Sutan Takdir Alisjahbana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kalimat terlalu informal dan tidak memberikan ringkasan tentang isi laman
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Syah7 (bicara | kontrib)
(13 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7:
|birthname =
|birth_date = {{birth date|1908|2|11}}
|birth_place = [[Natal, Mandailing Natal]], [[SumatraSumatera Utara]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1994|7|17|1908|2|11}}
|death_place = [[Jakarta]]
|occupation = Sastrawan, redaktur, bahasawan, akademikus, politikus
|nationalityeducation = [[IndonesiaGuru]]
|ethnicity =
|citizenship = [[Indonesia]]
|period = [[Pujangga Baru]]
|genre = Novel, esai, puisi, nonfiksi
|subject =
|movement = Pujangga Baru[[Neo-romantisisme]]
|notableworks = ''[[Layar Terkembang]]'' {{br}} ''[[Dian yang Tak Kunjung Padam]]''
|spouse = Raden Ajeng Rohani Daha (''Almh.'') {{br}} Raden Roro Sugiarti (''Almh.'') {{br}} Dr. Margaret Axer (''Almh.'')
Baris 51 ⟶ 50:
}}
 
'''Sutan Takdir Alisjahbana''' (STA), ({{lahirmati|[[Natal, Mandailing Natal]], [[SumatraSumatera Utara]]|11|2|1908|[[Jakarta]]|17|7|1994}}) adalah seorang budayawan, sastrawan dan ahli tata [[bahasa Indonesia]]. Ia juga salah satu seorang pendiri [[Universitas Nasional]], [[Jakarta]].
 
== Riwayat Hiduphidup ==
 
=== Pendidikan ===
Baris 72 ⟶ 71:
STA merupakan salah satu tokoh pembaharu Indonesia yang berpandangan liberal. Berkat pemikirannya yang cenderung pro-modernisasi sekaligus pro-Barat, STA sempat berpolemik dengan cendekiawan Indonesia lainnya. STA sangat gelisah dengan pemikiran cendekiawan Indonesia yang anti-materialisme, anti-modernisasi, dan anti-Barat. Menurutnya, bangsa Indonesia haruslah mengejar ketertinggalannya dengan mencari materi, memodernisasi pemikiran, dan belajar ilmu-ilmu Barat.<ref>Achdiat K. Mihardja, Polemik Kebudayaan : Pokok Pikiran St. Takdir Alisjahbana, Pustaka Jaya, 1977</ref>
 
=== Perkembangan Bahasabahasa Indonesia ===
Dalam kedudukannya sebagai penulis ahli dan kemudian ketua Komisi Bahasa selama pendudukan Jepang, STA melakukan modernisasi [[Bahasa Indonesia]] sehingga dapat menjadi bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa.<ref>Aulia A. Muhammad, STA : Perangkum Semua Kebudayaan, Suara Merdeka Cybernews, 8 September 2008</ref> Ia yang pertama kali menulis Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia (1936) dipandang dari segi Indonesia, yang mana masih dipakai sampai sekarang serta Kamus Istilah yang berisi istilah-istilah baru yang dibutuhkan oleh negara baru yang ingin mengejar modernisasi dalam berbagai bidang. Setelah Kantor Bahasa tutup pada akhir Perang Dunia kedua, Ia tetap mempengaruhi perkembangan Bahasa Indonesia melalui majalah ''Pembina Bahasa'' yang diterbitkan dan dipimpinnya. Sebelum kemerdekaan, STA adalah pencetus Kongres Bahasa Indonesia pertama di [[Solo]]. Pada tahun 1970, STA menjadi Ketua Gerakan Pembina Bahasa Indonesia dan inisiator Konferensi Pertama Bahasa- bahasa Asia tentang "The Modernization of The Languages in Asia (29 September-1 Oktober 1967)
 
Sampai akhirnya hayatnya, ia belum mewujudkan cita-cita terbesarnya, yakni menjadikan [[Bahasa Melayu]] sebagai bahasa pengantar kawasan di Asia Tenggara. Ia kecewa, Bahasa Indonesia semakin surut perkembangannya. Padahal, bahasa itu pernah menggetarkan dunia linguistik saat dijadikan bahasa persatuan untuk penduduk di 13.000 pulau di Nusantara. Ia kecewa, bangsa Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, sebagian Filipina, dan Indonesia yang menjadi penutur Bahasa Melayu gagal mengantarkan bahasa itu kembali menjadi bahasa pengantar kawasan.
 
