Iklan tertarget

Revisi sejak 5 Desember 2021 17.34 oleh PutraHP (bicara | kontrib) (menambahkan penargetan demografis dan televisi)

Iklan tertarget adalah bentuk iklan yang ditujukan untuk konsumen spesifik yang berfokus pada sifat, minat, dan preferensi tertentu dari konsumen tersebut. Para pengiklan mendapatkan informasi tentang hal-hal ini dengan cara melacak aktivitas konsumen di internet.[1][2][3][4]

Sejarah

Iklan tertarget daring dimulai tidak lama setelah iklan Firma Hukum Heller Ehrman White & McAuliffe yang dapat diklik dan iklan berbentuk spanduk pertama milik AT&T ada di internet pada tahun 1994. Sejak saat itu, industri periklanan secara daring berkembang sangat pesat. Agensi WebConnect adalah jaringan periklanan pertama yang memulai iklan tertarget agar iklan klien mereka hanya dilihat oleh pembeli potensial pada tahun 1995. Pada tahun 2007, pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg mengenalkan iklan tertarget di platform buatannya. Setelah era penggunaan data dari pihak ketiga yang terbentur pada regulasi undang-undang perlindungan privasi, saat ini keterlibatan kecerdasan buatan dan analisis data memungkinkan iklan tertarget tanpa menggunakan data kuki pihak ketiga. Chrome sebagai peramban global terbesar, pada Januari 2022 tidak lagi menggunakan kuki dari pihak ketiga. Di luar jaringan internet, iklan tertarget juga dapat ditemukan di televisi kabel atau televisi satelit. Saat menyaksikan satu acara yang sama pada jam yang sama, iklan yang disaksikan oleh seseorang akan berbeda dengan iklan tetangga sebelah rumahnya.[5][6][7][8]

Jenis

Penargetan kontekstual

Atau contextual targeting merujuk pada penempatan iklan di dalam satu situs yang berhubungan dengan produk yang dijual tanpa menggunakan data pengguna atau konsumen. Contoh dari penargetan kontekstual adalah Google AdSense, misalnya seseorang membuka situs tentang otomotif, maka Google AdSense akan menyajikan iklan tentang aksesoris mobil atau iklan penjualan kendaraan bermotor.[9][10][11]

Penargetan kontekstual ini sering disamakan dengan penargetan perilaku (behavioral targeting) padahal pada kenyataannya sangat berbeda. Penargetan kontekstual bekerja atas dasar situs yang sedang dikunjungi oleh konsumen sedangkan penargetan perilaku didasarkan pada situs atau web yang dibuka oleh konsumen sebelumnya. Sebagai contoh misalnya seseorang membuka situs tentang mode lalu setelahnya membuka halaman tentang sepeda, maka iklan tentang mode akan muncul saat dia sedang melihat halaman yang membahas sepeda. Padahal sepeda dan mode adalah dua hal yang tidak berhubungan. Pembiayaan penargetan kontekstual lebih kecil daripada penargetan perilaku karena tidak perlu mempekerjakan staf atau alat untuk melacak data pengguna. Dengan penargetan kontekstual konsumen akan mendapatkan iklan yang sesuai dengan ketertarikannya saat itu tanpa menyebabkan rasa bosan atau bahkan tidak nyaman jika iklan dengan jenis yang sama timbul terus menerus seperti yang terjadi pada penargetan perilaku.[10][12][13][14][15]

Penargetan kontekstual bukanlah merupakan hal yang baru. Jenis iklan tertarget seperti ini telah lama digunakan di media cetak dan televisi seperti misalnya iklan tentang bumbu masak atau bahan makanan di antara penayangan acara memasak. Jenis pengiklanan seperti ini kembali diperhitungkan menyusul adanya Regulasi Proteksi Data Umum atau General Data Protection Regulation (GDPR) Eropa yang resmi berlaku pada tanggal 25 Mei 2018 dan undang-undang privasi dan perlindungan konsumen yang dikeluarkan oleh negara bagian California atau California Consumer Privacy Act (CCPA) pada Januari 2020 menyusul peningkatan tuntutan akan privasi dalam jaringan dari para konsumen.[16][17][18][19]

