Pasukan Akhemeniyah

Revisi sejak 27 Agustus 2012 06.10 oleh Alagos (bicara | kontrib)

Pasukan Akhemeniyah atau Pasukan Persia adalah angkatan bersenjata di Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Pasukan Akhemeniyah bersifat multikultural. Pasukan ini berisi satuan infantri dan kavaleri reguler Persia dan Media yang terlatih, yang ditambah dengan para tentara wajib militer dari bangsa-bangsa taklukan di dalam kekaisaran serta para tentara bayaran atau serdadu garnisun dari dalam atau luar kekaisaran. Tentara reguler purnawaktu seperti Pasukan Abadi dilengkapi dengan senjata dan baju zirah yang seragam. Sementara kontingen-kontingen sekutu Persia menyediakan perlengkapan mereka sendiri dan bertempur dengan gaya mereka sendiri. Selain para tentara utama, Pasukan Akhemeniyah juga memiliki satuan tambahan berupa kelompok-kelompok tentara bersenjatakan panah atau lembing. Selain itu, ketika hendak melakukan suatu pertempuran, Pasukan Akhemeniyah juga membawa banyak orang nonpetarung, seperti pengurus perkemahan, istri, selir, dan budak.

Penggambaran Pasukan Akhemeniyah diketahui dari penjabaran oleh sejarawan seperti Herodotos, Xenophon, dan Arrianos, serta dari monumen Persepolis dan Yunani-Persia.[1][2][3] Sumber penting lainnya adalah penggambaran Yunani mengenai prajurit Persia dan relief di Sarkofagus Aleksander dari Sidon.[4][5]

Sejarah

Pada awalnya, Kekaisaran Akhemeniyah tidak memiliki pasukan profesional,[6] dan para tentara merupakan penduduk yang tinggal di daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam bahasa Persia Lama, kata "pasukan militer" dan "rakyat" merupakan sinonim, yaitu kāra.[7]

Pada masa awal, pasukan Akhemeniyah hanya diisi oleh orang Persia, dan bahkan setelah menaklukan banyak bangsa lainnya, orang Persia tetap menjadi bagian inti dalam pasukan Akhemeniyah.[8] Seiring meluasnya Akhemeniyah dari kerajaan kecil menjadi kekaisaran yang besar, yang menguasai hampir seluruh kelompok bangsa Iran dari Asia Tengah hingga sungai Danube, dibentuklah pasukan tetap, yang diisi oleh orang Persia, Media, dan suku bangsa lainnya yang dekat, selain itu pasukan imperial diorganisir dengan memasukkan para tentara dari bangsa-bangsa taklukan Persia. Penggambaran di Persepolis, serta dokumen ekonomi dan militer resmi Persia yang digunakan oleh Herodotos menunjukkan bahwa semakin dekat suatu bangsa dengan bangsa Persia maka mereka membayar upeti yang lebih sedikit tapi harus mengirimkan tentara yang lebih banyak.[9][10][11] Dengan demikian, bangsa Mede yang memiliki posisi kedua di kekaisaran mengirimkan tentara yang paling banyak, dan memang banyak jenderal imperial yang dipilih dari bangsa Mede, di antaranya adalah Mazares, Harpagos, Taxmaspada, dan Datis. Setelah bangsa Mede, urutan berikutnya adalah bangsa Saka, Baktria, Hyrkania, dan kelompok bangsa Iran timur lainnya.[12]

Istilah untuk pasukan profesional Akhemeniyah adalah spāda. Pasukan ini meliputi infantri (pasti), kavaleri (asabāri "penunggang kuda," dan terkadang usabari "penunggang unta"), dan kereta perang (hanya digunakan sebagai kendaraan simbolis oleh tentara bangsawan), serta sejumlah besar petugas perkemahan.[1][13][14][15] Setelah melakukan kontak dengan bangsa Yunani, Kekaisaran Akhemeniyah mulai memasukkan tentara bayaran Yunani dalam pasukannya,[a] pada awalnya yang melakukannya adalah para satrap Persia di Asia Kecil, kemudian langkah diikuti pula oleh raja-raja Persia. Pada tahun 401 SM, para tentara bayaran ini memperoleh bayaran bulanan sebesar satu Darik emas.[18] Pada masa Aleksander Agung, para tentara bayaran ini telah menjadi bagian tetap dalam spada dan para pemimpin mereka telah dapat memasuki aristokrasi Persia. Mereka memainkan peranan penting dalam hubungan kebudayaan Yunani-Persia dan ikut membantu penyebaran kebudayaan Yunani di daerah timur.[19][20][21]

