Dodo

burung yang tidak dapat terbang yang sudah punah dan hidup di Pulau Mauritius
Revisi sejak 3 Maret 2023 11.30 oleh Dedhert.Jr (bicara | kontrib) (sembunyikan dulu untuk sementara karena belum jelas akurat sumbernya dan letak bagiannya)

Dodo (Raphus cucullatus) adalah burung yang tak dapat terbang yang pernah hidup di Pulau Mauritius. Kerabat burung ini yang paling dekat adalah Fernando Gregorius, yang juga sudah punah. Kerabat terdekat burung ini yang masih lestari adalah Merpati Nicobar.[1][2] Burung ini memiliki tinggi sekitar satu meter, pemakan buah-buahan, dan bersarang di tanah.

Dodo
Periode Holosen
Raphus cucullatus

Status konservasi
Punah
IUCN22690059
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumChordata
KelasAves
OrdoColumbiformes
FamiliRaphinae
GenusRaphus
SpesiesRaphus cucullatus
Linnaeus, 1758
Tata nama
Sinonim takson
  • Struthio cucullatus Linnaeus, 1758
  • Didus ineptus Linnaeus, 1766
Distribusi

EndemikMauritius Island

Dodo punah antara pertengahan sampai akhir abad ke-17. Kepunahannya sering dijadikan arketipe karena terjadi dalam sejarah manusia dan akibat aktivitas manusia.

Etimologi

Tidak jelas dari mana kata dodo berasal, tetapi kemungkinan kata tersebut berhubungan dengan dodaars, bahasa Belanda untuk sejenis bebek. Ada hubungan antara keduanya karena kemiripan bulu di kakinya atau karena kedua binatang ini kaku. Bagaimanapun, orang Belanda juga diketahui menyebut unggas dari Mauritius ini dengan walghvogel (unggas yang membuat mual) karena rasanya. Nama terakhir ini digunakan pertama kali dalam jurnal dari laksamana Wybrand van Warwijck yang mengunjungi dan memberi nama Mauritius tahun 1598. Dodo atau Dodaerse kembali tercatat dalam jurnal kapten Willem van West-Zanen.[3] Penulis asal Inggris Sir Thomas Herbert pertama kali menggunakan kata dodo dalam buku perjalanan 1634 miliknya yang menyebutkan bahwa kata itu disebutkan orang Portugis, saat mengunjungi Mauritius di tahun 1507.[4]

Menurut Kamus Encarta dan Kamus Etimologi Chambers, "dodo" berasal dari bahasa Portugis doudo (sekarang doido) berarti "bodoh" atau "gila".[5] Namun, istilah Portugis untuk burung itu sekarang, dodô, berasal dari bahasa Inggris. Kata doudo atau doido di bahasa Portugis sendiri kemungkinan berasal dari bahasa Inggris lama ("dolt"). Kemungkinan lain adalah bahwa dodo merupakan onomatope dari bunyi burung itu sendiri, bunyi yang mirip burung merpati 'doo-doo'.[6]

Biologi

Morfologi dan ketidakmampuan terbang

 
Gambar dodo oleh Jan Savery tahun 1651 berdasar pada lukisan Roelant Savery tahun 1626, dibuat dari spesimen yang diisi. Pada gambar, dodo mempunyai dua kaki kiri dan burung itu tampak kegemukan di tempat penangkapannya.