== Karya-karyanya ==
 
=== ''Anak Perawan di Sarang Penjamun'' ===
''[[Anak Perawan di Sarang Penjamun]]'' awalnya ditulis oleh Sutan Takdir sebagai sebuah cerita bersambung. Penerbitannya dalam majalah ''Penindjauan'' sejak tahun 1932''.'' Setelah delapan tahun, cerita bersambung ini disatukan sebagai buku sehingga menjadi novel. Pada tahun 1940, novel ''Anak Perawan di Sarang Penjamun'' diterbitkan di Jakarta oleh Pustaka Rakyat. Novel ini termasuk dalam karya sastra [[Angkatan Pujangga Baru]]. Cetakan kedua dan ketiganya juga diterbitkan oleh Pustaka Rakyat pada tahun 1957 dan 1963.<ref>{{Cite book|date=2003|url=https://www.researchgate.net/profile/Puji-Santosa/publication/330889150_Ensiklopedia_Sastra_Indonesia_Modern/links/5c5a264045851582c3d173e0/Ensiklopedia-Sastra-Indonesia-Modern.pdf|title=Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern|location=Jakarta|publisher=Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional|isbn=979-685-308-6|editor-last=Sugono, D., dkk.|editor-first=|pages=29|url-status=live}}</ref>
 
=== Sebagai penulis ===
Baris 130 ⟶ 129:
* S. Abdul Karim Mashad ''Sang Pujangga, 70 Tahun Polemik Kebudayaan, Menyongsong Satu Abad S. Takdir Alisjahbana'' (2006)
 
== Kehidupan Pribadipribadi ==
 
=== Keluarga ===
Ibunya, Puti Samiah adalah seorang [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] yang telah turun temurun menetap di [[Natal]], [[SumatraSumatera Utara]]. Puti Samiah merupakan keturunan Rajo Putih, salah seorang raja [[Kesultanan Indrapura]] yang mendirikan kerajaan Lingga Pura di Natal. Dari garis ibunya, STA berkerabat dengan [[Sutan Sjahrir]], perdana menteri pertama Indonesia.<ref>Puti Balkis Alisyabana, Natal: Ranah nan Data, Jakarta : Dian Rakyat, 1996</ref> Ayahnya, Raden Alisyahbana gelar Sutan Arbi, ialah seorang guru.<ref>Sutan Takdir Alisjahbana, Majalah Tempo, 10 Maret 1990</ref>
 
Kakek STA dari garis ayah, Sutan Mohamad Zahab, dikenal sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan agama dan hukum yang luas. Di atas makamnya tertumpuk buku-buku yang sering disaksikan terbuang begitu saja oleh STA ketika dia masih kecil. Meskipun demikian, banyak yang menyebut STA ketika kecil bukan seorang kutu buku melainkan seseorang yang lebih senang bermain-main di luar. Setelah lulus dari sekolah dasar pada waktu itu, STA pergi ke [[Kota Bandung|Bandung]], dan sering kali menempuh perjalanan tujuh hari tujuh malam dari Jawa ke Sumatra setiap kali dia mendapat liburan. Pengalaman ini bisa terlihat dari cara dia menuliskan karakter Yusuf di dalam salah satu bukunya yang paling terkenal: ''[[Layar Terkembang]]''.
 
=== Pernikahan dan Keluargakeluarga ===
STA menikah dengan tiga orang istri serta dikaruniai sembilan orang putra dan putri. Istri pertamanya adalah Raden Ajeng Rohani Daha (menikah tahun 1929 dan wafat pada tahun 1935) yang masih berkerabat dengan STA. Dari R.A Rohani Daha, STA dikaruniai tiga orang anak yaitu [[Samiati Alisjahbana]], [[Iskandar Alisjahbana]], dan [[Sofyan Alisjahbana]]. Tahun 1941, STA menikah dengan Raden Roro Sugiarti (wafat tahun 1952) dan dikaruniai dua orang anak yaitu [[Mirta Kartohadiprodjo|Mirta Alisjahbana]] dan [[Sri Artaria Alisjahbana]]. Dengan istri terakhirnya, Dr. Margaret Axer (menikah 1953 dan wafat 1994), STA dikaruniai empat orang anak, yaitu Tamalia Alisjahbana, Marita Alisjahbana, Marga Alisjahbana, dan Mario Alisjahbana.
 
Baris 147 ⟶ 146:
* Pelopor dan tokoh sastrawan "Pujangga Baru".
* Honorary Member of ''Koninklijk Instituut voor Taal-, Land en Volkenkunde'', Netherlands (1976).
* Commander's Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany (1982).
* The Order of the Sacred Treasure, Gold and Silver from The Emperor of Japan (1987).
* Doktor Kehormatan dari ''School For Oriental And African Studies London'' 2 Mei 1990
* Bintang Mahaputera Adipradana (2010)
* Bintang Mahaputera Nararya (2000)
* DR.HC dari [[Universitas Indonesia]]
* DR.HC dari [[Universitas Sains Malaysia]]
Baris 157 ⟶ 159:
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
Baris 164 ⟶ 165:
 
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:TokohNovelis Sumatra UtaraIndonesia]]
[[Kategori:Esais Indonesia]]
[[Kategori:Penyair Indonesia]]
[[Kategori:Guru Indonesia]]
[[Kategori:Filsuf Indonesia]]
[[Kategori:Linguis Indonesia]]
[[Kategori:Profesor Indonesia]]
[[Kategori:TokohDosen MinangkabauUniversitas Indonesia]]
[[Kategori:Seniman Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Sumatra Utara]]
[[Kategori:Tokoh dari Mandailing Natal]]
[[Kategori:PolitikusTokoh IndonesiaHindia Belanda]]
[[Kategori:Politikus Partai Sosialis Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]