Infantri

Prajurit pejalan kaki membawa pedang pendek yang disebut akinaka, tombak dengan gagang kayu dan ujung logam, anak panah dari gelagah dengan ujung besi atau perunggu, serta busur panah sepanjang satu meter dengan bagian ujung yang dihiasi bentuk kepala hewan. Mereka juga dilengkapi dengan suatu benda yang menyambungkan wadah busur dan wadah anak panah.[22][23][24] Kapak perang juga digunakan, khususnya oleh para tentara dari Iran utara.[25]

Untuk perlindungan, prajurit infantri mengenakan perisai anyaman dari kayu dan kulit, mampu menghentikan tembakan panah.[26] Perisai ini bisa berukuran kecil dan berbentuk bulan sabit atau berukuran besar dan berbentuk persgi panjang. Perisai persegi panjang besar bisanya ditegakkan di tanah sementara para pemanah di belakangnya melepaskan tembakan.[27] Beberapa prajurit membawa perisai berbentuk angka delapan, disebut perisai Boiotia, sedangkan prajurit Ghandara membawa perisai bundar.[28][29] Beberapa tentara Persia mengenakan helm besi, namun hanya tentara Mesir dan Mesopotamia yang mengenakan baju zirah untuk melindungi badan.[30] Infanteri elit memiliki kostum beraneka ragam: baik topi bergalur, jubah pendek dengan kemeja di baliknya, rok lipit, dan sepatu bertali dengan gaya istana Elam, atau topi kerucut, tunik ketat dan celana panjang serta sepatu bot dari setelan kavaleri Media.

Ada satu divisi infantri berisi "seribu penombak, orang Persia paling ningrat dan paling berani" yang menjadi garda kerajaan khusus; tombak mereka memiliki bulatan emas mirip apel pada bagian ujung belakangnya sehingga mereka disebut "Para Pembawa Apel."[31] Ketika menjadi pangeran, Darius pernah bertugas dalam garda penombak ini di bawah pimpinan Kambyses.[32] Komandan pasukan ini adalah hazārapati kekaisaran yang jabatannya hanya lebih rendah dari raja sehingga memiliki kekuatan politik yang besar.[33][34][35][36] Semua anggota garda ini tewas mempertahankan posisi mereka dalam Pertempuran Plataia.[37] Ada satu korps dalam spāda yang terdiri atas sepuluh ribu tentara pejalan kaki elit Persia, terkenal sebagai Pasukan Abadi, yang "jumlahnya tidak pernah lebih atau kurang dari 10.000."[38][b] Mereka memiliki pakaian yang beragam[39] dan bertindak sebagai Garda Imperial. Herodotos menyebutkan bahwa "dalam pasukan ini seribu tentara membawa tombak dengan bulatan emas mirip delima pada bagian ujung bawahnya alih-alih duri; dan mereka mengelilingi sembilan ribu tentara lainnya, yang membawa bulatan tombak dari perak."[40]

Kavaleri

Kuda

Kavaleri berperan penting dalam menaklukan banyak wilayah bagi Kekaisaran Akhemeniyah, dan masih tetap menjadi penting hingga masa-masa akhir Akhemeniyah. Penunggang kuda dilengkapi mirip dengan prajurit pejalan kaki, namun, seridaknya pada masa Xenophon, kavaleri membawa dua buah lembing, yang satu untuk dilemparkan dan yang satu lagi untuk pertahanan.[41] Beberapa mengenakan helm logam dan korselet linen berlapis dengan sisik-sisik logam.[c][43] Suatu dokumen Babilonia dari tahun kedua pemerintahan Darius II menunjukkan perlengkapan penunggang kuda sebagai berikut: kuda beserta sabuk dan tali kekangnya, helm, kuiras besi, perisai perunggu, 120 anak panah, gada besi, dan dua tombak besi.[44]

Unta

Orang Persia tidak terlalu menjunjung tinggi unta sehingga tidak terlalu suka menunggangi unta dalam pertempuran. Akan tetapi, unta memberikan peranan penting dalam sedikit pertempuran Persia. Orang Arab menyediakan pemanah penunggang unta bagi Xerxes I pada tahun 480 SM dan kemungkinan untuk membantu penaklukan Kambyses II di Mesir, namun penggunaan untra yang paling terkenal dalam Pasukan Akhemeniyah adalah ketika Koresh Agung mengerahkan unta dalam menghadapi Lydia. Baik Xenophon maupun Herodotos sama-sama menggamarkan satuan unta yang lebih baik, hewan tersebut ditangkap atau diambil dari kereta barang. Tiap unta mengangkut sepasang pemanah. Meskipun unta-unta ini berhasil menakut-nakuti kuda-kuda Lydia, mereka tampaknya tidak banyak berperan dalam pertempuran dan setelahnya dikembalikan ke kereta barang.

