Takipnea adalah kondisi saat seseorang bernapas dengan cepat melebihi frekuensi napas normal. Orang dewasa bernapas 12-20 kali per menit.[1][2]

Takipnea
Informasi umum
Pelafalan
SpesialisasiRespirologi

Definisi

Takipnea adalah kondisi saat seseorang bernapas dengan cepat melebihi frekuensi napas normal. Orang dewasa bernapas 12-20 kali per menit dan dianggap takipnea jika frekuensinya di atas 20 kali per menit.[3]

Kriteria

Kriteria takipnea WHO[4][5]
Usia Frekuensi napas normal (per menit) Batas takipnea (per menit)
< 2 bulan 34-50 60
2-12 bulan 25-40 50
1-5 tahun 20-30 40
5-18 tahun 15-25 30
Dewasa (> 18 tahun) 12-20 20

Gejala

Gejala takipnea adalah:

  • Sesak napas
  • Prasinkop[6]
  • Merasa tidak mendapatkan cukup udara
  • Jari atau bibir berwarna biru (sianosis)[6]
  • Otot bantu pernapasan tambahan ikut bekerja (otot di antara tulang iga)[3]

Gejala takipnea pada bayi adalah:[7][8]

  • Daerah di sekitar mulut berwarna biru[7][8]
  • kesulitan bernapas[7][8]
  • Hidung melebar[7][8]
  • Retraksi dada saat bernapas[7][8]
  • Kepala naik turun[7][8]
  • Cuping hidung kembang kempis[7][8]

Penyebab

Penyebab takipnea tidak selalu berarti penyakit. Setelah melakukan olahraga berat, individu dengan obesitas, dan wanita yang sedang hamil, frekuensi napasnya akan lebih cepat dibanding biasanya.[5][6] Beberapa kondisi patologis yang dapat menyebabkan takipnea adalah:[1][9]

Patofisiologi

Takipnea terjadi karena penumpukan karbon dioksida di dalam darah sehingga pH darah menjadi asam. Kondisi ini akan mengirimkan sinyal ke otak yang ditanggapi dengan meningkatkan frekuensi pernapasan yang diharapkan akan mengembalikan keseimbangan asam-basa dalam darah.[1]

Takipnea juga terjadi jika kadar oksigen dalam darah terlalu rendah.[3]

Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik, akan terlihat mekanisme untuk mengambil oksigen dalam jumlah yang banyak yaitu bekerjanya otot-otot pernapasan tambahan, retraksi otot dada, dan hidung yang kembang kempis. Gambaran lainnya adalah jari tangan dan bibir yang membiru.[1]

Pemeriksaan pertama yang dapat dilakukan adalah memeriksa kadar saturasi oksigen dalam darah dengan menggunakan oksimetri nadi. Selanjutnya dilakukan analisa gas darah, radiograf dada, tomografi terkomputasi dada, tes fungsi paru, pemeriksaan kadar gula darah, pemeriksaan elektrolit darah, pemeriksaan hematologi rutin untuk melihat kadar hemoglobin dan kemungkinan adanya infeksi, elektrokardiogram, pencitraan resonansi magnetik kepala, dan atau pemeriksaan toksikologi.[1][3]

Pemeriksaan analisa gas darah akan membantu memperkirakan kadar oksigen dan karbon dioksida sehingga dapat diketahui kelainan metabolik atau gangguan pH darah. Peningkatan keasaman darah dapat menjadi petunjuk kemungkinan adanya asidosis diabetik, asidosis laktat, atau ensefalopati hepatik.[1][12]

Dari pemeriksaan radiografi dada dapat diketahui kelainan atau penyakit pada paru-paru. Pemeriksaan CT scan dada akan memberikan gambaran paru-paru yang lebih detail serta melihat kemungkinan adanya keganasan pada paru-paru.[1][3]

Tes fungsi paru digunakan untuk melihat penyakit paru obstruktif kronis dan asma. Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencari kemungkinan masalah di jantung yang menyebabkan takipnea. Dari EKG dapat diketahui adanya serangan jantung atau kelainan irama jantung.[1][3]

Penatalaksanaan

Penanganan takipnea tergantung kepada penyakit yang menyebabkan kondisi tersebut.[9] Secara umum penanganannya adalah:

  • Terapi oksigen[1][6]
  • Penggunaan antibiotik jika takipnea disebabkan oleh infeksi[1][6]
  • Obat-obatan untuk melebarkan saluran napas jika takipnea disebabkan karena penyakit paru obstruktif atau asma[1][6]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Park, Sharon B.; Khattar, Divya (2022). Tachypnea. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 31082106. 
  2. ^ a b c Inukirana, Scientia (10 April 2019). "Napas Cepat Dan Dangkal Adalah? - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati". HonestDocs. Diakses tanggal 27 April 2022. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Berry, Jennifer; Fletcher, Jenna (15 Februari 2022). Stephens, Carissa, ed. "Tachypnea: Causes, symptoms, and treatment". www.medicalnewstoday.com. Diakses tanggal 27 Februari 2022. 
  4. ^ Saux, Nicole; Robinson, Joan (1 Agustus 2011). "Pneumonia in healthy Canadian children and youth: Practice points for management". Paediatrics & child health. 16: 417–24. 
  5. ^ a b c "Tachypnea". fpnotebook.com. Diakses tanggal 27 Februari 2022. 
  6. ^ a b c d e f g h Radhakrishnan, Rohini (1 April 2021). Uttekar, Pallavi Suyog, ed. "What Does Tachypnea Cause?". www.medicinenet.com. Diakses tanggal 27 Februari 2022. 
  7. ^ a b c d e f g Park, Sharon; Khattar, Divya (17 Februari 2022). "Tachypnea". StatPearls. 
  8. ^ a b c d e f g Heinonen, Santtu; Süvari, Liina; Gissler, Mika; Pitkänen, Olli; Andersson, Sture; Helve, Otto (April 2019). "Transient Tachypnea of the Newborn Is Associated With an Increased Risk of Hospitalization Due to Respiratory Syncytial Virus Bronchiolitis" (PDF). The Pediatric Infectious Disease Journal. 38 (4): 419–421. doi:10.1097/INF.0000000000002057. ISSN 1532-0987. PMID 30882737. 
  9. ^ a b Kahn, April (10 Desember 2021). Dasgupta, Raj, ed. "What Causes Rapid, Shallow Breathing?". Healthline. Diakses tanggal 27 Februari 2022. 
  10. ^ a b c d Tanuwijaya, Erlita. "Takipnea : Penyebab – Gejala dan Pengobatan - IDN Medis". idnmedis.com. Diakses tanggal 27 Februari 2022. 
  11. ^ a b c d e f Elridge, Lynne (1 Februari 2022). More, Daniel, ed. "What Causes Tachypnea With Lung Cancer?". Verywell Health. Diakses tanggal 27 Februari 2022. 
  12. ^ "Rapid shallow breathing: MedlinePlus Medical Encyclopedia". medlineplus.gov. 30 Mei 2021. Diakses tanggal 27 Februari 2022.