Tuanku Nan Tuo (lahir di Koto Tuo, IV Angkek, Agam, Minangkabau, tahun 1723 - meninggal tahun 1830, pada umur 107 tahun) adalah salah seorang ulama Minangkabau terkemuka.[1] Ia dikenal sebagai ulama Padri yang moderat, yang banyak melakukan pembaruan serta pemurnian Islam di kawasan Agam, Sumatera Barat. Selain sebagai seorang sufi, Tuanku Nan Tuo juga dikenal sebagai tokoh yang cukup berpengaruh dalam kelahiran kaum Padri. Meskipun begitu ia tidak setuju dengan pandangan radikal golongan Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh, salah satu muridnya.

Tuanku Nan Tuo
Lahir1723
Kerajaan Pagaruyung Koto Tuo, IV Angkek, Agam, Minangkabau
Meninggal1830 (umur 107)
KebangsaanKerajaan Pagaruyung Minangkabau
PekerjaanUlama
AnakSiti Saerah

Kehidupan

Pada tahun 1784, Tuanku Nan Tuo menjadi kepala surau Tarekat Syattariyah di Koto Tuo, IV Angkek, Agam. Ketika menjadi kepala surau ia berhasil menarik ribuan murid dari nagari-nagari di sekitarnya. Salah satu muridnya yang cukup cemerlang, Haji Miskin, ikut bersamanya dalam menyebarkan syariat Islam di kawasan Agam Tuo. Selain itu, beberapa muridnya yang cukup militan juga ditugaskan untuk berdakwah keluar IV Angkek, terutama ke nagari-nagari yang menghalangi usaha perdagangan. Beberapa muridnya yang meneruskan usahanya dalam menanamkan syariat Islam di Minangkabau ialah Jalaluddin gelar Fakih Saghir yang mendirikan surau di Candung Koto Laweh, Agam. Kemudian Tuanku Bandaro dari Alahan Panjang, meneruskan pembaruan di Bonjol bersama Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Rao di Rao mengambil alih pimpinan nagari dan berdakwah di tanah kelahirannya, serta Saidi Muning bergelar Tuanku Lintau berdakwah di Lintau, Tanah Datar.

Pendidikan lainnya di surau Tuanku Nan Tuo ialah ilmu bela diri pencak silat. Ilmu ini diberikan agar setiap murid terampil dan mampu menggunakan senjata di medan laga. Berkat usahanya, menjelang tahun 1790-an di daerah IV Angkek, Agam, banyak mengalami kemajuan besar dalam pengaturan urusan dagang. Sejak saat itu ia dikenal sebagai "pelindung para pedagang".[2]

Keturunan

Tuanku Nan Tuo merupakan kakek dari Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh (ayah dari Abdul Karim Amrullah, dan kakek dari Hamka), yang juga dikenal sebagai ulama terkemuka.

Rujukan

  1. ^ Kaum Sufi dalam Sejarah di Minangkabau Harian Singgalang, 30 Maret 2012. Diakses 8 Desember 2013.
  2. ^ Christine Dobbin, Economic Change in Minangkabau as a Factor in the Rise of the Padri Movement, 1784 - 1830, 1977

Pranala luar