Gajah

Dalam Pertempuran Gaugamela melawan pasukan Makedonia pimpinan Aleksander Agung, disebutkan bahwa Kekaisaran Akhemeniyah mengerahkan lima belas gajah perang namun hanya sedikit yang diketahui rincian mengenai peranan gajah-gajah tersebut.[45][46] Gajah-gajah itu ditempatkan di bagian tengah barisan Persia dan cukup membuat pasukan Makedonia terkejut, sampai-sampai Aleksander merasa harus memberi kurban pada Fobos (dewa rasa takut) pada malam sebelum pertempuran. Namun menurut beberapa sumber, gajah-gajah itu tidak banyak terlibat dalam pertempuran karena terlalu lelah setelah melakukan perjalanan panjang menuju medan pertempuran.[47]

Kendaraan

Kerata perang

Kereta perang digunakan pada periode Akhemeniyah dalam sejumlah cara. Beberapa kontingen asing masih menggunakan kendaraan ini, namun militer Persia hanya menggunakan kereta perang sebagai kendaraan komando, dengan sejumlah pengecualian, dan bukan sebagai kendaraan serang utama. Meskipun demikian, kereta perang masih dianggap sebagai lambang kekuasaan dan otoritas. Para jenderal masih menggunakan kereta perang untuk parade kebudayaan dan militer, berburu, dan untuk transportasi dalam pertempuran. Xerxes disebutkan mengendarai kereta perang dalam invasinya ke Yunani, selain itu dalam ekspedisi tersebut dia juga membawa kereta perang suci Ahura Mazda. Kendaraan ini merupakan kereta perang matahari yang didedikasikan untuk dewa agung Persia. Kereta perang ini ditarik oleh delapan ekor kuda dengan saisnya berjalan kaki di belakangnya sambil memegang tali kekang, karena dipercaya bahwa manusia biasa tidak boleh berdiri di atas kendaraan ini. Dalam invasi Xerxes, kontingen India dan Lybia juga dikatakan mengirimkan pasukan kereta perang.[48]

Kemungkinan penggunaan kereta perang yang paling terspesialisasi adalah kereta perang bersabit yang digunakan oleh Koresh Agung. Xenophon, yang menggambarkan ciri-ciri kereta itu sebagai berikut:

Koresh disebutkan mengerakan pasukan yang terdiri atas 300 kereta perang yang terbagi ke dalam 3 komando ketika melawan Kroisos dari Lydia. Seratus kereta perang itu berasal dari pasukan Persia, seratus dari sekutu Assyria, Abradatas dari Susa, dan seratus lagi dari Media.

Ada perdebatan mengenai apakah kereta perang bersabit digunakan oleh Pasukan Akhemeniyah awal. Xenophon adalah satu-satunya rujukan mengenai penggunaan kendaraan ini oleh Koresh, dan nampaknya kereta perang bersabit tak digunakan oleh Darius ataupun Xerxes dalam kampanye mereka ke Yunani. Namun kereta perang bersabit tercatat digunakan oleh kedua belah pihak dalam Pertempuran Kunaxa pada tahun 401 SM. Diduga bahwa kereta perang bersabit tidak dikerahkan dalam invasi ke Yunani karena sulitnya mengangkut kendaraan ini melalui jarak yang sangat jauh dari Persia ke Yunani. Empat ekor kuda dengan satu gerbong akan menghabiskan banyak tempat di dalam kapal serta dapat memperpanjang formasi barisan pasukan ketika sedang melakukan perjalanan darat. Ini dapat memperlama perjalanan sekaligus membuat barisan rentan diserang musuh. Selain itu, kereta perang tidak cukup baik dalam menyerang kota atau benteng.