Penargetan perilaku

Atau behavioural targeting merupakan metode pemasaran yang menggunakan data tentang perilaku berselancar di dunia maya yang sebelumnya dilakukan oleh konsumen. Data ini meliputi riwayat pembelian, pencarian situs, dan situs-situs yang paling sering dikunjungi.[20][21]

Proses pengumpulan data ini mencakup empat langkah. Pertama adalah mengumpulkan kuki dari riwayat penjelajahan konsumen. Kedua, menggabungkan kuki ini dengan data-data yang lain seperti berapa banyak waktu dan seberapa sering seorang konsumen mengakses konten tertentu, hingga menciptakan perilaku konsumen. Ketiga, pengiklan akan mengelompokkan konsumen berdasarkan hasil analisa perilakunya. Dan yang keempat menyajikan iklan yang menjadi minat konsumen.[21][22][23]

Pengelompokan konsumen ini sangat penting selain untuk efisiensi pemasaran juga untuk menghindari konten iklan yang tidak efektif. Mekanisme ini menggunakan platform manajemen data atau data management platform (DMP). Adapun kategori data yang dikumpulkan oleh DMP ini adalah data perangkat mobil, lokasi, subskripsi atau entri saat registrasi, dan informasi demografis dari jaringan yang berbeda.[21][22][24]

Perilaku yang menjadi fokus dari DMP adalah laman yang paling sering dikunjungi, seberapa banyak satu sirus web dikunjungi, iklan-iklan yang dibuka oleh konsumen, pencarian web personal, interaksi antarelemen di dalam situs web, progres transaksi, riwayat pembelanjaan, jeda waktu kunjungan di satu situs yang sama.[22][24]

Manfaat dari penargetan perilaku adalah meningkatkan keterikatan konsumen, meningkatkan kemungkinan konsumen melihat iklan yang ditawarkan yang secara otomatis akan meningkatkan penjualan. Untuk konsumen sendiri, teknik pemasaran seperti ini meningkatkan efisiensi proses berbelanja, sebagai pengingat jika terdapat produk yang baru, serta memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menyenangkan karena iklan yang ditampilkan bersifat personal.[21][22]

Penargetan media sosial

Merupakan bentuk iklan tertarget yang menggunakan media sosial sebagai tempat untuk menawarkan satu produk. Media sosial memiliki banyak sekali data pengguna. Mulai dari demografi, minat, dan perilaku konsumen mengingat saat ini sebagian besar orang menggunakan berbagai platform media sosial untuk mengunggah semua hal yang mereka lakukan sehari-hari. Di media sosial, seseorang hanya akan disuguhi iklan yang berhubungan dengan minat dan aktivitas berselancar mereka di dunia maya. Sehingga para pengiklan mengeluarkan biaya hanya untuk audiensi yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk membeli produk mereka dan bukannya untuk orang-orang yang tidak memiliki minat sama sekali. Hal ini membuat iklan di media sosial lebih efektif dan efisien.[25][26][27]

Secara spesifik, data yang digunakan oleh media sosial dalam iklan tertarget adalah lokasi domisili konsumen, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan (menikah atau tidak, janda, duda), pendapatan, profesi, suku, bahasa, minat pemilik akun, kata kunci, penggunaan tagar atau hashtag, percakapan-percakapan di dalam media sosial, operator sistem dan jaringan yang dipakai pemilik akun, gawai yang digunakan untuk mengakses media sosial, hingga peristiwa hidup seperti perayaan ulang tahun atau ulang tahun pernikahan, dan kelahiran.[25][26][28]

Empat platform media sosial terbaik untuk beriklan adalah Facebook, Instagram, Twitter, dan YouTube. Masing-masing platform memiliki kelebihan serta spesifikasi penggunanya. Saat ini, sebagian besar orang memiliki lebih dari satu akun media sosial sehingga para pengiklan dapat mengoptimalkan iklan tertargetnya dengan strategi multi-platform.[27]

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan iklan tertarget di media sosial yaitu:

Strategi, pengiklan harus mengetahui tujuannya memasang iklan, media sosial apa yang akan digunakan serta bagaimana pendekatannya, jenis konten apa yang ingin dibuat apakah berupa gambar, video, atau tautan.

