Halim Perdanakusuma

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan
Revisi sejak 1 Mei 2020 15.00 oleh SBD DaunTeless (bicara | kontrib) (Perubahan Isi, infobox, dan berkas image)

Abdul Halim Perdanakusuma (18 November 1922 – 14 Desember 1947)[1] adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia meninggal dunia saat menjalankan tugas semasa perang Indonesia - Belanda di Sumatra, yaitu ketika ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand.

Halim Perdanakusuma
Lahir(1922-11-18)18 November 1922
Belanda Sampang, Madura, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal14 Desember 1947(1947-12-14) (umur 25)
Federasi Malaya Lumut, Perak, Uni Malaya
DikebumikanTaman Makam Pahlawan Kalibata (6°15′26″S 106°50′47″E / 6.25722°S 106.84639°E / -6.25722; 106.84639Koordinat: 6°15′26″S 106°50′47″E / 6.25722°S 106.84639°E / -6.25722; 106.84639)
PengabdianBelanda Hindia Belanda (c. 1940 – 1945)
Indonesia Indonesia (1945–1947)
Dinas/cabang Angkatan Laut Hindia Belanda
Angkatan Udara Britania Raya
TNI AU
Lama dinasc. 1940 – 1947
Pangkat Marsda (Anumerta)
Perang/pertempuranPerang Dunia 2 (Front Barat)
Revolusi Nasional Indonesia
PenghargaanPahlawan Nasional Indonesia
Bintang Mahaputera Pratama

Biografi

Berkas:KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355.JPG
KRI Abdul Halim Perdanakusuma


Berkas:Halim Perdanakusuma 1940.jpg
Personel angkatan udara Belanda (Nederlands luchtmacht), setelah pelatihan di Kanada setelah memperoleh sertifikasi mereka, Tanda Brevet disematkan di dada oleh HRH Puteri Juliana, setelah WWII kemudian bergabung menjadi Pilot Angkatan Udara TNI
Berkas:Raden Halim Wongsoditaroeno (Halim Perdanakusuma).jpg
Halim Wongsoditaroeno selama Initial Training Wing dari RAF di Cambridge pada Agustus 1942. sebagai orang Indonesia dan ARO di KIM di Surabaya bulan Januari. 1942 melarikan diri ke Inggris dengan 15 kru.

Halim dilahirkan Sampang, Madura, Indonesia, pada 18 November 1922.[1] Setelah lulus dari SD dan SMP/SMA untuk pribumi Indonesia,[2] ia bergabung dengan Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren (sebuah sekolah untuk mendidik penduduk pribumi Indonesia untuk pemerintahan) di Magelang.[3] Namun di tahun kedua, ia memutuskan untuk keluar dan bergabung Akademi Angkatan Laut di Surabaya untuk bergabung sebagai tentara Hindia Belanda[4][5] Setelah menamatkan pendidikan di akademi tersebut, ia sempat bergabung dengan tentara KNIL di bagian penerangan.[4]

Selama Perang Dunia 2 beliau pernah bertugas di Royal Canadian Air Force dan Royal Air Force sebagai Navigator dengan panglat Wing Commanderdan bertugas di skadron pengebom pesawat Lancaster dan B-24 Liberator. Selama bertugas beliau telah menjalankan 44 misi pengeboman di seluruh Eropa.[6]

Setelah Perang Dunia 2 berakhir, beliau kembali ke Indonesia. Pada saat itu ia masih tergabung dengan Dinas Penerbangan Angkatan Laut Belanda, tetapi beliau lebih memilih bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat di Jawatan Penerbangan dan telah menjalankan beberapa misi sampai ia gugur dalam tugas.

Gugur dalam tugas

Semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda di Sumatra pada tahun 1948, Halim Perdanakusuma dan Marsma Iswahyudi ditugaskan membeli perlengkapan senjata di Thailand. Keduanya ditugaskan dengan pesawat terbang multifungsi Avro Anson RI-003.[7] Pesawat terbang itu dipenuhi dengan berbagai senjata api, diantaranya karabin, bren gun, pistol dan granat tangan.

Dalam perjalanan pulang, pesawat terbang tersebut jatuh. Tidak diketahui penyebabnya, namun diduga karena cuaca buruk atau karena ditembak (disabotase). Bangkai pesawat terbang tersebut ditemukan di sebuah hutan berdekatan dengan kota Lumut, Perak, Malaysia (ketika itu masih bernama Uni Malaya). Namun tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim, sementara jasad Iswahyudi tidak diketemukan dan tidak diketahui nasibnya hingga sekarang. Begitu juga dengan berbagai perlengkapan senjata api yang mereka beli di Thailand, tidak diketahui kemana rimbanya.

Jasad Halim kemudian sempat dikebumikan di kampung Gunung Mesah, tidak jauh dari Gopeng, Perak, Malaysia. Pusat data Tokoh Indonesia mencatat, di daerah Gunung Mesah itu banyak bermukim penduduk keturunan Sumatra. Beberapa tahun kemudian, kuburan Halim digali dan jasadnya dibawa ke Jakarta dan dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Penghormatan dan Penghargaan

Pemerintah Indonesia memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim, dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan mengabadikan namanya pada Bandar Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.

 
Bandar Udara Halim Perdanakusuma

Brevet dan Penghargaan

 
 
  • Brevet/Wing Penerbang TNI AU
  • Bintang Mahaputera Pratama

Referensi

Catatan kaki

Daftar pustaka

Pranala luar