Gerobak perang

Xenophon menggambarkan menara bergerak Koresh sebagai gerobak yang ditarik oleh delapan lembu, untuk membawa kompartemen bawah mesin tubruk, yang memiliki tinggi sekitar dua puluh tujuh kaki termasuk roda. Menara ini dibangun dengan galeri dan parapet, masing-masing dapat mengangkut dua puluh tentara. Kendaraan ini dibangun dari papan yang tebal. Berdasarkan penjabaran Xenophon mengenai Pertempuran Thumbra, kendaraan ini ditempatkan di belakang barisan pertama infantri. Dikisahkan bahwa pasukan Mesir mendesak infantri Persia mundur hingga gerobak perang di belakangnya muncul dalam jarak tembak.

Tentara wajib militer

Selain pasukan tetap, pasukan wajib militer dari bangsa-bangsa taklukan direkrut jika dibutuhkan, dan perlu waktu lama, terkadang bertahun-tahun, untuk mengumpulkan suatu pasukan besar. Ada banyak garnisun Persia di pusat-pusat penting di kekaisaran, dan para satrap juga memiliki tentara wamil dan lokal tersendiri, namun para tentara ini tidak dapat dimanfaatkan untuk membentuk suatu pasukan dengan cepat karena selalu ada ancaman pemberontakan. Pasukan kesukuan, terutama dai Iran Timur, lebih tersedia. Para tentara wamil dipanggil ke stasiun perekrutan (handaisa[49]), di sana mereka diperiksa dan diorganisir.

Tentara bayaran

Yunani

Pasukan bayaran banyak muncul Pasukan Akhemeniyah pada masa akhir, namun bahkan sejjak abad ke-5 SM, orang Yunani telah dikerahkan dalam Pasukan Akhemeniyah. Istilah "Medisasi" digunakan untuk menggambarkan orang Yunani yang pro-Persia atau bertugas dalam Pasukan Akhemeniyah. Istilah ini berasal dari kata "Mede", yang merupakan nama yang digunakan oleh bangsa Yunani untuk menyebut seluruh orang Persia atau Media.

Orang Yunani Ionia ikut serta dalam invasi Persia ke wilayah Skythia pada tahun 512 SM. Mereka juga sempat memberontak terhadap Persia pada tahun 490 SM dan menjalani pertempuran selama 6 tahun, disebut Pemberontakan Ionia, demi memperoleh kemerdekaan, tapi mereka masih bertugas dalam Pasukan Akhemeniyah pada tahun 490 SM. Mereka juga bertempur bersama-sama para tentara Persia dalam Pertempuran Marathon.[48]

Pada tahun 479 SM, 13,000 tentara hoplites dan 5.000 kavaleri Yunani yang termedisasi bertempur bagi Persia pada Pertempuran Plataia.[48]

Skythia

Orang Skythia atau Saka terkenal sebagai petarung dan pemanah yang tangguh. Mereka digunakan sebagai tentara bayaran baik oleh Persia maupun Yunani. Mereka cukup sering digambarkan dalam guci Yunani. Ketika pasukan Yunani dan Persia berhadapan di Marathon, pasukan Skythia yang dikerahkan oleh Athena menolak bertempur bagi Yunani dan membelot kepada Persia. Komandan Persia, Datis, menghormati kemampuan tempur para tentara Skythia itu dengan menempatkan mereka di barisan tengah Persia. Dalam pertempuran yang terjadi kemudian, orang Skythia bertempur dengan baik dan sempat menembus barisan tengah Yunani, meskipun pada akhirnya mereka dikalahkan oleh pasukan Yunani.[48]

Selain untuk bertempur, orang Skythia juga dimanfaatkan oleh Persia untuk mengajari tentara Persia dalam hal memanah.

Organisasi

Pasukan Akhemeniyah, seperti pasukan-pasukan Timur Tengah dari masa sebelumnya dan pasukan Asia dari masa selanjutnya,[d] diatur dengan basis persepuluhan;[e] resimen, satuan, dan korps dikelompokkan menjadi puluhan, ratusan, dan ribuan. Masing-masing satuan dipimpin oleh seorang komandan. Satu kompi berisi 10 tentara disebut dathabam dengan komandan yang disebut dathapati,[52] sepuluh kompi membentuk satu batalion berisi 100 tentara yang disebut satabam dengan komandan yang disebut satapati,[53] sepuluh batalion membentuk satu divisi berisi 1.000 tentara yang disebut hazarabam dengan komandan yang disebut hazarapati,[54] dan sepuluh divisi membentuk satu korps berisi 10.000 tentara yang disebut baivarabam dengan komandan yang disebut baivarapati.[55]