Perencanaan dan publikasi, mencakup kapan dan seberapa sering iklan harus ditayangkan agar dapat menarik perhatian konsumen yang tepat.

Respons terhadap konsumen, saat iklan yang ditayangkan menarik perhatian konsumen, mereka akan berkomentar. Memberikan respons terhadap konsumen adalah hal yang harus dilakukan.

Analisis, mencari tahu perubahan jumlah respons per bulan, berapa banyak orang yang melihat iklan yang diunggah, atau jumlah tagar yang menyebut produk yang diiklankan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan.[29][30][31]

Penargetan geografis

Adalah bentuk iklan tertarget yang memasarkan satu produk dengan menggunakan skala geografis seperti kodepos, kota, negara, hingga benua tempat konsumen berdomisili.[32][33]

Penargetan geografis yang disebut juga geotargeting dimungkinkan oleh jaringan alamat IP, teknologi triangulasi wi-fi, informasi lokasi pengguna, kuki dari hasil berselancar yang dilakukan oleh konsumen, dan optimalisasi GPS. Meskipun ada kemungkinan kecil sistem ini tidak bekerja jika konsumen atau pengguna internet menggunakan peladen proksi, VPN, atau perangkat lain untuk menyembunyikan alamat IP mereka.[34][35][36][37]

Perangkat lunak yang digunakan untuk penargetan geografis sebagian besar berasal dari media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Linkedln, atau Snapchat dan perangkat Google Adsense.[38]

Manfaat penggunaan penargetan geografis yang utama adalah pengiklan dapat memfokuskan iklannya untuk konsumen yang berada di satu daerah tertentu. Dengan cara ini, biaya per klik dapat ditekan sehingga pengiklanan lebih efektif dan efisien. Personalisasi konsumen dengan metode ini juga akan meningkatkan pengalaman pengguna. Penargetan geografis juga dapat meningkatkan kesadaran konsumen akan adanya merek lokal. Pemasaran yang terbatas pada lokasi tertentu juga memungkinkan konsumen untuk evaluasi terhadap pengembangan pemasaran ke wilayah yang lebih besar.[35][37][39]

Penargetan ulang

Atau retargeting adalah strategi penjualan untuk mendapatkan kembali konsumen yang pernah berinteraksi dengan situs web atau produk dari pengiklan. Misalnya apabila seorang konsumen pernah melihat produk A di satu situs web, kemudian konsumen tersebut berselancar di situs web yang lain, iklan produk A akan selalu muncul saat yang bersangkutan mengunjungi situs web yang lain. Hal ini dimungkinkan karena pengiklan meletakkan kode pelacakan yang akan mencari kuki yang ditinggalkan oleh konsumen.[40][41]

Penargetan ulang akan meningkatkan kesadaran konsumen tentang satu produk karena iklan produk tersebut selalu terhubung dengan konsumen. Konsumen yang selalu melihat iklan yang sama akan menyebabkan peningkatan potensi untuk melakukan transaksi yang secara langsung akan meningkatkan angka penjualan.[41][42][43]

Penargetan ulang terbagi atas lima yaitu:

Penargetan ulang berdasarkan piksel (pixel based retargeting) akan menampilkan kembali sebuah iklan ke pengunjung situs web pengiklan karena adanya kode JavaScript yang diletakkan oleh platform penyedia iklan.[44][45][46]

Penargetan sosial (social retargeting). Penargetan yang menggunakan media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Linkedln, Snapchat, atau tampilan Google. Penargetan khusus untuk pengguna Facebook menggunakan kombinasi antara data demografi Facebook dan data situs web konsumen. Penargetan dengan tampilan Google menggunakan data analitik Google dengan biaya yang lebih murah bila dibandingkan dengan iklan per klik.[45][46]

