Pengguna:Kekavigi/bak pasir

Revisi sejak 25 Maret 2023 15.56 oleh Kekavigi (bicara | kontrib) (mengembangkan draft)

Pemrograman tujuan (Goal Programming, GP) adalah sebuah metode optimisasi multiobjektif, dalam bidang analisis keputusan multi-kriteria (multi-criteria decision analysis, MCDA). Metode ini dapat dianggap sebagai perumuman dari pemrograman linear, agar dapat menangani beberapa objektif yang umumnya saling berkonflik, contohnya meningkatkan keuntungan bersih sekaligus mengurangi besarnya ongkos usaha. GP melakukan optimisasi dengan mencatat target nilai yang ingin dicapai setiap objektif, lalu meminimumkan besar penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan dari nilai target-target tersebut. Fungsi objektif yang disebut fungsi pencapaian digunakan untuk menghampiri preferensi pengambil keputusan terkait caranya meminimumkan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Fungsi ini dapat bernilai skalar maupun vektor, tergantung varian GP yang digunakan.

GP menggunakan filosofi satisficing ketimbang optimising dalam pengambilan solusi.[1] GP dapat digunakan untuk melakukan analisis terkait: daftar sumberdaya yang diperlukan untuk memenuhi suatu kumpulan objektif, besarnya ketercapaian (atau kompromi) setiap objektif yang dihasilkan suatu kombinasi sumberdaya, dan solusi terbaik dari berbagai kendala dan tingkat kepentingan setiap objektif. GP telah diterapkan dalam pemilihan portofolio,[2] perencanaan agrikultur,[3] sampai masalah penjadwalan.[4]

Sejarah

Formulasi goal programming paling awal diperkenalkan oleh Charnes et al. dalam permasalahan menentukan kompensasi untuk manajer.[5] Walaupun pada saat itu model dianggap sebagai adaptasi dari pemrograman linear (LP), formulasi tersebut menampilkan konsep "regresi terbatas" yang menjadi dasar minimisasi dalam GP.[6] Istilah goal programming baru muncul pada buku teks oleh Charnes dan Cooper pada tahun 1961.[7] Tetapi sama seperti sebelumnya, model masih disajikan sebagai perumuman pemrograman linear (LP) untuk menyelesaikan masalah LP yang infeasible (tidak memiliki solusi).[8] Pengembangan model GP lebih lanjut yang dilakukan oleh oleh Ijiri,[9] buku teks oleh Lee[10] dan Ignizio[11], membuat model ini menjadi umum digunakan sebagai alat riset operasi.

Jones menyebut faktor formulasi yang sederhana dan kemiripannya dengan LP, membuat model GP menjadi salah satu teknik paling populer dalam MCDM.[12] Dalam masa ini pula, berbagai varian GP juga dikembangkan untuk menyelesaikan masalah dalam banyak bidang. Akan tetapi banyak kritik disampaikan terkait GP pada tahun 1980-an, yang menurut Jones terjadi karena kesalahan mendasar yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman praktek MCDM.[13][14] Perdebatan terkait fundamental model GP selanjutnya menghasilkan publikasi buku teks oleh Romero pada tahun 1991[15], yang menunjukkan masalah yang terjadi lebih diakibatkan oleh praktik pemodelan yang buruk, dan memberikan praktik-praktik GP yang baik.[16]

Schniederjans merangkum perkembangan GP sampai tahun 1995, dan mencatat bibliografi banyak artikel yang berkaitan dengan GP.[17] Sedangkan Jones dan Tamiz memberikan bibliografi serta deskripsi untuk artikel periode 1990-2000.[18] Sebuah buku teks tahun 2010 oleh Jones dan Tamiz berisi penjelasan komprehensif terkait metode GP yang terbaru.[19]

[20] [21]


[22] [23] [24] [25]

Pendahuluan

Karena model GP dibuat dari adaptasi model pemrograman linear (LP), perumusan model GP dapat dihasilkan dari mengubah notasi dan asumsi-asumsi model LP. Model LP dapat dinyatakan dalam bentuk kanonik sebagai

 
dengan   menyatakan banyaknya kendala,   disebut variabel keputusan, dan   disebut fungsi objektif. Bentuk kendala model di atas memungkinkan ruas sisi kiri dapat bernilai lebih besar (memiliki deviasi bernilai positif) dibandingkan target  . Dengan bantuan aritmetika dasar, model LP tersebut juga dapat menyertakan kendala dalam bentuk 'kurang dari' dan 'sama dengan'. Akan tetapi, terlepas dari jenis kendala yang digunakan, LP hanya mempertimbangkan solusi yang memenuhi semua kendala. Ketika kendala-kendala dalam model LP tidak semuanya dapat saling dipenuhi, model LP disebut infeasible dan tidak memiliki solusi. Agar tetap menghasilkan solusi yang wajar dalam kondisi infeasible, Charnes dan Cooper[7] menganggap masing-masing kendala yang menyusun model LP sebagai sebuah fungsi
 
