Republik Sosialis Soviet Otonom Dagestan

Revisi sejak 22 April 2024 14.27 oleh Rio Yodhatama (bicara | kontrib) (Membuat halaman baru "Republik Sosialis Soviet Otonom Dagestan")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Republik Sosialis Soviet Otonom Dagestan (bahasa Rusia: Дагестанская Автономная Советская Социалистическая Республика, translit. Dagestanskaya Avtonomnaya Sovetskaya Sotsialisticheskaya Respublika), disingkat sebagai RSSO Dagestan atau DASSR (di Uni Soviet), adalah sebuah republik otonom di RSFS Rusia. Di republik ini, terdapat lebih dari tiga puluh kelompok suku bangsa yang merupakan penduduk asli.[2]

Republik Sosialis Soviet Otonom Dagestan
Дагестанская АССР  (Rusia)
Дагъистаналъул АССР  (Avar)
Дагъистаналъул АССР  (Kumyk)
Дагъустандин АССР  (Lezgian)
Дагъусттаннал АССР  (Lak)
Дағыстан АССР  (Azerbaijani)
ДегӀастанан АССР  (Chechen)
Дагыстан АССР  (Nogai)
Догъисту АССР  (Muslim Tat)
Flag of Dagestan
Panji daerah
Coat of arms of Dagestan
Coat of arms

Peta RSSO Dagestan (1957)
Ibu kotaMakhachkala
Luas 
• Total
50.300 km2 (19.400 sq mi)
Populasi 
• 1989
1.802.579 jiwa[1]
Sejarah
 • JenisRepublik Sosialis Soviet Otonom
Sejarah 
• Didirikan
1921
• Dibubarkan
1991
Didahului oleh
Digantikan oleh
Republik Pegunungan Kaukasus Utara
Dagestan
Sekarang bagian dari Rusia

Sejarah

Pra-Revolusi Bolshevik

Pada masa Kekaisaran Rusia, pemerintah pusat seringkali mengirimkan masyarakat Kazaki dan para pemukim Rusia ke Dagestan dan wilayah Kaukasus Utara lainnya. Kebijakan tersebut cenderung berdampak negatif karena masyarakat pendatang cenderung mendapatkan lahan yang lebih subur untuk ditanami daripada masyarakat asli. Hal tersebut menimbulkan jarak dalam hubungan masyarakat asli Dagestan dan para pemukim baru Rusia.[3]

Ketidakpuasan terhadap kekaisaran meningkat ketika Gubernur Ilarion Vorontsov-Dashkov berkehendak menetapkan bahasa Rusia sebagai bahasa administrasi di pedesaan Dagestan. Pada 1914, sebanyak 6.000 orang Dagestan melakukan protes di Temir-Khan-Shura, ibu kota Oblast Dagestan ketika itu, untuk menunjukkan ketidakpuasan mereka; beberapa pekan sebelum dimulainya Perang Dunia I.[3]

Pada masa yang sama, gerakan Bolshevisme sedang berkembang di Rusia. Di antara anggota pergerakan tersebut terdapat dua orang Dagestan ternama, yaitu Said Gabiev dan Ullubiy Buynaksky.[3]

Masa Awal Soviet

 
Perangko Uni Soviet memperingati 60 tahun RSSO Dagestan (1981)

Revolusi 1917 dan Perang Sipil Rusia membuat sejumlah Bolshevis asal Dagestan yang belajar di kota-kota besar Rusia kembali ke daerahnya, termasuk Gabiev dan Buynaksky. Buynaksky kemudian tewas dalam perang sipil pada 1919.[3]

Setelah Pemerintahan Soviet didirikan di Dagestan, pendidikan sekuler disebarluaskan; pendidikan Islam tradisional kemudian menjadi terancam.[4] Sejak 1938, pengajaran bahasa Rusia di sekolah-sekolah yang tidak menggunakan bahasa Rusia menjadi wajib. Pendidikan dalam bahasa Rusia dan bahasa ibu bersifat wajib. Namun, dengan keberagaman bahasa yang tinggi di Dagestan, tidak semua bahasa diajarkan sehingga sejumlah bahasa asli Dagestan mengalami pengurangan jumlah penutur.[5]