Penargetan berdasarkan daftar (list based retargeting). Bekerja jika pengiklan sudah memiliki informasi kontak seseorang di pangkalan datanya. Termasuk di dalamnya adalah penargetan melalui surat elektronik yang dilakukan dengan meletakkan piksel penargetan di surat keluar yang akan memberikan informasi apabila konsumen membuka surat tersebut.[44][45][46]

Penargetan berdasarkan pencarian (search retargeting). Disebut juga penargetan perilaku yang didasarkan pada riwayat pencarian konsumen di internet.[46]

Penargetan langsung

Atau real-time targeting (disebut juga sebagai penargetan produk kognitif atau cognitive product targeting) adalah metode beriklan yang dibantu oleh kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI) sehingga memungkinkan pengiklan memprediksi keinginan konsumen.[47][48][49]

Cara kerjanya adalah dengan menggunakan algoritme dan jaringan yang menyerupai kerja otak memproses informasi dan mengekstraksi model yang berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan oleh pengiklan yang didapatkan dari data abstrak yang tersebar. Mekanisme ini menggunakan banyak lapisan jaringan untuk memperoleh informasinya. Dalam sistem ini, data yang dianalisis mencapai miliaran dan melintasi berbagai kanal seperti aplikasi, surat elektronik, dan situs milik konsumen.[50][51]

Data yang diolah oleh sistem ini dapat berupa aktivitas pembelian terkini dari konsumen baik itu pembelian tiket pesawat, barang elektronik, rumah, atau perabotan rumah tangga. Selain itu penargetan langsung juga mencari tahu toko apa saja yang sudah konsumen kunjungi melalui akses GPS, jaringan nirkabel, dan data seluler. Pembelian berulang yang dilakukan oleh satu konsumen juga merupakan dasar dari penargetan langsung dengan asumsi bahwa hal tersebut menunjukkan ketertarikan dan kebutuhan yang besar akan satu produk.[50]

Dengan penargetan langsung, perusahaan atau pengiklan dapat menyesuaikan tawaran produk berdasarkan perilaku konsumen. Misalnya dengan mengirimkan kode kupon untuk potongan harga kepada konsumen yang mencari barang tertentu melalui telepon selulernya beberapa hari sebelumnya. Pengiklan juga dapat menawarkan rekomendasi produk yang berhubungan dengan riwayat pencarian atau pembelian konsumen. Misalnya saat konsumen mencari atau membeli tas untuk mendaki gunung, pengiklan dapat memberikan rekomendasi sepatu gunung atau tenda. Bahkan dengan metode ini, pengiklan dapat mendorong konsumen untuk datang ke tempat usaha mereka. Sebagai contohnya, toko atau restoran dapat mengetahui apabila konsumen berada di dekat mereka lalu mengirimkan pesan melalui telepon seluler atau surat elektronik yang berisi ajakan untuk berkunjung.[47][48]

Dalam menyasar konsumen, secara umum terdapat tiga kriteria. Konsumen dengan intensi tinggi, sedang, dan rendah. Konsumen dengan intensi tinggi adalah mereka yang memasukkan satu barang ke dalam keranjang belanja atau melihat barang tersebut beberapa kali dalam satu atau dua hari terakhir. Perlakuan untuk konsumen ini adalah dengan mengirimkan pesan yang secara tidak langsung mendesak mereka untuk menyelesaikan transaksinya. Contohnya dengan memberikan informasi bahwa barang tersebut adalah stok terakhir atau memberikan potongan harga yang cukup besar dan hanya berlaku hari itu saja. Konsumen dengan intensi sedang adalah mereka yang melihat satu barang beberapa kali dalam satu minggu terakhir. Untuk konsumen ini, dibutuhkan informasi yang lebih banyak agar mereka merasakan keharusan untuk berbelanja. Informasi seperti ini membutuhkan bantuan kecerdasan buatan untuk mengetahui minat konsumen yang bersangkutan selain dari barang yang mereka lihat tersebut. Tujuannya agar dapat mengirimkan informasi produk terkait kepada mereka. Sedangkan untuk konsumen dengan intensi rendah, bantuan kecerdasan buatan akan membantu produsen atau pengiklan untuk melihat apakah ada ketertarikan terhadap produk tertentu atau hanya sekadar menjelajahi internet.[14][47][50]

