Kerajaan Kuru merupakan salah satu kerajaan India Kuno yang muncul dalam susastra Hindu dan diperintah oleh Wangsa Kuru. Pandawa dan Korawa merupakan Wangsa Kuru. Kerajaan Kuru yang lain berada di utara Himalaya, dan disebut Uttara Kuru. Kerajaan Kuru terbentang di antara Sungai Saraswati dan Sungai Gangga. Kerajaan tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu Kurujangala dan Kuru asli.

Peta kerajaan pada zaman India kuno. Kerajaan Kuru, Kuru Panchala, dan Kuru Utara terletak di wilayah utara

Kurujangala

Kerajaan ini diperintah oleh Yudistira, saudara tertua dari para Pandawa. Letaknya di antara Sungai Gangga dan Sungai Yamuna. Di peta India pada masa kini, wilayah kerajaan tersebut kira-kira mencakup seluas negara bagian Haryana. Indraprastha (kini dikenal sebagai Delhi, ibukota India) adalah ibukotanya.

Kuru asli

Kerajaan Kuru yang asli dibawah pemerintahan Duryodana. Letaknya di sebelah timur Kerajaan Kurujanggala yang dipimpin oleh para Pandawa, yakni di antara Sungai Gangga dan Sungai Yamuna. Di peta India masa kini, luas kerajaan ini mencakup Uttara Pradesh bagian barat, membatasi Haryana. Hastinapura (kini merupakan kota kecil bernama Hastinapur, 37 km sebelah timur laut dari kota Meerut, Uttar Pradesh) diidentifikasi sebagai ibukotanya.

Uttara Kuru

Artikel utama: Kerajaan Uttara Kuru

Selain kerajaan Kuru yang diperintah oleh para Pandawa dan Korawa, terdapat kerajaan Kuru yang lain yang terletak di sebelah utara Himalaya dan disebut Uttara Kuru. Beberapa sejarawan mengidentifikasi kerajaan tersebut sebagai Kyrgiztan, republik di Asia Tengah. Dalam Mahabharata, Arjuna mengunjungi kerajaan tersebut dalam rangka menaklukkan kerajaan-kerajaan di penjuru Bharatawarsha untuk mendukung upacara Rajasuya yang diselenggarakan oleh Raja Yudistira. Mahābhārata mendeskripsikan kerajaan tersebut sebagai wilayah para Dewa, dimana penduduknya tidak terkena dampak dari usia tua dan tidak pernah terkena penyakit.

Deskripsi mengenai Uttara Kuru terdapat dalam kitab Mahābhārata, tepatnya dalam Bhismaparwa (kitab kedelapanbelas), dimana Sanjaya menjelaskan dengan panjang lebar situasi wilayah di utara gumung Himalaya yang disebut Kuru Utara:

Referensi tentang Kerajaan Kuru dalam Mahabharata

Raja Kuru pertama

Sambarana, seorang yang lahir dalam garis keturunan Pururawa Aila, menikahi Tapati, dan memiliki seorang putera yang diberi nama Kuru. Raja Kuru tersebut memiliki sifat kebaikan yang sangat tinggi, maka dari itu ia dilantik untuk mewarisi tahta kerajaan oleh rakyatnya. Namanya membuat dataran Kurujanggala menjadi masyur di seluruh dunia. Ia melakukan tapa di sebuah tempat bernama Kurukshetra dan semenjak itu tempat tersebut suci dan keramat.

Keturunan dari Raja Puru

Ketika Janamejaya ingin mengetahui siapa saja yang merupakan keturunan Puru, Wesampayana menjelaskan garis keturunan Puru dengan panjang lebar.

Raja Bharata

Puru menikah dengan Paushti dan memiliki tiga putera, yaitu: Prawira, Iswara, dan Raudraswa. Di antara mereka, Prawira merupakan penerus dinasti. Prawira menikah dengan Suraseni dan berputera Manasyu. Manasyu menikah dengan Sauwiri dan memiliki tiga putera bernama: Sakta, Sahana, dan Wagmi. Raudraswa menikah dengan bidadari Misrakesi dan memiliki sepuluh putera. Mereka adalah: Richeyu, Kaksreyu Wrikeyu, Sthandileyu, Waneyu, Jaleyu, Tejeyu, Satyeyu, Dharmeyu dan Sannateyu yang kesepuluh.

