Inceptisol

Revisi sejak 24 Oktober 2021 11.18 oleh Johnstad Di Maria (bicara | kontrib) (Perbaikan ejaan/tata bahasa/tanda baca/tipografi)

Inceptisol (inceptum yang berarti permulaan) merupakan tanah muda yang proses pembentukannya tergolong cepat dari hasil pelapukan bahan induk.[1] Tanah Inceptisol mempunyai sifat fisik yang terbatas pada pengembangan sistem akar dan perakaran tanah, memiliki kedalaman efektif yang tipis untuk pengolahan tanah, memiliki berat isi yang lebih besar akibat dari sebagian pori diisi oleh partikel debu[2]. Berdasarkan distribusi tiap ordo tanah di permukaan bumi, inceptisol memiliki luas sekitar 15% dari luas area permukaan bumi. Tergolong tanah yang subur untuk lahan pertanian[3]

Gambar Penampang profil Tanah Inceptisol

Faktor Pembentuk

Inceptisol terjadi karena adanya beberapa faktor pembentuk tanah. 5 faktor utama yang mempengaruhi perkembangan tanah inceptisol adalah iklim, vegetasi, relief, bahan induk, dan waktu. Berikut merupakan 5 faktor pembentuk tanah Inceptisols:

  1. Iklim: Inceptisols berkembang pada beragam kondisi iklim, kecuali kondisi ARIDIK. Iklim yang menghambat perkembangan tanah seperti temperatur rendah atau curah hujan rendah justru membantu perkembangan inceptisol.
  2. Vegetasi: Inceptisols ditemukan pada ekosistem hutan, padang rumput dan lahan pertanian. Kebanyakan Inceptisols ditemukan pada kondisi ekosistem hutan. Penggunaan tanah inceptisol dibatasi oleh solum yang tipis (contohnya Pada lereng-lereng curam) atau oleh drainase yang buruk. Inceptisol cocok untuk kehutanan atau cagar alam.
  3. Topografi (kemiringan lahan): Kebanyakan Inceptisol berkembang pada lereng-lereng curam, dimana erosi tanah telah mengangkut sebagian bagian atas tanah secara berkelanjutan. Inceptisol lainnya terbentuk pada daerah cembung ke lereng dimana lereng tersebut rata dan dengan bukit yang melandai. Inceptisol ini berkembang pada colluvium dalam sedimen yang telah mengendap.
  4. Bahan Induk: Inceptisol banyak ditemukan di daerah-daerah deposit glasial atau pada deposit muda di lembah-lembah atau delta. Kebanyakan Inceptisol hadir pada geologis sedimen muda (misalnya tanah aluvial, Kolovium, Loess). Bahan induk yang berkapur atau tahan terhadap pelapukan dapat menghambat perkembangan tanah, tetapi kondisi ini cocok bagi perkembangan Inceptisol.
  5. Waktu: Di daerah tropis, laju perkembangan Inceptisol menjadi ordo tanah lainnya lebih cepat dibandingkan dengan di daerah temperatur dingin, proses perkembangan tanah ini juga dihambat oleh lambatnya pelapukan batuan yang tahan.

Proses Pedogenesis

Proses pedogenesis (pembentukan tanah) ada yang mempercepat dan memperlambat. proses percepatan pembentukan tanah Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses perlambatan pembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk[4].

Ciri dan Karateristik

Inceptisol memiliki beberapa penciri dan karakteristik khusus. ciri dan karakter khusus ini dapat menjadi pembeda inceptisol dengan ordo tanah lainnya. Berikut merupakan ciri dan karateristik dari inceptisol:

  • Epipedon penciri antara lain umbrik ataupun okrik.
  • Horizon bawah adalah kambik yang dicirikan dengan adanya perubahan warna atau struktur tanah, tetapi tidak ada  horison spodik, argillik, kandik, natrik, atau oksik.
  • Horizon lainnya yang mungkin dijumpai antara lain duripan, fragipan, kalsik, gypsik ataupun sulfidik.
  • Tidak ada ciri-ciri tanah andisol
  • Subordo dalam Inceptisols dibedakan oleh rezim lengas tanah, epipedon, dan rezim suhu tanah.

Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah yang digunakan untuk proses identifikasi tanah dari mulai tingkat ordo (umum) hingga tingkat seri (detail). Proses klasifikasi ini penting untuk kegiatan pemetaan tanah yang dapat digunakan sebagai data evaluasi kesuburan tanah, penggunaan lahan dan sebagainya. Berikut merupakan klasifikasi tanah dari inceptisol.

Klasifikasi Tanah Inceptisol[3]
Kategori Klasifikasi
Ordo Proses pembentukan tanah seperti yang ditunjukkan oleh ada tidaknya horizon penciri dan jenis horizon pencirinya
Sub-ordo Keseragaman genetik, misalnya ada tidaknya sifat yang berhubungan dengan pengaruh air, rezim lengas tanah, bahan induk utama, pengaruh vegetasi, tingkat dekomposisi bahan organik
Grup Kesamaan jenis, susunan dan perkembangan horizon, kejenuhan basa, suhu dan lengas tanah, ada tidaknya lapisan penciri lain.
Sub-grup (1) Sifat inti dari grup (Typic), (2) sifat peralihan ke grup, sub-ordo atau ordo lain, (3) sifat tanah peralihan ke bukan tanah
Famili Sebaran besar butir, susunan mineral liat, kelas aktivitas tukar kation, rezim suhu tanah
Seri Jenis dan susunan, warna, tekstur, struktur konsistensi, reaksi tanah, sifat kimia, dan mineralogi masing-masing horizon

Sebaran Tanah Inceptisol di Indonesia

Penyebaran ordo tanah Inceptisol mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi terutama di Sumatera, Kalimantan, Papua, dan Jawa. Wilayah Sumatera didominasi di Provinsi Aceh dengan luasan sekitar 3,16 juta hektar.

Kendala Budidaya di Inceptisol

Inceptisol memiliki permasalahan dalam proses budidaya. Kendala ini perlu menjadi perhatian serius oleh petani agar tanah garapan dapat subur dan mencukupi nutrisi di tanaman. Berikut merupakan kendala budidaya di inceptisol[5]

  1. Nilai pH yang sangat rendah (kurang dari 5), sehingga sulit untuk tempat budidaya tanaman.
  2. Dataran rendah pada umumnya memiliki solum tebal, sedangkan pada daerah-daerah lereng curam solumnya tipis. Sehingga perlu adanya pemilihan jenis tanaman yang berbeda pada setiap tempat.
  3. Kandungan bahan organik sebagian rendah sampai sedang, sehingga membutuhkan banyak tambahan bahan organik.
  4. Kesuburan dan sifat kimia Inceptisol relatif rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan penanganan dan teknologi yang tepat.

Referensi

  1. ^ Evans katerens, Samuel (2020). "Klasifikasi Inceptisol Pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Hasundutan" (PDF). Jurnal Online Agroteknologi. 2: 1451 – 1458. 
  2. ^ Barbosa, Samara Martins (2020). "Deep furrow and additional liming for coffee cultivation under first year in a naturally dense inceptisol". Geoderma. 357: 1–13. doi:https://doi.org/10.1016/j.geoderma.2019.113934. Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  3. ^ a b Soil Survey Staff (2014). Keys To Soil Taxonomy. Washington, DC.: USDA-Natural Resources Conservation Service. 
  4. ^ Resman, A.S., A.S. (2006). "Kajian Beberapa Sifat Kimia dan Fisika Inceptisol Pada Toposekuen Lereng Selatan Gunung Merapi Kabupaten Sleman". Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 6 (2): 101–108. 
  5. ^ Munir, M (1996). Tanah-tanah utama Indonesia: Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustaka Jaya.