satu kekayaan intelektual/produk dengan total penghasilan lebih dari $9 miliar di box office (tetapi film-film James Bond produksi Eon meraup lebih dari $18 miliar apabila disesuaikan dengan harga saat ini[50]). Apabila penghasilan tambahan dari pernak-pernik juga dihitung, maka Star Wars adalah kekayaan intelektual paling benilai;[51]Star Wars memegang rekor dunia Guinness sebagai "seri pernak-pernik film tersukses" dengan nilai £19,51 miliar pada tahun 2012 (sekitar $30 miliar).[52][53] Marvel Cinematic Universe adalah seri dengan jumlah film berpenghasilan kotor >$1 miliar terbanyak (8 film). Empat film Avengers merangkai satu-satunya seri yang setiap filmnya berpenghasilan kotor lebih dari $1 miliar. Avengers juga merupakan satu-satunya seri yang penghasilan rata-ratanya lebih dari $1 miliar per film. Namun, penghasilan rata-rata seri Star Wars, Pirates of the Caribbean, Jurassic Park, dan Finding Nemo, film-film Harry Potter, dan adaptasi Middle-earth oleh Peter Jackson mencapai lebih dari $1 miliar sesuai inflasi.[46][54]
sedikitnya satu film dalam seri ini masih diputar satu pekan sejak 14 Mei 2024.
^Vogel, Harold L. (2010). Entertainment Industry Economics: A Guide for Financial Analysis. Cambridge University Press. hlm. 224. ISBN978-1-107-00309-5. Most pictures would likely receive 20% to 25% of theatrical box office gross for two prime-time network runs.
^Glenday, Craig, ed. (2011). Гиннесс. Мировые рекорды [Guinness World Records] (dalam bahasa Russian). Diterjemahkan oleh Andrianov, P.I.; Palova, I.V. (edisi ke-2012). Moscow: Astrel. hlm. 211. ISBN978-5-271-36423-5.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Sebelum Spectre dirilis tahun 2015, penghasilan kotor seri James Bond kurang lebih $17,7 miliar sesuai harga tahun 2015;[49] setelah menghitung hampir $900 juta dari Spectre, seri ini mendapatkan sedikitnya $18,6 miliar sesuai inflasi.
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama jp
^ abKrämer, Peter (1999). "Women First: Titanic, Action-Aventure Films, and Hollywood's Female Audience". Dalam Sandler, Kevin S.; Studlar, Gaylyn. Titanic: Anatomy of a Blockbuster. Rutgers University Press. hlm. 108–131. ISBN9780813526690. p. 130: The list has Jurassic Park at number one with $913 million, followed by The Lion King...
Block, Alex Ben; Wilson, Lucy Autrey, ed. (2010). George Lucas's Blockbusting: A Decade-by-Decade Survey of Timeless Movies Including Untold Secrets of Their Financial and Cultural Success. HarperCollins. ISBN9780061778896.
Finler, Joel Waldo (2003). The Hollywood Story. Wallflower Press. ISBN978-1-903364-66-6.