Dalam sebagian besar pertempuran dan kampanye, raja Akhemeniyah bertindak sebagai panglima tertinggi (kemungkinan disebut spādapati, meskipun generalissimo dengan otoritas sipil penuh disebut kārana[56]) atas pasukan, namun terkadang mereka menyerahkan komando kepada satu atau lebih jenderalnya. Raja menunjuk staf ketua dan para jenderal pasukan, yang dapat berasal dari kalangan satrap (gubernur provinsi), atau bangsawan, bisanya keturunan Persia atau Media dan merupakan kerabat dekat atau sahabat raja, misalnya Mazares orang Mede memimpin pasukan Koresh Agung, dan Datis orang Mede memimpin pasukan Darius Agung dalam Pertempuran Marathon. Para komandan dan perwira dalam pasukan Akhemeniyah terkadang ikut serta secara langsung dalam baku hantam sehingga banyak dari mereka yang tewas dalam pertempurann.[f] Pada umumnya, para satrap memimpin pasukan dari kesatrapan atau daerahnya masing-masing namun dapat pula dipromosikan untuk memimpin divisi atau pasukan dengan kebangsaan campuran. Para jenderan ini bertugas menunjuk para baivarapati dan hazarapati. Herodotos dalam Historia menuturkan bahwa para baivarapati berhak menunjuk para dathapati dan satapati.

Xenophon dan Kyro Paideia menjabarkan pengelompokkan persepuluhan yang serupa namun dia menyebutkan adanya pemimpin lima tentara. Dia juga menuturkan adanya sistem promosi, yaitu bahwa seorang tentara biasa yang menunjukkan keberanian atau kepemipinan yang luar biasa dapat dinaikkan pangkatnya menjadi kapten atas lima atau sepuluh tentara, dan bahkan bisa menjadi seorang Hazarapatis. Pasukan Abadi menerapkan sistem promosi semacam ini. Jumlah Pasukan Abadi selalu tetap, yakni 10.000 tentara karena setiap kali satuan ini kehilangan tentara, maka tentara dari resimen lain akan langsung dipromosikan ke dalam satuan ini. Penggambaran Herodotos mengnai resimen garda infantri dan kavaleri Xerxes yang berjumlah 1.000 tentara juga menyatakan adanya sistem promosi dalam Pasukan Akhemeniyah. Herodotos mencatat bahwa para pembawa tombak "semuanya merupakan keturunan Persia yang paling ningrat dan paling hebat."

Sistem promosi ini juga memiiliki kekurangan. Seringkali ada tentara yang, karena ini menunjukkan keberanian dan kehebatannya di hadapan raja atau komandan mereka, keluar dari barisan tempur dan menyerang musuh begitu saha. Herodotos menuturkan bahwa dalam Pertempuran Marathon, Pasukan Akhemeniyah bertempur acak-acakan, kelompok-kelompok 10 tentara atau kurang cenderung keluar dari barisan dan menyerang pasukan Yunani sehingga membuat formasi Pasukan Akhemeniyah pecah.[48]

Pelatihan

Pelatihan bagi para bangsawan Persia untuk menjadi tentara dalam pasukan Akhemeniyah sangat berat. Sejak masih kecil, anak-anak Persia dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 50 orang. Mereka diajari berlari, berenang, mengurus kuda, mengolah lahan, mengurus ternak, membuat kerjainan tangan, dan berdiri dalam waktu lama. Mereka juga dilatih dalam hal keahlian mengejar musuh (baik dengan berjalan kaki atau menunggang kuda), memanah, melempar tombak dan lembing, dan bertahan menghadapi perjalanan jauh dalam cuaca buruk.[64][65][66][67] Pada usia dua puluh tahun, mereka memulai karir militernya,[68][69] yang berlangsung hingga usia lima puluh tahun sebagai prajurit pejalan kaki atau penunggang kuda.[69] Para bangsawan yang paling elit dilatih untuk menjadi mahir dalam bertempur dengan berjalan kaki maupun sambil menunggang kuda. Darius pernah berkata dengan bangga:[70][71]