dan dianggap sebagai sebuah tujuan (goal) yang perlu dipenuhi agar menghasilkan solusi feasible. Dengan kata lain, solusi feasible dihasilkan ketika  . Pada keadaan hal ini tidak mungkin (karena model bersifat infeasible), solusi 'terbaik' adalah solusi yang terletak sedekat mungkin dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan, dan dapat dicari dengan melakukan optimisasi
 
dengan   disebut variabel deviasi positif dan   disebut variabel deviasi negatif. Bentuk ini adalah dasar dari model GP.[26] Untuk membedakannya dengan LP, fungsi   selanjutnya disebut dengan fungsi pencapaian. Fungsi ini hanya menyertakan variabel-variabel deviasi yang ingin diminimumkan[27] dan tidak melibatkan variabel-variabel keputusan. Sedangkan variabel-variabel deviasi tersebut dapat dihasilkan dari   menggunakan hubungan
 
dan
 
Definisi variabel-variabel deviasi di atas mengartikan sebuah kendala tidak dapat mengalami pencapaian melebihi target (nilai deviasi positif  ) sekaligus pencapaian dibawah target (nilai deviasi  ) secara bersamaan. Kendala-kendala pada model GP disebut dengan kendala lunak (soft constraint, juga disebut goal constraint) untuk membedakannya dengan kendala pada model LP; yang selanjutnya dirujuk sebagai kendala tegas (hard constraint). Kendala tegas dapat disertakan dalam model GP namun disarankan tidak dalam jumlah yang banyak, karena dapat meniadakan solusi-solusi alternatif yang mungkin menarik bagi pengambil keputusan.

Normalisasi

Dalam proses penyelesaian model GP, peran variabel-variabel deviasi dalam fungsi pencapaian perlu dinormalisasi. Normalisasi menyebabkan variabel-variabel deviasi memiliki satuan dan magnitudo yang sama, sehingga perhitungan antar variabel-variabel deviasi masuk akal dilakukan dan hasilnya dapat dibandingkan. Menggunakan masalah

 
sebagai contoh, berikut beberapa teknik normalisasi yang umum dilakukan.[28] Walaupun juga terdapat banyak metode normalisasi lainnya, perlu diingat bahwa pilihan dari normalisasi yang sesuai tergantung pada situasi masalah yang terjadi dan preferensi pengambil keputusan.

Normalisasi persentase

Normalisasi ini akan menskala setiap variabel deviasi sehingga kontribusinya di fungsi pencapaian menyatakan persen penyimpangan dari nilai target yang ditetapkan. Secara matematis, fungsi pencapaian pada model di atas akan berubah menjadi

 
Normalisasi jenis ini mudah diterapkan dan konsep total persentase penyimpangan sederhana untuk diartikan. Akan tetapi, metode ini tidak cocok jika pengambil keputusan ingin membandingkan secara langsung beberapa tujuan yang diukur dalam unit satuan yang sama. Sebagai contoh, misalkan masalah GP dengan dua tujuan berikut yang dinyatakan dalam satuan rupiah:
 
Menerapkan normalisasi persentase akan menghasilkan fungsi pencapaian

 

yang mengartikan penyimpangan seribu rupiah dari tujuan pertama, setara dengan setengah penyimpangan seribu rupiah dari tujuan kedua. Sudut pandang ini benar jika  persentase penyimpangan yang ingin dibandingkan, namun tidak sesuai jika penyimpangan kedua tujuan dibandingkan dalam satuan rupiah.

Normalisasi nol-satu

Normalisasi ini akan menskala setiap variabel deviasi sehingga bernilai di antara 0 sampai 1 dalam fungsi pencapaian. Dengan kata lain, normalisasi ini mengukur penyimpangan terburuk yang dapat terjadi untuk setiap variabel deviasi. Suatu nilai batas yang realistis dapat ditetapkan bagi variabel deviasi yang *unbounded (tidak memiliki batas). Fungsi pencapaian pada model akan berubah menjadi

 

dengan masing-masing nilai   didapatkan dari optimisasi satu-objektif (model LP standar) dari kendala-kendala model GP di atas. Metode ini cocok pada kasus permasalahan dengan setiap objektif memiliki interval nilai yang jelas, dan setiap solusi pada ruang solusi ingin diperhatikan pengambil keputusan. Tapi, tujuan yang tidak terbatas (tidak memiliki batas penyimpangan terburuk), atau masalah dengan banyak ruang solusi yang unbounded, dapat menghasilkan solusi-solusi yang tidak relevan ketika menggunakan normalisasi ini. Disamping itu, normalisasi nol-satu memerlukan optimisasi satu-objektif sebanyak variabel deviasi yang disertakan dalam fungsi pencapaian. Hal ini mungkin tidak praktis pada masalah yang kompleks dengan waktu komputasi yang lama.

