Matahari terbit

peristiwa di mana sisi teratas Matahari muncul di atas ufuk di sebelah timur
(Dialihkan dari 🌅)

Matahari terbit atau arunika adalah peristiwa saat sisi teratas Matahari muncul di atas horizon di sebelah timur. Matahari terbit tidak sama dengan fajar, di mana langit mulai terang, beberapa waktu sebelum Matahari muncul, mengakhiri twilight (peristiwa cahaya Matahari terlihat mulai akhir senja hingga fajar). Karena pembiasan atmosfer menyebabkan Matahari masih dapat terlihat sementara berada di bawah horizon, Matahari terbit dan Matahari terbenam adalah, dari satu sudut pandang, ilusi optik. Matahari juga muncul lebih besar di horizon, tetapi hal ini merupakan ilusi optik lainnya, sama dengan ilusi bulan.

Matahari terbit di atas Selat Bristol, Inggris

Revolusi Matahari ke barat mengitari bumi setelah keluar dari horizon disebabkan rotasi Bumi ke timur, sebuah revolusi berlawanan jarum jam ketika dilihat dari atas Kutub Utara. Ilusi ini sangat meyakinkan bahwa banyak budaya memiliki mitologi dan agama yang dibuat berdasarkan model geosentris. Efek yang sama dapat dilihat dengan satelit dekat kutub.

Pengukuran

sunting

Sudut terhadap ufuk

sunting
 
Diagram ini menunjukan posisi Matahari saat sebelum terbit yang menampakan efek dari pembiasan atmosfer.

Tahapan matahari terbit sebenarnya mulai terjadi sebelum matahari benar-benar mencapai ufuk timur karena atmosfer bumi membiaskan bayangan matahari. Di ufuk timur, jumlah rerata pembiasan atmosfer adalah 34 menit busur, meskipun jumlah ini bervariasi tergantung pada kondisi atmosfer.[1]

Tidak seperti pengukuran lainnya untuk matahari, peristiwa matahari terbit berlangsung ketika bagian paruh atas matahari sudah muncul di ufuk timur langit. Radius semu matahari di ufuk timur adalah 16 menit busur.[1]

Kombinasi dua sudut ini mendefinisikan matahari terbit terjadi ketika titik tengah tampak matahari berada 50 menit busur di bawah ufuk timur atau 90.83° dari titik zenit.[1]

Waktu terbit

sunting
 
Waktu Matahari Terbit Kota Palangka Raya Tahun 2020. Variasi waktu matahari terbit di wilayah dekat khatulistiwa dipengaruhi oleh variasi dari perata waktu (equation of time)

Waktu tepat terbitnya matahari bervariasi sepanjang tahun dan dipengaruhi oleh ketinggian, zona waktu, dan garis bujur & lintang suatu lokasi. Perubahan waktu terbit matahari disebabkan oleh kemiringan sumbu bumi, rotasi harian bumi, pergerakan planet pada orbit elips tahunannya terhadap matahari, serta revolusi bumi bersama bulan mengelilingi matahari. Analema dapat digunakan untuk membuat perkiraan waktu terbit matahari di suatu wilayah tertentu.

Di wilayah lintang tinggi, akhir musim dingin dan awal musim semi menjadi periode waktu matahari terbit lebih awal setiap harinya hingga mencapai waktu terawalnya pada hari-hari sebelum titik balik matahari musim panas. Setelah titik balik matahari di musim panas, waktu matahari terbit akan terbit lebih lambat setiap harinya hingga mencapai waktu terlambatnya pada hari-hari menjelang titik balik matahari di musim dingin.

Penampakan

sunting
 
Sunrise di atas Dermaga Placida, Florida
 
Warna 10 menit sebelum sunrise. Rocher Percé (Pierced Rock), Quebec, Canada.

Rona merah dan oranye langit ketika Matahari terbit dan matahari terbenam disebabkan oleh penyebaran sinar Matahari oleh partikel debu, partikel kecil, aerosol padat lainnya, dan aerosol cair di atmosfer bumi. Intensitas warna Matahari terbit dapat melampaui intensitas Matahari terbenam ketika terjadi kebakaran malam hari, letusan gunung berapi atau emisi, atau badai debu di timur. Sejumlah letusan terakhir, seperbo]] tahun 1991 dan Krakatau tahun 1883, menghasilkan peristiwa Matahari terbit dan terbenam yang luar biasa di seluruh dunia.

Sesaat sebelum Matahari terbit atau setelah Matahari terbenam cahaya hijau dapat terlihat. [2] [3] [4]

Galeri

sunting

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c "Rise, Set, and Twilight Definitions". U.S. Naval Observatory. Diarsipkan dari versi asli tanggal Sep 27, 2019. 
  2. ^ Red Sunset, Green Flash
  3. ^ Selected Papers on Scattering in the Atmosphere, edited by Craig Bohren ~SPIE Optical Engineering Press, Bellingham, WA, 1989
  4. ^ "Science Made Simple". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-11-02. Diakses tanggal 2008-12-06. 

Pranala luar

sunting