Di antara mereka semua, Richeyu menjadi penguasa tunggal dan dikenal dengan nama Anadhrishti. Anadhristi memiliki putera bernama Matinara yang kemudian menjadi seorang raja terkenal dan bijaksana dan menyelenggarakan Rajasuya dan Ashwamedha. Matinara memiliki empat putera, yaitu: Tansu, Mahan, Atiratha, dan Druhyu. (di antara mereka, Tansu dengan keberanian besar menjadi penerus keturunan Puru). Tansu memiliki putera bernama Ilina. Ilina menikah dengan Rathantara dan memiliki lima putera. Mereka adalah: Dushmanta, Sura, Bhima, Prabasu, dan Basu (Basu dikatakan sebagai pendiri Kerajaan Chedi). Yang sulung di antara mereka adalah Dushmanta, yang kemudian menjadi raja. Dushmanta menikah dengan Sakuntala dan memiliki putera yang sangat cerdas bernama Bharata, yang kemudian menjadi raja. Bharata memberikan namanya kepada setiap suku yang ia dirikan. Dari sanalah Dinasti terkenal tersebar dengan luas. Bharata memiliki tiga istri dan sembilan putera. Namun di antara mereka tidak ada yang seperti ayahnya sehingga Bharata tidak senang kepada mereka. Ibu mereka akhirnya menjadi marah dan membunuh mereka semua. Raja Bharata sia-sia memiliki putera.

Kemudian diselenggarakan upacara besar dan atas rahmat Bharadwaja lahirlah putera bernama Bhumanyu. Kemudian Bharata, keturunan terbesar Sang Puru, mengangkatnya sebagai anak dan memilihnya sebagai ahli waris. Bhumanyu menikah dengan Pushkarini dan memiliki enam putera bernama: Suhotra, Suhotri, Suhawih, Sujeya, Diwiratha dan Kichika. Suhotra menikah dengan Aikshaki dan memiliki tiga puterabernama Ajamidha, Sumidha, dan Purumidha. Yang sulung di antara mereka, Ajamidha, menjadi pewaris kerajaan. Ia memiliki enam putera, antara lain: Riksha yang lahir dari Dhumini; Dushmanta dan Parameshthin lahir dari Nili; Jahnu, Jala dan Rupina yang lahir dari Kesini.

Percabangan ke Panchala dan Kusika

  • Semua suku di Panchala diturunkan oleh Dushmanta dan Parameshthin, dua putera dari Ajamidha, Raja Wangsa Puru
  • Bangsa Kusika (yang memerintah Kerajaan Kanyakubja, wilayah sebelah selatan Panchala) merupakan para putera Jahnu

Pengasingan sementara leluhur Dinasti Kuru

Pangeran dari Dinasti Bharata bernama Riksha (gunung di timur-tengah India juga bernama Gunung Riksha (Ramgarh hills)) yang lebih tua daripada Jala dan Rupina menjadi raja dan memiliki putera bernama Sambarana, penerus tahta kerajaan. Dikisahkan ketika Sambarana, putera dari Riksha, berkuasa, banyak penduduk yang meninggal karena kelaparan, penyakit pes, kekeringan, dan wabah. Kemudian kerajaannya mendapat serbuan dari Kerajaan Panchala. Para pengeran Bharata terpukul mundur oleh tentara musuh. Panchala dengan sepuluh Akshauhini mengalahkan pangeran Bharata. Kemudian Sambarana bersama istri, menteri, putera dan kerabatnya, melarikan diri, dan menempati hutan di tepi Sungai Sindhu, yang termasuk wilayah dari kaki pegunungan di sebelah barat.

Di sana para keturunan Bharata hidup selama seribu tahun penuh (untuk jangka waktu yang lama), dengan bentengnya. Setelah mereka tinggal di sana dalam jangka waktu yang cukup lama, suatu hari Rsi Wasista datang mengunjungi tempat pengasingan tersebut.