Data dari kecerdasan buatan membantu pengiklan mengatur strategi pemasaran mereka melalui 5 cara yaitu dengan memetakan ketertarikan konsumen dengan perilakunya, mengoptimalisasi strategi penargetan, menguji secara langsung dan melihat perubahan konsumen, analisa dan optimalisasi yang lengkap, dan meningkatkan kemampuan personal.[52]

Penargetan demografis

Merupakan penargetan yang menyegmentasi konsumen berdasarkan usia, jenis kelamin, etnis struktur keluarga, profesi, pendidikan, penghasilan, dan kelompok profesi. Meskipun penargetan ini dapat mengelompokkan konsumen yang homogen, tetapi tidak sepenuhnya menggambarkan apa yang akan dilakukan atau yang diinginkan oleh konsumen dalam kelompok tersebut. Selain itu penargetan ini sama sekali tidak menggambarkan perilaku konsumen yang bersangkutan. Oleh karena itu, penargetan ini sering direferensi silang dengan data psikologis.[53][54][55]

Penargetan demografis akan membangun hubungan jangka panjang dan antara produsen dan konsumen sehingga akan timbul loyalitas produk, meningkatkan kualitas produk dan pelayanan, dan mengoptimalkan strategi pemasaran.[56][57]

Metode penargetan demografis mengumpulkan data konsumen adalah melalui akun konsumen atau riwayat pembelian di situs web pengiklan, kuki dari riwayat pencarian, serta platform daring dan aplikasi digital yang bertindak sebagai penyedia data pihak ketiga.[57]

Penargetan psikografis

Setiap individu memiliki sisi psikologis yang berbeda yang menyebabkan perbedaan di dalam motivasi untuk melakukan sesuatu. Penargetan psikografis menitikberatkan pada pencarian nilai personal serta karakteristik khusus yang menjadi penentu dan pendorong seseorang melakukan pembelian barang. Yang termasuk di dalam faktor penentu psikologis ini adalah respons dan motivasi emosional yang mencakup moral, etika, dan pandangan politik serta perilaku bawaan, keberpihakan, dan prasangka. Penargetan psikografis ini didasarkan pada aktivitas, minat, dan opini konsumen.[58][59][60]

Televisi[8]

Saat ini, media televisi telah mampu menampilkan iklan yang berbeda antara satu rumah tangga dengan rumah tangga yang lain pada saat menonton acara televisi yang sama di waktu yang bersamaan.[61][62]

Konsep iklan tertarget di televisi telah cukup lama. Tanpa memerlukan data konsumen, televisi menerapkan iklan tertarget secara tradisional. Contoh konsep tradisional iklan tertarget di televisi adalah saat penayangan acara kontes kecantikan, iklan yang ditampilkan sebagian besar berhubungan dengan perawatan kulit wajah, perawatan badan, peralatan kecantikan, dan produk yang mendukung konsep penampilan.[16]

Meskipun keuntungan dari iklan tertarget di televisi (sekitar $2 miliar per tahun) tidak sebesar iklan tradisional (sekitar $70 miliar per tahun) yang tayang secara acak, diskusi panel yang diadakan oleh RTS (Royal Television Society) pada tahun 2017 menyatakan bahwa iklan tertarget di televisi memiliki masa depan yang menjanjikan.[61][63]

Keuntungan dan kerugian

Iklan tertarget terutama untuk iklan daring berbanding lurus dengan perkembangan teknologi.[1]