Kampanye

Kampanye biasanya dimulai pada awal musim semi.[72][73][74] Sebagian perbekalan disimpan di berbagai gardu di sepanjang rute perjalanan, dan sebagian lagi dibawa oleh pasukan menggunakan kereta barang.[75][76] Emblem kekaisaran dan keagamaan ditaruh di bagian tengah pasukan bersama para komandan. Panji elang dan api suci dalam wadah api portabel diiringi oleh para Magi yang melantunkan puji-pujian, lalu ada pula kereta perang suci Mithra, Ahura Mazda dan yang lainnya.[77][78][79] Pengintai berkuda dikirim lebih dahulu untuk mengawasi pergerakan musuh.[80][81] Ada pula sistem komunikasi yang baik; pembawa pesan di sepanjang jalan kekaisaran berganti kuda dalam selang waktu tertentu dan dengan cepat menyampaikan pesan mereka ke tujuan.[82] Selain itu, dengan menggunakan sinyal cahaya dan cermin, para pejabat Persia di kota-kota penting seperti Susa atau Ekbatana dapat memperoleh kabar dari daerah lain di kekaisaran dengan cepat.[g] Sinyal api yang menyebarkan kabar dari menara dan tempat tinggi juga banyak digunakan.[84] Gerbang berbenteng dibuat dalam jalan sempit yang mengarah ke berbagai provinsi, bukan hanya untuk pemeriksaan rutin melainkan juga untuk menghentikan gerak maju musuh.[h] Orang Persia tidak menyukai perjalanan malam dan tidak menyerang pada malam hari. Pada siang hari, mereka berjalan dengan lambat akibat adanya kereta barang dan tandu yang mengangkut istri dan selir para komandan.[89] Pada malam hari, mereka berkemah di daerah yang datar, dan jika musuh mendekat, mereka menggali parit dan menaruh kantung pasir di sekitarnya.[90] Sungai diseberangi menggunakan rakit, jembatan ponton, atau pelampung kulit, atau dengan menunggangi kuda atau unta.[91][92][93]

Jumlah

Salah satu sumber sejarah mengenai jumlah tentara Akhemeniyah adalah catatan para sejarawan Yunani kuno. Dalam sumber-sumber Yunani ini, Kekaisaran Akhemeniyah disebutkan mengerahkan tentara dengan jumlah yang amat banyak. Pasukan Xerxes dalam invasi ke Yunani disebutkan berjumlah dua juta[94] hingga tiga juta tentara,[95] pasukan Artaxerxes II dalam Pertempuran Kunaxa berjumlah 900.000 tentara,[96] dan pasukan Darius III dalam Pertempuran Gaugamela berjumlah lebih dari satu juta tentara.[97][98] Akan tetapi, para sejarawan modern berpendapat bahwa semua angka tersebut terlalu berlebih-lebihan dan memperkirakan bahwa jumlah pasukan Akhemeniyah yang sebenarnya adalah jauh lebih kecil. Melalui analisa topografi, logistik, pengaturan spada, serta perintah pertempuran resmi, sejumlah sejarawan modern mengajukan angka yang lebih kecil. Pasukan Xerxes diperkirakan berjumlah 70.000 infantri dan 9.000 kavaleri.[99] Pasukan Artaxerxes berjumlah 40,000 tentara.[100] dan pasukan Darius berjumlah 34.000 kavaleri serta beberapa infantri.[101] Banyak sejarawan Iran yang menganggap bahwa jumlah pasukan Akhemeniyah yang terlalu dilebih-lebihkan itu membuat banyak orang salah menilai sejarah Persia yang sebenarnya.[51]

Panji

Masing-masing divisi membawa panji-panji yang berbeda[102] namun panji kekaisaran adalah elang emas dengan sayap yang terbentang. Panji kekaisaran ini terpasang pada tombak di samping panglima tertinggi pasukan.[103][104]

Keterangan

  1. ^ Orang Ionia dan orang Aiolia dimasukkan dalam pasukan Koresh[16] dan dalam pasukan Kambyses.[17]
  2. ^ Pasukan ini kemungkinan meliputi pula suku bangsa Iran selain bangsa Persia.
  3. ^ Orang Khwarezmia sudah dikerahkan sebagai satuan kavaleri berat pada masa Koresh dan menjadi pendahulu bagi katafrak Parthia.[42]
  4. ^ Setelah masa Akhemeniyah, sistem ini tak digunakan lagi oleh pasukan di Asia hingga kebangkitan bangsa Mongol.[50]
  5. ^ Sistem ini disebutkan "jauh lebih superior daripada sistem apapun di Yunani pada masa itu."[51]
  6. ^ Lima dari sebelas putra Darius tewas di garis depan pertempuran, mereka adalah Ariabignes,[57] Akhaimenes,[58][59] Arsāmes,[60][61] Abrokomas, dan Hyperanthes.[62] Sementara dua adik Xerxes gugur dalam Pertempuran Thermopylae.[63].
  7. ^ Orang Persia mengklaim bahwa kabar dapat disampaikan pada hari yang sama.[83]
  8. ^ Contonnya Gerbang Kilikia,[85][86] Gerbang Kaspia[87] dan Gerbang Persia.[88]