Normalisasi Euklides

Normalisasi ini akan menskala setiap variabel deviasi dengan rerata Euklides dari tujuannya. Pada masalah GP di atas, fungsi pencapaian pada model akan berubah menjadi

 

Normalisasi Euklides kokoh (robust) secara komputasi; karena dapat dilakukan untuk setiap tujuan dan nilai target, dan tidak memerlukan optimisasi atau perhitungan yang kompleks untuk mendapatkan konstanta normalisasi. Akan tetapi, dua jenis permasalahan terkait metode ini terlihat jelas dari fungsi pencapaian yang dihasilkan. Pertama, normalisasi ini tidak mempertimbangkan nilai target sehingga menghasilkan konstanta yang rendah untuk tujuan ke-3 dan ke-4. Sedangkan permasalahan kedua, berbeda dengan kedua normalisasi sebelumnya, nilai optimal yang dihasilkan oleh fungsi pencapaian tidak memiliki makna yang jelas. Karena dua hal tersebut, Jones menyarankan normalisasi ini sebaiknya digunakan untuk kasus permasalahan yang tidak praktis untuk menggunakan normalisasi persentase maupun nol-satu.[29]

Varian

GP Berbobot

 

GP Leksikografik

 
dengan

 

GP Chebyshev

 

Restorasi solusi

by contoh aja.