Atas bantuan Wasista, pangeran Bharata merebut kembali kerajaannya dan sekali lagi membuat kerajaan di seluruh dunia membayar upeti kepadanya.

Asal mula Dinasti Kuru

Sambarana menikahi Tapati (yang tinggal di tepi Sungai Tapati (Tapti, Marashtra), putera Surya (Raja dari Dinasti Matahari) dengan pertolongan Wasistha, pendeta para Raja Dinasti Matahari. Sambarana berputera Sang Kuru. Raja Kuru tersebut memiliki sifat kebaikan yang sangat tinggi, maka dari itu ia dilantik untuk mewarisi tahta kerajaan oleh rakyatnya. Namanya membuat dataran Kurujanggala (sebelah timur Hariyana) menjadi masyur di seluruh dunia. Ia melakukan tapa di sebuah tempat bernama Kurukshetra dan semenjak itu tempat tersebut suci dan keramat.

Wahini, istri Sang Kuru, melahirkan lima putera, yaitu: Avikshit, Bhawishyanta, Chaitraratha, Muni dan Janamejaya 1. Avikshit berputera Parikshit 1, Sawalaswa, Adhiraja (lihat: Kerajaan Karusha), Wiraja, Salmali, Uchaihsrawas, Bhangakara dan Jitari yang kedelapan. Parikshit 1 memiliki putera bernama Kakshasena, Ugrasena, Chitrasena, Indrasena, Sushena dan Bhimasena. Putera dari Janamejaya 2 adalah Drestarastra 1 yang tertua, Pandu 1, Balhika 1, Nishadha , Jambunada, Kundodara, Padati, Wasati yang kedelapan.

  • Terdapat seorang Gandharwa yang bernama Drestarastra
  • Terdapat seorang bangsa Naga yang bernama Drestarastra

Kelahiran Santanu, Raja Kuru

Di antara mereka, Drestarastra 1 menjadi raja. Drestarastra 1 memiliki delapan putera, yaitu: Kundika, Hasti, Witarka, Kratha, Hawihsrawas, Indrabha, dan Bhumanyu. Drestarastra 1 memiliki cucu-cucu, dan hanya tiga orang yang terkenal. Mereka adalah Pratipa, Dharmanetra, Sunetra. Di antara mereka bertiga, Pratipa menjadi seorang yang tak tersaingi di muka bumi. Pratipa memiliki tiga putera, yaitu: Devapi, Santanu, dan ksatria sakti mandraguna bernama Balhika 2.

Raja Bahlika yang turut bertempur saat perang di Kurukshetra adalah Bahlika-3. Drestarastra yang merupakan ayah Duryodana merupakan Drestarastra 2. Pandu, ayah para Pandawa merupakan Pandu 2. ada banyak Raja yang bernama Janamejaya dan Parikesit dalam garis keturunan Dinasti Aila-Puru-Bharata-Kuru. Janamejaya yang mendengarkan kisah Wesampayana untuk mengetahui sejarah leluhurnya merupakan Janamejaya terakhir di antara Janamejaya yang lain, seperti Janamejaya 3 dan 4. ia merupakan putera terakhir di antara para Raja yang bernama Parikesit.

Garis keturunan dari Daksha sampai cucu Janamejaya

Garis keturunan

Daksha

Daksa
Aditi
Wiwaswat (Surya)
Waiwaswata Manu
Ila
Pururawa
Ayu
Nahusa
Yayati
Puru
Dinasti Puru
▪ Janamejaya I
▪ Pracinwan
▪ Sanyati
▪ Ahayanti
▪ Sarwaboma
▪ Jayatsena
▪ Awacina
▪ Arihan I
▪ Mahaboma
▪ Ayutanayi
▪ Akrodana
▪ Dewatiti
▪ Arihan II
▪ Reksa
▪ Matinara
▪ Tansu
▪ Ilina
▪ Duswanta
Bharata
Dinasti Bharata
▪ Bumanyu
▪ Suhotra
▪ Hasti
▪ Wikuntana
▪ Ajamida
▪ Sambarana
Kuru
Dinasti Kuru
▪ Widurata
▪ Anaswan
▪ Parikesit I
▪ Bimasena
▪ Pratisrawa
▪ Pratipa
▪ Santanu
Para Raja
Hastinapura
Santanu
Citrānggada
Wicitrawirya
Pandu
Dretarastra
Yudistira
Parikesit II
Janamejaya II
▪ Satanika
▪ Aswamedadata