Sekularisasi pada masa awal Soviet di Dagestan tidak hanya didorong oleh rezim Soviet, tetapi juga didorong secara internal oleh aktivitas para ilmuwan sekuler Islam Dagestan. Salah satu di antara para ilmuwan tersebut adalah Ali Kaiaev, seorang pemuka Islam lulusan Kairo yang menjadi salah satu tokoh penting pada masa awal Soviet di Dagestan. Kaiaev mulai berperan sebagai reformis pada 1913 hingga 1916, terutama ketika menjadi editor harian Mawar Dagestan yang mempromosikan perubahan keagamaan dan politik.

Setelah Revolusi dan Perang Sipil, Kaiaev memimpin sebuah madrasah di desanya,[3] dengan pengajaran pelajaran umum dan Islam dalam bahasa Lak. Meskipun pada awalnya Kaiaev dilindungi pada rezim Stalin mengingat peranannya sebagai pimpinan dalam pengadilan syariah Soviet, Kaiaev pada akhirnya dideportasi ke Kazakhstan dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.[3]

Pada 16 Februari 1922, RSSO Dagestan menjadi republik pertama di RSFS Rusia yang dianugerahi Orde Panji Merah Buruh RSFS Rusia. Sepanjang era Uni Soviet, wilayah Dagestan mengalami beberapa kali ekspansi sebelum menjadi wilayahnya yang diwariskan kepada Republik Dagestan saat ini.

Demografi

 
Etnis Lak di Dagestan

Dagestan memiliki puluhan kelompok etnis asli Kaukasus Utara, antara lain Avar, Dargin, dan Lezgin, serta kelompok etnis lainnya seperti Kumyk, Nogai, dan Azerbaijan. Suku bangsa Avar, yang merupakan etnis terbesar di Dagestan, memiliki 15 subkelompok etnis. Terdapat pula masyarakat Rusia dalam jumlah besar yang datang setelah penaklukan Rusia atas Dagestan. Bahasa yang digunakan secara resmi juga bervariasi, seperti Rusia, Avar, Dargin, Kumyk, Lak, Lezgia, Nogai, Tabasaran, Azerbaijan, Tat, dan Chechnya.

Agama dominan di RSSO Dagestan adalah Islam Sunni; terdapat pula minoritas Kristen Ortodoks Rusia. Meskipun merupakan salah satu wilayah paling religius di Uni Soviet, ateisme diberlakukan secara resmi di Dagestan.

Kota-kota besar di RSSO Dagestan yang mendapat status sebagai kota di bawah administrasi republik mencakup Makhachkala (ibu kota), Derbent, Kizlyar, Buynaksk, Izberbash, Dagestanskiye Ogni, Kaspiysk, Kizilyurt, Khasavyurt, dan Yuzhno-Sukhokumsk.

Berdasarkan Sensus 1989, populasi RSSO Dagestan berjumlah 1.802.579 jiwa.[1]

Perubahan wilayah

Referensi

  1. ^ a b "Всесоюзная перепись населения 1989 г. Численность населения СССР, РСФСР и ее территориальных единиц по полу". Demoscope Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-10. Diakses tanggal 2024-04-22. 
  2. ^ "Dagestan | Russia, Map, Capital, & Population | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). 2024-04-18. Diakses tanggal 2024-04-22. 
  3. ^ a b c d e f Marshall, Alex (2010-09-13). The Caucasus Under Soviet Rule. Routledge. ISBN 978-1-136-93824-5. 
  4. ^ Broxup, Marie (1981-01-01). "Islam and atheism in the North Caucasus". Religion in Communist Lands. 9 (1): 40–49. doi:10.1080/09637498108430978. ISSN 0307-5974. 
  5. ^ Bilinsky, Yaroslav (1964). "Education of the Non-Russian Peoples in the Soviet Union". Comparative Education Review. 8 (1): 78–89. doi:10.1086/445036. ISSN 0010-4086.