Contoh permasalahan

Kelebihan dan kekurangan

Perumuman

Lihat pula

Compromise programming

Constraint satisfaction problem

Referensi

  1. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). "Underlying Philosophies". Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. hlm. 6–7. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. 
  2. ^ Azmi, Rania; Tamiz, Mehrdad (2010). Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad; Ries, Jana, ed. "A Review of Goal Programming for Portfolio Selection". New Developments in Multiple Objective and Goal Programming (dalam bahasa Inggris). Berlin, Heidelberg: Springer: 15–33. doi:10.1007/978-3-642-10354-4_2. ISBN 978-3-642-10354-4. 
  3. ^ Wheeler, B. M.; Russell, J. R. M. (1977-04-01). "Goal Programming and Agricultural Planning". Journal of the Operational Research Society (dalam bahasa Inggris). 28 (1): 21–32. doi:10.1057/jors.1977.2. ISSN 1476-9360. 
  4. ^ Azaiez, M. N.; Al Sharif, S. S. (2005-03-01). "A 0-1 goal programming model for nurse scheduling". Computers & Operations Research (dalam bahasa Inggris). 32 (3): 491–507. doi:10.1016/S0305-0548(03)00249-1. ISSN 0305-0548. 
  5. ^ Charnes, A.; Cooper, W. W.; Ferguson, R. O. (1955-01). "Optimal Estimation of Executive Compensation by Linear Programming". Management Science (dalam bahasa Inggris). 1 (2): 138–151. doi:10.1287/mnsc.1.2.138. ISSN 0025-1909. Abstrak: “Linear programming, as an optimizing method for handling a mass of interacting variables, has received considerable attention in applications to such problems as production scheduling, logistics, and mobilization studies. But linear programming may also be used in a variety of other ways. This paper is concerned with one such alternative use. It will be shown how, by appropriate adaptations, the methods of linear programming may be used to obtain estimates of parameters when more usual methods, such as ‘least squares,’ are difficult or impossible to apply. 
  6. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. hlm. 1. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. While the term goal programming did not appear in this 1955 article, this paper did present a constrained regression idea that embodies the deviation minimizing approach inherent in GP 
  7. ^ a b Charnes, Abraham; Cooper, William Wager (1961). Management Models and Industrial Applications of Linear Programming (dalam bahasa Inggris). Wiley. 
  8. ^ Schniederjans, Marc J. (1995). Goal Programming: Methodology and Applications (dalam bahasa Inggris). NY: Springer New York. hlm. 1–2. doi:10.1007/978-1-4615-2229-4. ISBN 978-0-7923-9558-4. Interestingly, it was not presented as a unique or revolutionary methodology, but as an extension of linear programming (LP). …, goal programming was suggested for use in solving unsolvable LP problems (e.g., infeasible LP problems). Indeed, GP was not even cited as a term in the index of the Charnes and Cooper (1961) book. 
  9. ^ Ijiri, Yuji (1965). "Management Goals and Accounting for Control". Studies in Mathematical and Managerial Economics (dalam bahasa Inggris). Amsterdam: North-Holland Publishing Company. 3. doi:10.1017/S0770451800022600. ISSN 0770-4518. 
  10. ^ Lee, Sang M. (1972). Goal Programming for Decision Analysis (dalam bahasa Inggris). Auerbach Publishers. ISBN 978-0-87769-144-0. 
  11. ^ Ignizio, James P. (1976). Goal Programming and Extensions (dalam bahasa Inggris). Lexington Books. ISBN 978-0-669-00021-4. 
  12. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. hlm. 1. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. The relatively straightforward ease of which a goal programme could be formulated and the familiarity of practitioners and academics with linear programming methodology ensured that goal programming quickly rose to become the most popular technique within the field of multi-criteria decision making (MCDM). 
  13. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. hlm. 1. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. Although goal programming can correctly be viewed as a generalisation of linear programming, it is also a bona fide multi-criteria decision-making technique. …. Thus goal programming came under criticism in the 1980s because of some basic errors caused, in our opinion, by lack of awareness of good MCDM practice. 
  14. ^ Schniederjans, Marc J. (1995). "Goal Programming Model Formulation Strategies". Goal Programming: Methodology and Applications (dalam bahasa Inggris). NY: Springer New York. hlm. 21–44. doi:10.1007/978-1-4615-2229-4. ISBN 978-0-7923-9558-4. 
  15. ^ Romero, Carlos (1991). Handbook of Critical Issues in Goal Programming. Pergamon Press. doi:10.1016/c2009-0-11180-7. ISBN 978-0-08-040661-9. 
  16. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. hlm. 1. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. This debate culminated in the publication of a key textbook by Romero (1991) in which good goal programming practice is detailed and the problems shown to be due more to poor modelling practice rather than any fundamental deficiency in goal programming. 
  17. ^ Schniederjans, Marc J. (1995). Goal Programming: Methodology and Applications (dalam bahasa Inggris). NY: Springer New York. doi:10.1007/978-1-4615-2229-4. ISBN 978-0-7923-9558-4. 
  18. ^ Jones, Dylan F.; Tamiz, Mehrdad (2002). Ehrgott, Matthias; Gandibleux, Xavier, ed. Goal Programming in the Period 1990–2000 (dalam bahasa Inggris). Boston, MA: Springer US. hlm. 129–170. doi:10.1007/0-306-48107-3_3. ISBN 978-0-306-48107-9. 
  19. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. 
  20. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. hlm. 1. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. ' 
  21. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. hlm. 1. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. ' 
  22. ^ Schniederjans, Marc J. (1995). Goal Programming: Methodology and Applications (dalam bahasa Inggris). NY: Springer New York. hlm. 1–2. doi:10.1007/978-1-4615-2229-4. ISBN 978-0-7923-9558-4. ' 
  23. ^ Schniederjans, Marc J. (1995). Goal Programming: Methodology and Applications (dalam bahasa Inggris). NY: Springer New York. hlm. 1–2. doi:10.1007/978-1-4615-2229-4. ISBN 978-0-7923-9558-4. ' 
  24. ^ Schniederjans, Marc J. (1995). Goal Programming: Methodology and Applications (dalam bahasa Inggris). NY: Springer New York. hlm. 1–2. doi:10.1007/978-1-4615-2229-4. ISBN 978-0-7923-9558-4. ' 
  25. ^ Schniederjans, Marc J. (1995). Goal Programming: Methodology and Applications (dalam bahasa Inggris). NY: Springer New York. hlm. 1–2. doi:10.1007/978-1-4615-2229-4. ISBN 978-0-7923-9558-4. ' 
  26. ^ Schniederjans, Marc J. (1995). Goal Programming: Methodology and Applications (dalam bahasa Inggris). NY: Springer New York. hlm. 4. doi:10.1007/978-1-4615-2229-4. ISBN 978-0-7923-9558-4. While Charnes and Cooper did not present a general GP model statement in their 1961 book, a generally accepted statement ofthis type of GP model was presented in Charnes and Cooper (1977).' 
  27. ^ Notasi yang lebih tepat adalah  , dengan   dan   bernilai biner yang masing-masing menandakan jika   dan   perlu diikutkan dalam proses optimisasi. Tapi bentuk ini akan mudah "lepas kendali" ketika kita masuk ke bagian varian-varian model GP, yang menggunakan lebih banyak simbol.
  28. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). "Normalisation". Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. hlm. 34–38. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. 
  29. ^ Jones, Dylan; Tamiz, Mehrdad (2010). Practical Goal Programming (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: Springer. hlm. 38. doi:10.1007/978-1-4419-5771-9. Hence, in our opinion, this normalisation scheme should be reserved for cases in which it is impractical to apply either percentage or zero–one normalisation.