Dalam Mahabharata diceritakan, Raja Janamejaya ingin mengetahui garis keturunan leluhurnya, yang dimulai dari Manu, yang konon merupakan Raja pertama di dunia. Wesampayana kemudian menguraikan dengan panjang lebar.

Dinasti Bulan

Daksha menurunkan Aditi (salah satu dari 13 ibu terbesar pada zaman kuno), dan Aditi menurunkan Wiwaswat, Wiwaswat (golongan Dinasti Surya) melahirkan Manu, dan Manu menurunkan Ha dan Ha menurunkan Pururawa. (dalam referensi yang lain Pururawa dikatakan sebagai putera dari Ila (1,75), puteri Manu. Maka dari itu ia disebut Pururawa-Aila. Seorang pertapa yang bernama Budha (Vudha) (7,141) dari Dinasti Bulan yang datang dari wilayah utara menuju India Kuno untuk bertapa dikatakan sebgai ayahnya. Beberapa sejarawan menghubungkan Ila dengan Sungai Ili di Asia Tengah (Nama Ha diperkirakan berasal dari China). Pururawa menurunkan Ayus (dengan Apsari (Gandharwa wanita).

Kelahiran Yadu, Tuwasu, Anu, Druhyu, dan Puru

Raja Ayus menurunkan Nahusa, dan Nahusa menurunkan Yayati. Maharaja Yayati memiliki lima putera, yaitu: Yadu dan Tuwasu dari Dewayani (puteri dari Usana atau Mahaguru Sukra); dan Anu, Druhyu, Puru dari Sarmishta. Di antara kelima orang tersebut, Puru-lah yang menurunkan keluarga Bharata, yaitu keluarga besar Pandawa dan Korawa. Keturunan Yadu disebut Yadawa sedangkan keturunan Puru disebut Paurawa.

Dinasti Puru

Puru menikahi Kausalya (Koçalya), kemudian menurunkan Janamaejaya 1, yang menyelenggarakan tiga upacara korban kuda, dan upacara tersebut bernama Wiswajit. Janamejaya 1 menikahi Ananta, puteri dari Kerajaan Madhawa, yang kemudian menurunkan Prachinwat. Prachinwat disebut sebagai penakluk negara timur dimana matahari terbit (Arunachal Pradesh).

Garis keturunan Raja Bharata

Prachinwat menikahi Asmaki, puteri dari Wangsa Yadawa, yang kemudian menurunkan Sanyati. Sanyati menikahi Warangi, puteri dari Drishadwata, yang kemudian menurunkan Ahayanti. Ahayanti menikahi Bhanumati, puteri dari Kritawirya, yang kemudian menurunkan Sarwabhoma. Sarwabhoma menikahi Sunanda 1, kemudian menurunkan Jayatsena, yang kemudian menikahi Susrawa, puteri Raja Widarbha, dan menurunkan Awachina. Awachina juga menikahi puteri dari Kerajaan Widarbha, bernama Maryada 1. Kemudian ia menurunkan Arihan 1. Arihan 1 menikahi Angi kemudian menurunkan Mahabhoma.