Catatan kaki

  1. ^ a b Rawlinson, hlm. 172
  2. ^ Meyer, 63-73
  3. ^ Hinz, hlm. 135-50
  4. ^ Bovon, A. (1963). La representation des guerriers perses et la notion du barbare dans la Ire moitie du Ve siecle. Bulletin de correspondence heWnique, 87, hlm. 579-602
  5. ^ Graeve, V. V. (1970). Der Alexander sarkophag and seine Werkstatt. Berlin. hlm. 951
  6. ^ Herodotos 1.125
  7. ^ Brandenstein, W. dan Mayrhofer, M. (1966). Handbuch des Altpersischen. Wiesbaden. hlm. 129
  8. ^ Hignett, hlm. 40.
  9. ^ Darius, Persepolis e, 13.
  10. ^ Darius, Persepolis e, 3.90
  11. ^ Darius, Persepolis e, 7.61
  12. ^ Junge, P. J. (1944). Dareios I. Konig der Perser. Leipzig
  13. ^ Meyer, hlm. 64
  14. ^ Hinz, hlm. 137
  15. ^ Ehtecham, M. (1946). L'Iran sous les Achemmenides. Freiburg, 1946 [edisi revisi Persia: (1976). Iran dar zamān-e Haxāmanešiān. Tehran. hlm. 57]
  16. ^ Herodotos 1.171
  17. ^ Herodotos, 3.1.25
  18. ^ Xenophon, Anabasis, 1.3.21
  19. ^ Parke, H. W. (1933). Greek Mercenary Soldiers. Oxford
  20. ^ Roy, J. (1967). The Mercenaries of Cyrus. Historia, 16, hlm. 287-323
  21. ^ Seibt, G. F. (1977). Griechische Soldner im Achaimenidenreich. Bonn
  22. ^ Herodotus, 7.61
  23. ^ Rawlinson, hlm. 174
  24. ^ Hinz, hlm. 140
  25. ^ Walser, hlm. 65, 93.
  26. ^ Rahe, WP. H. (1980). The Military Situation in Western Asia on the Eve of Cunaxa. American Journal of Philology, 101, hlm. 82
  27. ^ Herodotos 9.61, 102
  28. ^ Walser, hlm. 28, 77
  29. ^ Hinz, hlm. 14
  30. ^ Hignett, hlm. 44
  31. ^ Herodotos, 7.41
  32. ^ Herodotos, 3.139
  33. ^ Justi, F. (1896). Der Chiliarch des Dareios. ZDMG, 50, hlm. 659-664
  34. ^ Marquart, hlm. 57-63
  35. ^ Junge, P. J. (1940). Hazarapatis. Klio, 33, hlm. 13-39
  36. ^ Benveniste, E. (1961) Titres et noms propres en iranien ancien. Paris. hlm. 67-70.
  37. ^ Herodotos, 9.63
  38. ^ Herodotos, 7.87
  39. ^ Olmstead, A. T. (1948). History of the Persian Empire. Chicago. hlm. 238-239
  40. ^ Herodotos, 7.41
  41. ^ Xenophon, Anabasis, 1.8.3
  42. ^ Rubins, B. (1955). Die Entstehung der Kataphraktenreiterei im Lichte der chorezmischen Ausgrabungen. Historia, 4, hlm. 264
  43. ^ Schmidt, E. F. (1957). Persepolis II. Chicago. hlm.100
  44. ^ Ebeling, E. (1952). Die Rustung eines babylonischen Panzerreiters nach einem Vertrage aus der Zeit Darius II. ZA, N.F., 16, hlm. 204-13
  45. ^ Arrianos, Anabasis, 3.8
  46. ^ Chinnock, hlm.38.
  47. ^ Nossov, hlm.19.
  48. ^ a b c d e Drury, Mark. "The Early Achaemenid Persian Army". Achaemenid Persia. Diakses tanggal 24-08-2012. 
  49. ^ Hinz, Altiranisches Sprachgut, hlm. 115
  50. ^ Hinz, hlm. 135
