Koran

publikasi terjadwal yang berisi berita kejadian, artikel, fitur, editorial, dan iklan
Revisi sejak 12 Desember 2018 15.12 oleh 182.1.172.87 (bicara)

PARA SARJA HANYA JADI BAWAHAN SMA DI PT.IMIP DI MOROWALI

Apa gunanya sekekola tinggi jika kita hanya jadi bawahan anak-anak SMA. Di PT.IMIP MOROWALI para sarjana S1,dan S2 hanya jadi bawahan para anak2 SMA.Apa jadinya bangsa kita ini jika anak SMA menjadi atasan dari seorang sarjana s1 dan s2. Apakah PT.Imip menganggap bahwa seorang sarjana lebi pantas jadi bawahan dari anak SMA. Adapun juga di antara para atasan-atasan di PT.imip yang hanya tammat di skola dasar dan menjadi atasan dari para sarjana.pemerinta lebi mementingkan pendidikan, dan apa gunanya sekarang pendidikan yang mereka pentingkan itu, jika para sarjana-sarjana di indonesia nantinya hanya jadi bawahan dari para orang yg hanya mempunyai ijasa SD.APa kata dunia indonesia

Sistem cetak jarak jauh

Perkembangan teknologi modern (komputer, internet, dll) kini memungkinkan pencetakan surat kabar secara simultan di beberapa tempat, sehingga peredaran di daerah-daerah yang jauh dari pusat penerbitan dapat dilakukan lebih awal. Misalnya, koran Republika yang pusatnya di Jakarta, melakukan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) di Solo. Koran International Herald Tribune yang beredar di Indonesia dicetak dan diterbitkan di Singapura, padahal kantor pusatnya berada di Paris.

Di satu pihak sistem ini menolong beredarnya koran-koran kota besar di daerah-daerah dengan lebih tepat waktu. Namun di pihak lain, koran-koran daerah banyak yang mengeluh karena hal ini membuat koran-koran besar semakin merajai dan mematikan koran-koran daerah yang lebih kecil.

Format

Surat kabar modern biasanya terbit dalam salah satu dari tiga ukuran:

Sejak tahun 1980-an, banyak surat kabar yang dicetak berwarna dan disertai grafis. Ini menunjukkan bahwa tata letak surat kabar semakin penting dalam menarik perhatian pembaca.

Oplah

Jumlah kopi surat kabar yang dijual setiap harinya disebut oplah, dan digunakan untuk mengatur harga periklanan.

Koran dan politik

Di negara-negara Barat, pers disebut sebagai kekuatan yang keempat, setelah kaum agamawan, kaum bangsawan, dan rakyat. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Thomas Carlyle pada paruhan pertama abad ke-19. Hal ini menunjukkan kekuatan pers dalam melakukan advokasi dan menciptakan isu-isu politik. Karena itu tidak mengherankan bila pers sering ditakuti, atau malah "dibeli" oleh pihak yang berkuasa.

Di Indonesia, pers telah lama terlibat di dalam dunia politik. Pada masa penjajahan Belanda pers ditakuti, sehingga pemerintah mengeluarkan haatzai artikelen, yaitu undang-undang yang mengancam pers apabila dianggap menerbitkan tulisan-tulisan yang "menaburkan kebencian" terhadap pemerintah.

Pada masa Orde Lama banyak penerbitan pers yang diberangus oleh Presiden Soekarno. Namun bredel pers paling banyak terjadi di bawah pemerintahan Soeharto. Akibatnya banyak wartawan yang harus menulis dengan sangat berhati-hati. Atau sebaliknya, wartawan menjadi tidak kritis dan hanya menulis untuk menyenangkan penguasa. Kondisi demikian berubah menjadi lebih positif, setelah munculnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 yang menjamin kebebasan pers.

Lihat pula

Pranala luar