Keuntungan

Konsumen

Meskipun ada anggapan iklan tertarget memberikan efek mengganggu bagi sebagian konsumen, setidaknya 52% konsumen merasakan manfaat dari bentuk pemasaran seperti ini. Dari survei pemasaran dengan mesin pencari yang dilakukan oleh Visual Object pada tahun 2021 di Amerika Serikat, dengan jumlah responden sebanyak 500 orang (meskipun tidak semua jawaban responden ditampilkan), didapatkan data bahwa ada sebanyak 15% konsumen akan lebih mudah menemukan produk yang menawarkan promosi berupa potongan harga, 14% berhasil menemukan merek baru dari produk serupa yang mereka minati, 13% mendapatkan rekomendasi produk dan pelayanan yang bersifat personal, 12% yang menemukan bisnis atau produk lokal yang sebelumnya tidak mereka ketahui, dan sebanyak 11% menyatakan memperoleh pengalaman berbelanja secara daring yang lebih efisien.[64]

Iklan tertarget juga memudahkan konsumen untuk menemukan produk yang mereka inginkan.[65]

Pengiklan

Iklan tertarget akan meningkatkan kesadaran konsumen akan keberadaan satu produk dan merek. Sekitar 59% konsumen memberikan perhatian lebih terhadap iklan untuk merek yang sebelumnya mereka lihat di internet. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar terutama untuk usaha berskala kecil agar konsumen mengetahui keberadaan mereka. Hal ini sejalan dengan salah satu dari 7 prinsip pembuatan iklan yaitu seorang konsumen harus melihat dan atau mendengar iklan satu produk setidaknya 7 kali sebelum memutuskan untuk membeli produk tersebut. Sehingga pengenalan produk dan merek milik usaha kecil dapat bersaing dengan bisnis yang lebih besar.[64][66]

Saat seorang konsumen membuka iklan satu produk maka hal tersebut akan menyebabkan peningkatan lalu lintas perdagangan satu situs web dan tingkat keterlibatan produk tersebut. Hal ini akan menyebabkan kemungkinan iklan produk tersebut dilihat dan dibuka oleh konsumen yang lain juga makin besar sehingga akses terhadap konsumen baru ataupun konsumen yang sebelumnya sudah ada akan tercapai. [64][67]

Peningkatan pengenalan merek dan produk yang membawa kelompok konsumen baru akan menyebabkan peningkatan penjualan dan secara langsung akan meningkatkan ROI (return of investment) atau laba atas investasi. Sedangkan untuk konsumen lama akan meningkatkan kemungkinan pembelian ulang.[64][65][68]

Dari segi pembiayaan, beberapa jenis iklan tertarget seperti penargetan ulang lebih murah bila dibandingkan dengan PPC (pay per click) atau bayar per klik dan SEO (search engine optimization) atau optimisasi mesin pencari terutama untuk usaha berskala kecil.[64][65]

Kecerdasan buatan

AI atau artificial intellegence merupakan pihak perantara antara pengiklan dan konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Veronika Marotta, Kaifu Zhang, dan Alessandro Acquisti dari Heinz College, Universitas Carnegie Mellon, tentang pihak yang paling diuntungkan dengan adanya iklan tertarget menunjukkan bahwa pihak perantaralah yang mendapatkan keuntungan terbesar jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan oleh konsumen atau pengiklan.[69]