  51. ^ a b Hignett, hlm. 42
  52. ^ Hinz, Altiranisches Sprachgut, hlm. 87
  53. ^ Hinz, hlm. 240
  54. ^ Marquart, hlm. 57
  55. ^ Marquart, hlm. 19
  56. ^ Xenophon, Hellenika 1.4.1-4
  57. ^ Herodotos, 7.89
  58. ^ Herodotos, 3.12
  59. ^ Herodotos, 6.7
  60. ^ Aiskhylos, Persai, 36
  61. ^ Aiskhylos, Persai, 310
  62. ^ Herodotos, 7.224
  63. ^ Bauer, hlm. 602
  64. ^ Strabo, 15.3.18-19
  65. ^ Herodotos, 1.136
  66. ^ Herodotos, 9.122
  67. ^ Xenophon, Kyro Paideia, 1.2.9-11
  68. ^ Herodotos 1.209
  69. ^ a b Strabo 15.3.19
  70. ^ Shahbazi, A. Sh. "Achaemenid Army". Iran Chamber Society. Diakses tanggal 04-08-2011. 
  71. ^ Darius, Naqš-e Rostam b, 40-45, penerj. Kent, bahasa Persia Lama, hlm. 140
  72. ^ Herodotos, 4.43
  73. ^ Herodotos, 7.37
  74. ^ Herodotos, 1.190
  75. ^ Rawlinson, hlm. 192
  76. ^ Meyer, hlm. 66
  77. ^ Herodotos, 7.40
  78. ^ Xenophon, Kyrou Paideia 8.3.12
  79. ^ Quintus Curtius, 3.8.11
  80. ^ Xenophon, Anabasis, 1.7.11
  81. ^ Arrianos, Anabasis, 2.8
  82. ^ Herodotos, 8.98
  83. ^ Aristoteles, de Mundo, 398'
  84. ^ Hinz, Darius 11, hlm. 146
  85. ^ Xenophon, Anabasis, 1.2.21
  86. ^ Arrianos, Anabasis, 2.4
  87. ^ Arrianos, Anabasis, 3.2
  88. ^ Arrianos, Anabasis, 3.18.2
  89. ^ Rawlinson, hlm. 188
  90. ^ Rawlinson, hlm. 190
  91. ^ Herodotos, 1.90.208
  92. ^ Xenophon, Anabasis, 1.2.5
  93. ^ Darius, Behistun 3.86
  94. ^ Herodotos, 7.185
  95. ^ Simonides dikutip oleh Herodotos, 7.228
  96. ^ Xenophon, Anabasis, 1.7.12
  97. ^ Arrianos, Anabasis, 2.8.8
  98. ^ Arrianos, Anabasis, 3.8.6
  99. ^ Hignett, hlm. 355
  100. ^ Meyer, hlm. 185
  101. ^ Hignett, hlm. 344
  102. ^ Herodotos, 9.59
  103. ^ Xenophon, Anabasis, 1.10.12
  104. ^ Quintus Curtius, 3.3.10

Rujukan

  • Bauer, Susan W. (2010). Sejarah Dunia Kuno. Jakarta: Elex Media Komputindo. ISBN 978-979-27-9043-6. 
  • Chinnock, E. J. The Anabasis of Alexander: The Battle of Gaugamela by Arrian (terj).
  • Kaveh Farrokh (2007). Shadows in the desert: ancient Persia at war. Osprey Publishing. ISBN 978-1-84603-108-3. 
  • Hignett, C. (1963). Xerxes' Invasion of Greece. Oxford
  • Hinz, W. (1975). Altiranisches Sprachgut der Nebenuberlieferungen. Weisbaden
  • Hinz, W. (1979). Darius and die Perser. Baden-Baden
  • Marquart, J. (1896). Untersuchungen zur Geschichte von Eran I. Gottingen
  • Nossov, Konstantin. (2008). War Elephants. ISBN 978-1-84603-268-4.
  • Meyer, E. (1939). Geschichte des Altertums. edisi IV/1. Stuttgart
  • Rawlinson, George. (1871). The Five Great Monarchies of the Ancient Eastern World. London
  • Walser, G. (1966). Die Volkerschaften auf den Reliefs von Persepolis. Berlin