Mahabhoma menikahi Suyajna, puteri Prasenajit. Darinya lahirlah Ayutanayi. Ayutanayi menikahi Kama, puteri Prithusrawas. Darinya lahirlah Akrodhana. Akrodhana kemudian menikahi Karambha, puteri dari Kerajaan Kalinga. Mereka memiliki putera bernama Dewatithi, dan Dewatithi menikahi Maryada 2, puteri Kerajaan Wideha. Dewatithi menurunkan Arihan 2. Arihan 2 menikahi Sudewa, puteri dari Kerajaan Anga, dan darinya lahirlah Riksha. Riksha menikahi Jwala, puteri dari Naga Takshaka, dan menurunkan putera bernama Matinara. Matinara menikahi seorang puteri dari lembah Sungai Saraswati, kemudian menurunkan putera bernama Tansu. Tansu menikahi puteri dari Kerajaan Kalinga, dan memiliki putera bernama Ilina. Ilina menikahi Rathantari, dan memiliki lima putera, yang tertua bernama Duswanta. Duswanta menikahi Sakuntala, kemudian menurunkan Bharata.

Dinasti Bharata

Bharata menikahi Sunanda 1, putri Sarwasena, Raja dari Kerajaan Kasi, dan menurunkan putra bernama Bhumanyu. Bhumanyu menikahi Wijaya, puteri Dasarha, kemudian menurunkan putra bernama Suhotra. Suhotra menikahi Suwarna, puteri Ikshvaku. Suhotra menurunkan Hasti, pendiri Hastinapura. Hasti menikahi Yasodhara, puteri dari Kerajaan Trigarta. Hasti menurunkan Wikunthana. Wikunthana menikahi Sudewa, puteri dari Kerajaan Dasarha. Wikunthana menurunkan Ajamidha. Ajamidha memiliki empat istri, yaitu: Kaikeyi, Gandhari, Wisala dan Riksha. Mereka melahirkan banyak putera, namun yang paling terkemuka bernama Sambarana. Sambarana menikahi Tapati, putera Wiwaswat (Dewa Surya).

Dinasti Kuru

Sambarana menurunkan Sang Kuru. Kuru menikahi Subhangi, puteri dari Kerajaan Dasarha, kemudian ia menurunkan putera bernama Widuratha. Widuratha menikahi Supriya, puteri dari Kerajaan Madhawa. Darinya lahirlah putera bernama Anaswan. Anaswan menikahi Amrita, puteri dari Kerajaan Madhawa. Darinya lahirlah putera bernama Parikesit 1. Parikesit 1 menikahi Suwasa, kemudian menurunkan Bhimasena 1. Bhimasena 1 menikahi Kumari, puteri dari Kerajaan Kekaya, dan menurunkan Pratisrawas. Pratisrawas menurunkan Pratipa. Pratipa menikahi Sunanda, puteri dari Kerajaan Siwi, kemudian menurunkan 3 putera. Di antara ketiga putera tersebut, Santanu menjadi Raja.

Keturunan Prabu Santanu

Santanu menikahi Dewi Gangga, yang kemudian memberinya seorang putera bernama Dewabrata, namun di kemudian hari bernama Bhisma. Bhisma yang ingin memberikan sesuatu yang terbaik bagi ayahnya, menikahkan ayahnya dengan Satyawati, alias Durgandini atau Gandhakali atau Gandhawati. Sebelumnya Satyawati pernah menikah dengan Parasara, yang memberinya seorang putera bernama Krishna Dwaipayana Wyasa. Dengan Satyawati, Santanu memiliki dua orang putera bernama Chitrāngada dan Wicitrawirya. Chitrāngada dibunuh oleh seorang Gandharwa. Wicitrawirya menjadi raja, dan menikahi dua orang puteri dari Kerajaan Kasi, bernama Ambika dan Ambalika. Namun Wicitrawirya wafat di usia muda.

Kelahiran Pandawa dan Korawa

Atas permohonan Satyawati, Krishna Dwaipayana Vyasa memberikan tiga orang putera bernama Drestarastra, Pandu, dan Widura kepada janda Wicitrawirya. Raja Drestarastra menikah dengan Gandari dan memiliki seratus putera atas pertolongan dari Krishna Dwaipayana Vyasa. Di antara seratus putera Drestarastra, hanya empat yang terkemuka. Mereka adalah Duryodana, Dursasana, Wikarna, dan Citrasena. Pandu memiliki dua orang istri, bernama Kunti (yang juga disebut Partha) dan Madri. Pandu dan Madri wafat. Kemudian Kunti menjadi kepala keluarga sesuai dengan harapan Pandu. Dari Dewa Dharma (Yamaraja), lahirlah Yudistira. Dari Marut (Bayu), lahirlah Bhima. Dari Sakra (Indra), lahirlah Arjuna. Dari Dua Aswin, lahirlah Nakula dan Sadewa. Kelima pangeran tersebut dikenal dengan sebutan Pandawa. Para Pandawa tinggal bersama para Korawa di Hastinapura. Duryodana yang selalu merasa cemburu dengan Pandawa, selalu berusaha membunuh mereka. Namun Pandawa selalu berhasil melewati segala upaya pembunuhan. Pandawa memerintah sebagian dari Kerajaan Kuru, dengan Indraprastha sebagai ibukota.

