Abdul Hamid Mahmud Talu

Abdul Hamid bin Mahmud Talu atau Abdul Hamid Asahan (1880–1946) adalah ulama yang berdakwah di Kesultanan Asahan. Ia merupakan putra dari Mahmud Talu asal Talu, Pasaman. Ia belajar agama ke Mekkah kepada Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, seangkatan dengan Abdul Karim Amrullah.[1]

Sepulang dari Mekkah sekitar tahun 1916, Abdul Hamid mendirikan Madrasah Ulumul Arabiyyah (semula bernama Madrasah Arabiyah). Madrasah ini berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang penting di Asahan, bahkan termasuk di antara madrasah yang terkenal di Sumatera Utara. Di antara ulama terkenal lulusan madrasah ini adalah Syekh Muhammad Arsyad Thalib Lubis (1908–1972).[2][3]

Sekitar tahun 1930, Abdul Hamid bertolak lagi ke Mekkah, kali ini sebagai utusan Kesultanan Asahan. Ia mendapat kehormatan sebagai anggota pemeriksa Ma'ahad Su'udiyah, sebuah sekolah tinggi saat itu.[4]

Pendidikan sunting

Abdul Hamid belajar agama kepada saudara iparnya, Haji Zainuddin, khadi Asahan. Sesudah itu, ia memperdalam berbagai ilmu kepada Syekh Hasyim Tua dan Syekh Muhammad Isa. Nama terakhir merupakan mufti Kerajaan Asahan di Tanjungbalai, Asahan.[4]

Di Mekkah, Abdul Hamid mula-mula belajar di halaqah Syekh Ahmad al-Fathani, tetapi hanya sekitar dua tahun saja karena sang guru meninggal dunia. Ia melanjutkan belajar kepada ulama Nusantara yang mengajar di Mekkah, termasuk Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Muhammad bin Ismail, Nik Mat Kecik, Wan Ali Kutan al-Kalantani, Daud bin Mustafa Al-Fathani, dan Cik Wan Daud al-Fathani.[4]

Terakhir, Abdul Hamid belajar kepada Abdullah az-Zawawi, mufti mazhab Syafi'i di Mekkah. Namun, seiring pecahnya Perang Dunia I, Abdul Hamid terpaksa pulang ke tanah kelahirannya, Tanjungbalai.[4]

Warisan sunting

Sebagai seorang ulama, Syekh Abdul Hamid meninggalkan beberapa kitab karangan, baik berbahasa Arab maupun Melayu. Ia juga pernah menerbitkan majalah berbahasa Arab dan Melayu bernama 'Ulumil Islamiyah. Majalah ini tidak berumur panjang, hanya dua kali terbitan dalam tahun 1939.[4]

Syekh Abdul Hamid meninggal dalam peristiwa Revolusi Sosial Sumatera Timur pada 1946. Ia dimakamkan di kuburan massal dekat Masjid Raya Sultan Ahmadsyah, Tanjungbalai.

Dalam perkembangannya, murid-murid Syekh Abdul Hamid kelak mendirikan Jam'iyatul Washliyah, organisasi keagamaan yang berbasis pada aliran Sunni dan mazhab Syafi'i. Dalam banyak hal, organisasi ini memiliki persamaan dengan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang didirikan oleh para ulama Minangkabau.[4]

Referensi sunting

  1. ^ Shobahussurur (2008). Mengenang 100 tahun Haji Abdul Malik Karim Amrullah, Hamka. Yayasan Pesantren Islam al-Azhar. ISBN 978-979-17785-0-3. 
  2. ^ Siahaan, E. K. (1984). K.H. Zainul Arifin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. 
  3. ^ Tanjung, Yushar (2020-03-07). "Jejak Islam di Tanjungbalai". MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial (dalam bahasa Inggris). 4 (1): 74–83. doi:10.30743/mkd.v4i1.3716. ISSN 2622-1373. 
  4. ^ a b c d e f Mohammad Arsjad. Thabal Mahkota Asahan. 1933