Kata

unit bahasa
Revisi sejak 20 Februari 2020 14.22 oleh Argo Carpathians (bicara | kontrib) (←Suntingan 175.158.55.76 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Agungsn)

Kata atau ayat[1] adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan makna, terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.

Contoh gambar satu halaman kamus atau daftar kata-kata.

Etimologi

Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Ngapak kathā. Dalam bahasa Sanskerta, kathā sebenarnya bermakna "konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng"[2]. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata".

Masalah Pendefinisian

Istilah "kata" tidak sulit untuk didefinisikan. Di dalam artikel ini dicoba untuk menjelaskan konsep ini dengan menyajikan tiga definisi yang berbeda: definisi menurut KBBI, tata bahasa baku bahasa Indonesia dan definisi yang umum diberikan di Dunia Barat.

Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997) memberikan beberapa definisi mengenai kata:

  1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
  2. konversasi, bahasa
  3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas
  4. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan)

Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau entri sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya kathā dalam bahasa Sanskerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan sebagai sebuah morfem atau gabungan morfem.

Jenis kata

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:

  1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
  2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
    • Verba transitif (membunuh),
    • Verba kerja intransitif (meninggal),
    • Pelengkap (berumah)
  3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
  4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
  5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
    • Orang pertama (kami),
    • Orang kedua (engkau),
    • Orang ketiga (mereka),
    • Kata ganti kepunyaan (-nya),
    • Kata ganti penunjuk (ini, itu)
  6. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
    • Angka kardinal (duabelas),
    • Angka ordinal (keduabelas)
  7. Kata tugas atau partikel adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
    • preposisi (kata depan) (contoh: dari),
    • konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
    • artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
    • interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
    • partikel penegas.

Klasifikasi Kata

Tujuh kategori kata tersebut dapat dikategorikan kedalam dua klasifikasi kata, yaitu kelas terbuka dan kelas tertutup, Kata yang tergolong dalam kelas terbuka dapat berkembang atau justru berkurang seiring waktu.[3] Penambahan kata dalam kelas terbuka dapat terjadi karena proses morfologi dari kata tersebut, misalnya karena afiksasi. Kelas kata yang termasuk dalam kelas terbuka adalah nomina, ajektifa, verba dan adverbia. Berlawanan dengan kelas kata sebelumnya, kelas tertutup tidak dapat membentuk kata baru, oleh karena itu jumlah kata dalam kelas ini tidak pernah bertambah atau berkurang.[3] Contoh dari kelas kata yang tergolong dalam kelas tertutup adalah pronomina, preposisi dan konjungsi.

Penentuan batas kata

didalam Ilmu linguistik ada minimal lima cara dalam menentukan batas-batas kata:

Pada jeda
Seorang pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan secara pelan, diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang pembicara maka akan cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun metode ini tidaklah sempurna: sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata.
Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata.
Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
Batas fonetis
Beberapa bahasa mempunyai aturan pelafalan khusus yang membuatnya mudah ditinjau di mana batas kata sejatinya. Misalnya, di bahasa yang secara teratur menjatuhkan tekanan pada suku-kata terakhir, maka batas kata mungkin jatuh setelah masing-masing suku-kata yang diberi tekanan. Contoh lain bisa didengarkan pada bahasa yang mempunyai harmoni vokal (seperti bahasa Turki): vokal dalam sebagian kata memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu batas kata mungkin terjadi setiap kali kualitas huruf hidup berganti. Tetapi, tidak semua bahasa mempunyai peraturan fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun iya, pada bahasa ini ada pula perkecualiannya.
Satuan semantis
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.

Dalam praktiknya, ahli bahasa mempergunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih sangat sukar ditangkap.

Catatan kaki

  1. ^ Istilah yang dipergunakan di Malaysia dan dalam agama Islam.
  2. ^ Lema kathā di kamus bahasa Sanskerta-Inggris oleh Monier-Williams (1899)
  3. ^ a b Chaer, A. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Rujukan

  1. H. Alwi; Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 
  2. Ensiklopedi Nasional Indonesia (ENI) (edisi ke-Jilid 8). Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka. 1990. hlm. hlm. 217–218. 
  3. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1997. 
  4. Monier-Williams, Monier (1899). Sanskrit-English Dictionary. 

Lihat pula

Bahan bacaan terkait

  • Adger, David (2003). Core Syntax: A Minimalist Approach. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0-19-924370-0. 
  • Barton, David (1994). Literacy: An Introduction to the Ecology of Written Language. Blackwell Publishing. hlm. 96. 
  • Bauer, Laurie (1983). English Word-formation. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-28492-9. 
  • Brown, Keith R. (Ed.) (2005) Encyclopedia of Language and Linguistics (2nd ed.). Elsevier. 14 vols.
  • Crystal, David (1995). The Cambridge Encyclopedia of the English Language (edisi ke-1). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-40179-8. 
  • Fleming, Michael; et al. (2001). Meeting the Standards in Secondary English: A Guide to the ITT NC. Routledge. hlm. 77. ISBN 0-415-23377-1. 
  • Goddard, Cliff (2002). "The search for the shared semantic core of all languages". Dalam Cliff Goddard and Anna Wierzbicka. Meaning and Universal Grammar: Theory and Empirical Findings (PDF). Volume I. Amsterdam: John Benjamins. hlm. 5–40. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-09-08. 
  • Katamba, Francis (2005). English Words: Structure, History, Usage. Routledge. ISBN 0-415-29893-8. 
  • Plag, Ingo (2003). Word-formation in English. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-52563-2. 
  • Simpson, J.A. and E.S.C. Weiner, ed. (1989). Oxford English Dictionary (edisi ke-2). Clarendon Press. ISBN 0-19-861186-2. 
  • Wierzbicka, Anna (1996). Semantics: Primes and Universals. Oxford University Press. ISBN 0-19-870002-4. 

Pranala luar