Para putera Pandawa

Yudishtira berputera Pratiwindya; Bhima berputera Sutasoma; Arjuna berputera Srutakriti; Nakula berputera Satanika; dan Sahadewa berputera Srutakarma. Di samping itu, Yudishtira menikahi Dewika, puteri dari Gowasana dari suku Saibya, dan memiliki putera bernama Yaudheya. Bhima menikahi Walandhara, puteri dari Kerajaan Kasi, dan memiliki putera bernama Sarwaga. Arjuna menikahi Subadra, adik Vasudeva Krishna dari Dwarawati, dan memiliki putera bernama Abimanyu. Nakula juga menikahi Karenumati, puteri dari Kerajaan Chedi, dan memiliki seorang putera bernama Niramitra. Sahadewa menikahi Wijaya, puteri Dyutimat, raja di Kerajaan Madra, dan memiliki seorang putera bernama Suhotra. Di kerajaan Rakshasa, Bhima menikahi Hidimba dan memiliki putera bernama Gatotkaca. Arjuna juga memiliki putera bernama Irawan dari Ulupi dan putera yang lain bernama Babruwahana dari Chitrāngadā, puteri dari Manipura.

Abimanyu, Parikesit, Janamejaya dan keturunannya

Di antara mereka semua, Abimanyu menjadi penerus keluarganya. Ia menikahi Utara, puteri Wirata dari Kerajaan Matsya, dan memiliki seorang putera bernama Parikesit. Ia tewas ketika masih kecil, namun kemudian dihidupkan kembali oleh Sri Kresna, dan semenjak itu ia bernama “Parikesit” (Parikshita). Parikesit menikahi Madrawati, dan memiliki seorang putera bernama Janamejaya. Janamejaya menikahi Wapushtama, dan memiliki dua putera bernama Satanika 2 dan Sankukarna. Satanika 2 menikahi puteri dari Kerajaan Wideha dan memiliki seorang putra bernama Aswamedhadatta.

Akademi militer oleh Drona

Wilayah kekuasan Para Raja Dinasti Bulan

Tempat-tempat di Kerajaan Kuru

Artikel utama: Tempat-tempat di Kerajaan Kuru

Hastinapura merupakan kota terbesar di kerajaan Kuru dan ibukota para Korawa, dan ketika Pandawa memerintah di Indraprastha, kota tersebut menjadi kota terbesar kedua. Selain kota utama tersebut, Kerajaan Kuru juga memiliki banyak desa seperti misalnya Wardhamana, Pramanakoti, Waranawati, Wrikastali; provinsi seperti misalnya Makandi; hamparan Kurukshetra dan hutan-hutan seperti Hutan Kamyaka dan Hutan Dwaita.

Para Kuru saat perang di Kurukshetra

Artikel utama: Perang di Kurukshetra

Perang di Kurukshetra terjadi karena adanya perkara di antara dua keluarga dalam Dinasti Kuru, yaitu Pandawa dan Korawa. Dalam pertempuran tersebut, hampir seluruh pemimpin kerajaan pada zaman India kuno berpartisipasi. Kehancuran yang didapat sebagai akibat dari pertempuran membawa India menuju zaman depresi sosial dan ekonomi (Kali Yuga atau zaman kegelapan) yang dapat berakhir dalam jangka waktu yang lama.

Pendirian para pemimpin Yadawa di Kurujanggala

Lihat pula

Referensi