Referensi

  1. ^ a b "Apa Itu Targeted Advertising?". Republika Online. 4 April 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  2. ^ "The Now: What is Targeted Advertising?". GCFGlobal.org. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  3. ^ "What is Ad Targeting? - Definition from Techopedia". Techopedia.com. 14 Juli 2017. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  4. ^ Kenton, Will (23 Juli 2021). "Tailored Advertising". Investopedia. Diakses tanggal 2 Desember 2021. 
  5. ^ Bagnall, Dolly (19 Juli 2019). "The History of Online Advertising - 1994 to the present | OKO". oko.uk. Diakses tanggal 2 Desember 2021. 
  6. ^ Dillon, Grace (21 Juli 2021). "Contextual Advertising: AI's Answer to a Cookieless World - ExchangeWire.com". www.exchangewire.com. Diakses tanggal 2 Desember 2021. 
  7. ^ "Addressable advertising & its importance explained". www.adbutler.com. 9 Agustus 2021. Diakses tanggal 2 Desember 2021. 
  8. ^ a b Wood, Molly (19 Februari 2019). "Targeted ads aren't just online, they're on TV". Marketplace. Diakses tanggal 2 Desember 2021. 
  9. ^ "Contextual Advertising: What Is Contextual Advertising?". www.wordstream.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  10. ^ a b "Contextual Targeting 101: How To Use Relevance To Drive Better Engagement Without Cookies - Knorex". www.knorex.com. 22 Maret 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  11. ^ Shepard, Brook (22 Juli 2021). "Council Post: The New Rise Of Contextual Advertising". Forbes. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  12. ^ "Contextual Advertising: The Smart Way to Reach Consumers". ChannelSight. 29 April 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  13. ^ "Contextual Advertising(Targeting) - Everything You Need to Know | Publift". www.publift.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  14. ^ a b Goworek, Krzysztof (27 April 2021). "Real-time advertising and how to do it right". TASIL. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  15. ^ "What Is Contextual Ad Targeting?". Vungle. 30 Juni 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  16. ^ a b "Why Advertisers Need Contextual Targeting in the Age of Privacy |Appier". Appier. 5 Februari 2020. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  17. ^ "What is GDPR, the EU's new data protection law?". GDPR.eu. 7 November 2018. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  18. ^ McNulty, Michael (5 Agustus 2020). "Using Contextual Targeting While Respecting Consumer Privacy". Amobee. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  19. ^ "Apa Itu CCPA Dan Mengapa Kita Harus Peduli - Monitor Teknologi". www.monitorteknologi.com. Diakses tanggal 2021-11-30. 
  20. ^ Wibowo, Patrick Trusto Jati (3 Juni 2021). "Apa Itu Behavioural Targeting?". Warta Ekonomi. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  21. ^ a b c d "What Is Behavioral Targeting? How It Works (in 4 Steps)". Lotame. 17 September 2018. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  22. ^ a b c d "What is Behavioral Targeting? - Targeting Explained". sightcorp.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  23. ^ Navitidad, Angelina (10 April 2020). "An Introduction to Targeted Advertising". The Next Ad. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  24. ^ a b "What Is a Data Management Platform? DMP Explained (Video)". Lotame. 19 Agustus 2019. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  25. ^ a b "Your Guide to Social Media Targeting". Digivizer. 6 Agustus 2020. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  26. ^ a b Patterson, Mandy (26 Oktober 2020). "Your guide to social media targeting via Sprout Social". Sprout Social. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  27. ^ a b Loresco, Shadz (14 September 2021). "How To Find and Target the Right Audience on Social Media". Thrive Internet Marketing Agency. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  28. ^ Mccarthy, Aisling (12 Juli 2018). "Targeting on Social Media: The Why and How". Media Update. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  29. ^ "The Essential Guide to Social Media Targeting | Blog | Online Digital Marketing Courses". Digital Marketing Institute. 12 Januari 2018. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  30. ^ "What is Social Media Marketing?". buffer.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  31. ^ Steve, Mark (1 Desember 2021). "What Are The Benefits of Social Media Targeting?". akuntansi.or.id. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  32. ^ "Geo Targeting Examples and Definition". Dynamic Yield. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  33. ^ "Are Geo-Targeting Facebook Ads Right for Your Business?". AdEspresso. 11 Oktober 2017. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  34. ^ Patel, Neil (11 Agustus 2021). "How to Use Geo-Targeting to Drive Conversions". Neil Patel. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  35. ^ a b "Geo-Targeted Marketing Explained". Airship. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  36. ^ "How does Geo targeting Work?". GeoEdge. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  37. ^ a b Fiorelli, Gianluca (1 Juli 2021). "How Many Benefits Do You Get From Geotargeting?". www.wearemarketing.com. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  38. ^ "What is geo-targeting?". BigCommerce. 4 Desember 2021. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  39. ^ Flynn, Taylor (14 Oktober 2019). "5 Benefits of adding geotargeting to your marketing mix". Parkway Digital. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  40. ^ "What is retargeting? Why is retargeting Important? | Adjust". www.adjust.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-05. 
  41. ^ a b Edmondson, Brian (26 Oktober 2020). "What Is Retargeting?". The Balance Small Business. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  42. ^ "What is Retargeting and How Does it Work?". Mailchimp. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  43. ^ "What is retargeting? Your definitive guide". Criteo. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  44. ^ a b Hecht, Dan (4 Agustus 2021). "What Is Retargeting? How To Set Up an Ad Retargeting Campaign". Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  45. ^ a b c Farmiloe, Brett (4 Desember 2017). "Council Post: Five Effective Types Of Retargeting Ads That Work On A Small Budget". Forbes. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  46. ^ a b c d Giedre (21 Februari 2018). "5 Types of Retargeting Strategies [Smart Retargeting Campaign Ideas You Can Steal]". MaxTraffic. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  47. ^ a b c "Realtime Customer Marketing: Definition, Targeting, Examples". Optimove. Mei 2020. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  48. ^ a b "How Real-Time Targeting Can Revolutionize Your Marketing Strategy". BDEX. 12 Juni 2019. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  49. ^ Ismi, Trias (14 Desember 2020). "Real Time Marketing, Strategi Efektif untuk Tingkatkan Brand Awareness". Glints Blog. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  50. ^ a b c "How Real-Time Customer Intent Targeting Can Boost Your Conversions |Appier". Appier. 22 Agustus 2019. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  51. ^ "What is Realtime Targeted Marketing?". www.marketflare.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  52. ^ "5 Ways to Create Real Time Targeting Strategy Using Real-Time Data". 6 Agustus 2021. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  53. ^ "How to Use Demographic Segmentation In eCommerce Marketing". Yieldify. 31 Juli 2020. Diakses tanggal 6 Desember 2021. 
  54. ^ "Demographic Targeting". Know Online Advertising. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  55. ^ Mialki, Stephanie (18 Oktober 2018). "What is Demographic Segmentation with 5 Examples". instapage.com. Diakses tanggal 6 Desember 2021. 
  56. ^ "What Is Demographic Segmentation? (Definition, Variables and Examples)". Indeed Career Guide. Diakses tanggal 5 Desember 2021. 
  57. ^ a b Freedman, Max (26 Agustus 2020). "Why Demographics Matter to Small Business Marketing - businessnewsdaily.com". Business News Daily. Diakses tanggal 6 Desember 2021. 
  58. ^ "What Are Psychographics?". CB Insights Research. 6 Mei 2020. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  59. ^ Forster, Fleur (28 April 2020). "Identify target groups with psychographic targeting". DMEXCO. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  60. ^ Shewan, Dan (5 Juni 2021). "9 Mind-Bending Ways to Use Psychographics in Your Marketing". www.wordstream.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  61. ^ a b Flint, Joe (10 November 2020). "WSJ News Exclusive | Targeted Ads Headed Soon to Network TV". Wall Street Journal. ISSN 0099-9660. Diakses tanggal 6 Desember 2021. 
  62. ^ Germain, Thomas (30 Agustus 2021). "Targeted Ads Have Come to Your TV". Consumer Reports. Diakses tanggal 6 Desember 2021. 
  63. ^ "Event report: Is targeted advertising the future of TV?". Royal Television Society. 12 Juni 2017. Diakses tanggal 6 Desember 2021. 
  64. ^ a b c d e Jordan, Shelby (25 Maret 2021). "Visual Objects". Visual Objects. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  65. ^ a b c Keating, Michael George (13 Maret 2013). "Benefits of Targeted Advertisements: A Spotify Fail". eREACH. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  66. ^ Godfrey, Téa Silvestre (11 November 2021). "Your Brand and the Marketing Rule of 7". Story Bistro. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  67. ^ "In Your Face: The Benefits of Targeted Advertising". www.willpenman.com. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  68. ^ Lau, Wilson. "What Is Targeted Advertising?". AdRoll. Diakses tanggal 1 Desember 2021. 
  69. ^ Marotta, V.; Zhang, Kaifu; Acquisti, A. (2016). "Who Benefits from Targeted Advertising". Business.