Dodo memiliki bulu berwarna keabu-abuan, paruh sepanjang 23 cm dengan ujung bengkok, sayap yang sangat kecil, kaki kuning yang kokoh, dan seberkas bulu keriting di bagian ujung belakangnya. Dodo adalah unggas yang sangat besar, dengan berat sekitar 23 kg. Tulang dadanya tidak bisa menunjangnya untuk terbang; burung yang hidup di tanah ini berevolusi dengan memanfaatkan ekosistem pulau Mauritius yang tidak memiliki makhluk yang dapat memangsanya.[7] Gambaran tradisional dari dodo adalah burung yang gemuk dan canggung, tetapi pandangan ini telah dipertentangkan sekarang. Pendapat umum dari ilmuwan sekarang adalah bahwa lukisan lama itu menunjukkan spesimen yang ditangkap dan diberi makan terlalu banyak.[8] Karena Mauritius memiliki musim kering dan basah, dodo kemungkinan menggemukkan diri dengan buah matang di akhir musim penghujan untuk bisa selamat melalui musim kemarau saat langka makanan; laporan kontemporer menyebutkan burung ini memiliki selera makan yang "rakus". Oleh karena itu, dalam penangkapan, akan sangat mudah mengalami kebanyakan makan.[butuh rujukan]

Makanan

Pohon tambalacoque, juga dikenal sebagai "pohon dodo", dihipotesiskan Stanley Temple telah dimakan oleh Dodo, dan hanya melalui pencernaan dodo benih buah-buahan ini bisa tumbuh; ia menegaskan bahwa tambalacocque sekarang hampir punah karena ketiadaan dodo. Ia memaksa agar tujuh belas buah-buahan ini dimakan kalkun liar dan tiga di antaranya bisa berkecambah. Dalam penelitiannya, Temple tidak berupaya menumbuhkan benih dari buah-buahan lainnya sebagai kontrol yang tidak diberikan pada kalkun sehingga dampak pemberian buah-buahan kepada kalkun jadi tidak jelas. Temple juga tidak memperhatikan laporan penelitian tentang pengecambahan benih tambalacoque oleh A. W. Hill tahun 1941 dan H. C. King tahun 1946, yang menemukan bahwa benih itu bisa tumbuh, walau sangat jarang, tanpa dimakankan pada unggas.[9][10][11][12]

Kepunahan

 
Dodo (Abad ke-17)

Dodo adalah burung yang tidak takut pada manusia, dan ditambah ketidakmampuannya untuk terbang, membuatnya menjadi mangsa yang mudah ditangkap.[13] Orang yang mendarat di Mauritius memakan burung ini. Namun, banyak jurnal melaporkan rasa dodo tidak enak dan dagingnya yang keras, sementara spesies lokal lainnya seperti Rail Merah enak rasanya. Umumnya dipercaya bahwa pelaut Melayu menghargai burung ini dan membunuhnya hanya untuk menggunakannya sebagai hiasan kepala dalam upacara keagamaan.[14] Manusia pertama yang mendatangi Mauritius membawa binatang baru, seperti anjing, babi, kucing, tikus, dan kera pemakan kepiting yang menghancurkan sarang dodo, sementara manusia menghancurkan hutan tempat dodo tinggal.[15] Kini, dampak dari binatang-binatang itu—terutama babi dan kera—pada kepunahan dodo dianggap lebih berpengaruh dibanding pengaruh dari perburuan. Ekspedisi tahun 2005 menemukan banyak binatang yang mati akibat banjir. Kematian massal demikian makin menyulitkan bagi spesies yang sudah terancam punah.[16]

Walaupun banyak laporan tentang pembunuhan massal dodo untuk bekal makanan dalam kapal, penemuan arkeologis sampai sekarang kurang mendapatkan bukti dari adanya manusia yang memangsa burung ini. Tulang belulang dari setidaknya dua dodo ditemukan dalam gua di Baie du Cap yang digunakan sebagai tempat berlindung buronan budak dan narapidana pada abad ke-17, tetapi karena tempat itu terisolasi di ketinggian, daerah itu sukar dicapai oleh dodo.[17]

 
Kemungkinan gambar dodo terawal yang akurat (1601–1603).

