Menak Sunda
Menak (ᮦᮙᮔᮊ᮪, Alfabet bahasa Sunda: ménak, pengucapan bahasa Sunda: [menak][a]) adalah suatu istilah yang mengacu kepada kelas sosial atau golongan bangsawan dalam kebudayaan Sunda.[1] Sebagai keturunan penguasa dan keluarga kerajaan di tatar Sunda, terdapat gelar-gelar yang biasa mereka gunakan, antara lain Raden, Raden Tumenggung, Demang, Dipati, Tubagus, dan Ratu. Istilah ménak berdasarkan etimologi rakyat berasal dari akronim diémén-émén diénak-énak (harf. disayangi dan dilayani).[2][3]
Tokoh
suntingBeberapa tokoh menak yang terkenal, antara lain:
- Rangga Gempol Kusumadinata - Wedana Bupati Priangan I
- Dipati Ukur Wangsanata - Wedana Bupati Priangan III
- Soedardjat Nataatmadja - Bupati Bogor (1983–1988)
- Pangeran Kornel - Bupati Sumedang (1791–1828)
- Oto Iskandar di Nata - Pahlawan Nasional
- Dewi Sartika Somanegara - Pahlawan Nasional
- Djoeanda Kartawidjaja - Pahlawan Nasional, Perdana Menteri Indonesia terakhir
- Wiranatakusumah V - Wali negara Pasundan & Menteri Dalam Negeri Indonesia pertama
- Eddy Martadinata - Kepala Staf TNI Angkatan Laut ke-4
- Umar Wirahadikusumah - Wakil Presiden Indonesia ke-4
- Mochtar Kusumaatmadja - Menteri Luar Negeri Indonesia ke-12
- Marty Natalegawa - Menteri Luar Negeri Indonesia ke-15
Referensi
suntingKeterangan
sunting- ^ huruf e curek dibunyikan seperti e pada ember, bunyi "k" diucapkan secara jelas
Kutipan
sunting- ^ Danadibrata, R.A (2006). Kamus Basa Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. hlm. 434. ISBN 9793631937. Diakses tanggal (disungsi) 4 Maret 2021.
- ^ Wahyudiarto, D. (2005). Kapita selekta budaya. Surakarta: Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta. ISBN 979-8217-37-3. OCLC 190760439.
- ^ Dwipradja, D. (1987). Polemik undak usuk Basa Sunda. Bandung: Mangle Panglipur. OCLC 651083295.
Pranala luar
sunting- Sundanese Nobility, media mengenai Menak Sunda pada Wikimedia Commons.