Masjid Menara Kudus

masjid di Indonesia

Mesjid Menara Kudus (disebut juga dengan Masjid Al Manar, nama resmi: Masjid Al Aqsa) adalah mesjid kuna yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi atau tahun 956 Hijriah dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Masjid ini terletak di Desa Kauman, kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Arsitektur masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu, menunjukkan terjadinya proses akulturasi dalam pengislaman Jawa.

Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus pada masa kini
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiKudus kota, Jawa Tengah, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Peletakan batu pertama1549 M
Masjid Menara
Berkas:Masjid Menara Kudus Jaman Dulu.jpg
Masjid Menara Kudus

Pada masa kini, masjid ini biasanya menjadi pusat keramaian pada Festival Dhandhangan yang diadakan warga Kudus untuk menyambut bulan Ramadan.[1]

Sejarah

Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak lepas dari peran Sunan Kudus sebagai pendiri dan pemrakarsa. Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus memiliki cara yang amat bijaksana dalam dakwahnya. Di antaranya, dia mampu melakukan adaptasi dan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dengan mayoritas beragama Hindu dan Budha. Pencampuran budaya Hindu dan Budha dalam dakwah yang dilakukan Sunan Kudus, salah satunya dapat kita lihat pada masjid Menara Kudus ini.

Masjid ini didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini dapat diketahui dari inskripsi (prasasti) pada batu yang lebarnya 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid yang ditulis dalam bahasa Arab.[2]

Arsitektur

Masjid

Masjid Menara Kudus ini memiliki lima pintu sebelah kanan, dan lima pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar daripada semula karena pada tahun 1918-an telah direnovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang merupakan padasan tersebut merupakan peninggalan kuna dan dijadikan sebagai tempat wudhu.

Di dalam masjid terdapat dua bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat gapura paduraksa, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang Kembar".

Di komplek Masjid juga terdapat pancuran untuk wudhu yang berjumlah delapan buah. Di atas pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni ‘Delapan Jalan Kebenaran’ atau Asta Sanghika Marga.

Menara

Berkas:Menara M Kudus.jpg
Menara Masjid
Berkas:Menara Kudus-Masjid Menara Kudus.jpg
Menara Masjid Kudus
Berkas:Gerbang Gapura Paduraksa Masjid Menara Kudus.jpg
Bentuk Paduraksa Masjid Menara Kudus
Berkas:Masjid Menara Kudus asli buatan Sunan Kudus.jpg
Bentuk Masjid Menara Kudus asli sebelum pelebaran masjid

Menara Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu Jawa karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian: (1) kaki, (2) badan, dan (3) puncak bangunan. Menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit kecil).[3]

Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap tajug.

Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.

Galeri

Catatan Kaki

  1. ^ Yulianingsih, T.M. (2010). Jelajah Wisata Nusantara: Berbagai Pilihan Tujuan Wisata di 33 Propinsi. Yogyakarta: MedPress. hlm. 196. 
  2. ^ "Pesona Masjid Menara Kudus". 22 Juni 2012. 
  3. ^ "Wisata Masjid Kudus". 22 Juni 2012.