Ada kontroversi seputar waktu kepunahan dodo. Robert dan Solow menyatakan bahwa "kepunahan Dodo adalah saat terlihat terakhir tahun 1662, seperti dilaporkan oleh pelaut Volkert Evertsz" (Evertszoon), tetapi banyak sumber lainnya menduga hal itu terjadi pada tahun 1681. Robert dan Solow menunjukkan bahwa karena dodo terlihat terakhir sebelum 1662 adalah pada tahun 1638, dodo kemungkinan sudah sangat jarang pada tahun 1660-an.[18] Analisis statistik tentang catatan perburuan Issac Johannes Lamotius memberikan perkiraan baru tahun 1693, dengan tingkat kepercayaan 95% dari 1688 sampai 1715. Mempertimbangkan bukti-bukti lain seperti laporan pelancong dan tidak adanya laporan yang baik setelah 1689,[17] sepertinya Dodo punah sebelum tahun 1700; sehingga, Dodo terakhir mati hanya satu abad lebih sedikit setelah penemuan spesies itu tahun 1581.[19]

Semula hanya sedikit yang memperhatikan burung yang punah ini. Pada awal abad ke-19, burung ini dianggap sebagai makhluk yang aneh dan banyak yang menganggapnya hanya mitos. Dengan penemuan serangkaian tulang dodo di Mare aux Songes dan laporan yang dibuat oleh George Clark mulai tahun 1865, minat terhadap burung ini mulai bertambah. Dalam tahun yang sama dengan dimulainya publikasi laporan Clarke, burung yang baru punah ini dijadikan salah satu karakter dalam ceritera Alice's Adventures in Wonderland hasil karya Lewis Carroll.[20] Dengan populernya buku tersebut, dodo jadi banyak diketahui dan mudah dikenali sebagai ikon dari kepunahan.[butuh rujukan]

Catatan kaki

  1. ^ Shapiro et al. 2002.
  2. ^ BBC 2002.
  3. ^ Staub 1996.
  4. ^ Cheke & Hume 2008, hlm. 22–23.
  5. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama fool
  6. ^ Quammen 1996.
  7. ^ Roots 2006, hlm. 186.
  8. ^ Kitchener, A. On the external appearance of the dodo, Raphus cucullatus. Archives of natural History, 20, 1993.
  9. ^ Temple, Stanley A. (1977): Plant-animal mutualism: coevolution with Dodo leads to near extinction of plant. Science 197(4306): 885-886. HTML abstract
  10. ^ Hill, A. W. (1941): The genus Calvaria, with an account of the stony endocarp and germination of the seed, and description of the new species. Annals of Botany 5(4): 587-606. PDF fulltext (requires user account)
  11. ^ King, H. C. (1946). Interim Report on Indigenous Species in Mauritius. Government Printer, Port Louis, Mauritius.
  12. ^ Witmer, M. C. & Cheke, A. S. (1991): The dodo and the tambalacoque tree: an obligate mutualism reconsidered. Oikos 61(1): 133-137. HTML abstract
  13. ^ "Scientists pinpoint dodo's demise". BBC News. 2003-11-20. Diakses tanggal 2006-09-07. 
  14. ^ James, Bradly. 1998. The History of Mauritius. Lowell House: Boston. 34-35.
  15. ^ Jonathan Fryer (2002-09-14). "Bringing the dodo back to life". BBC News. Diakses tanggal 2006-09-07. 
  16. ^ Tim Cocks (2006-06-04). "Natural disaster may have killed dodos". Reuters. Diakses tanggal 2006-08-30. 
  17. ^ a b Janoo, Anwar (2005): Discovery of isolated dodo bones [Raphus cucullatus (L.), Aves, Columbiformes] from Mauritius cave shelters highlights human predation, with a comment on the status of the family Raphidae Wetmore, 1930. Annales de Paléontologie 91: 167–180. [English with French abstract] DOI:10.1016/j.annpal.2004.12.002 (HTML abstract) Hume et al ref probably too.
  18. ^ Roberts, David L. & Solow, Andrew R. (2003): Flightless birds: When did the dodo become extinct? Nature 425(6964): 245. doi:10.1038/426245a
  19. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-02. Diakses tanggal 2007-11-17. 
  20. ^ Alice's Adventures in Wonderland karangan Lewis Carroll dipublikasikan tahun 1865.

Referensi

Pranala luar