Kota Tanjungbalai

kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia


Kota Tanjungbalai atau Tanjung Balai[5] (Jawi: تنجوڠ بلاي) adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Luas wilayahnya 60,52 km² dan jumlah penduduk tahun 2020 sebanyak 175.233 jiwa, dan pada akhir tahun 2023 sebanyak 183.636 jiwa.[2] Kota ini berada di tepi Sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatera Utara. Jarak tempuh dari Kota Medan lebih kurang 186 KM atau sekitar 5 jam perjalanan kendaraan.[3]

Kota Tanjungbalai
Transkripsi bahasa daerah
 • Abjad Jawiتنجوڠ بلاي
Tugu Bangsal, Tanjungbalai
Jembatan Sei Asahan
Balai Ujung Tanjung
Lambang resmi Kota Tanjungbalai
Julukan: 
Kota Kerang
Motto: 
Balayar Satujuan Batambat Satangkahan
(Melayu Asahan) Seiya sekata dalam mencapai tujuan
Peta
Peta
Kota Tanjungbalai di Sumatra
Kota Tanjungbalai
Kota Tanjungbalai
Peta
Kota Tanjungbalai di Indonesia
Kota Tanjungbalai
Kota Tanjungbalai
Kota Tanjungbalai (Indonesia)
Koordinat: 2°58′00″N 99°48′00″E / 2.9667°N 99.8°E / 2.9667; 99.8
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Utara
Tanggal berdiri24 November 1956[1]
Dasar hukumUU No. 19 Tahun 2024[1]
Hari jadi27 Desember 1620
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 6
  • Kelurahan: 31
Pemerintahan
 • Wali KotaWaris Tholib
 • Wakil Wali KotaLowong
 • Sekretaris DaerahNurmalini Marpaung
 • Ketua DPRDTengku Eswin
Luas
 • Total60,52 km2 (23,37 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[2]
 • Total183.636
 • Kepadatan3,000/km2 (7,900/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 86,30% Islam
  • 5,33% Buddha
  • 0,19% Hindu[3]
 • BahasaIndonesia, Melayu, Batak, Jawa, Mandarin
 • IPMKenaikan 75,42 (2023)
tinggi[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
1272 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 623
Pelat kendaraanBK
Kode Kemendagri12.74 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 433.182.302.000.00,-
(2024)
Flora resmiDaun Buas-buas
Fauna resmiLundu
Situs webportal.tanjungbalaikota.go.id

Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 ha (2 km²) menjadi 60,52 km², kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per km². Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 Km² dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan.

Sejarah

sunting

Berdasarkan sejarah, keberadaaan Kota Tanjung Balai tidak dapat dipisahkan dengan Kesultanan Asahan yang telah berdiri ± 392 tahun yang lalu. Tepatnya dengan penobatan Sultan Abdul Jalil sebagai sultan pertama Kesultanan Asahan di Kampung Tanjung yang merupakan cikal bakal nama Tanjung Balai pada tahun 1620. Asal-usul nama Kota Tanjung Balai menurut cerita rakyat bermula dari sebuah balai yang ada di sekitar ujung tanjung di muara sungai Silau dan aliran sungai Asahan. Lama – kelamaan balai tersebut semakin ramai disinggahi karena letaknya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas bagi orang-orang yang ingin berpergian ke hulu Sungai Silau dan Sungai Asahan. Selanjutnya kampung tersebut dan wilayah sekitarnya dinamakan "Kampung Tanjung" dan orang lazim menyebutnya “ Balai di Tanjung”.

Tanggal 27 Desember yang merupakan hari mangkatnya Sultan Kerajaan Aceh Sultan Iskandar Muda yang merupakan ayahanda Sultan Abdul Jalil yang kemudian telah dijadikan sebagai hari lahir Kota Tanjung Balai yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan DPRD Kotamadya Tanjung Balai Nomor 4 / DPRD / TB / 1986 tanggal 25 November 1986.

Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh 8 orang sultan. Sultan pertama ialah Sultan Abdul Jalil yang mulai memerintah pada tahun 1620. Sedangkan sultan terakhir ialah Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah yang memerintah hingga tahun 1933. Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah meninggal di Kota Medan pada tanggal 17 April 1980. Ia dimakamkan dalam lingkup lahan Masjid Raya Tanjung Balai.[6]

Di zaman penjajahan Belanda, pertumbuhan dan perkembangan Kota Tanjung Balai semakin meningkat dan strategis. Kota Tanjung Balai dijadikan sebagai Gementee berdasarkan Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl. 1917 Nomor 284. Hal ini sejalan dengan berdirinya perkebunan – perkebunan di daerah Asahan dan Sumatera Timur, seperti H.A.P.M, SIPEF, London Sumatera (Lonsum) dan lain-lain. Pembangunan jalur transportasi seperti jalan, jembatan dan jalur kereta api mempermudah akses ke Kota Tanjung Balai. Sehingga hasil-hasil dari perkebunan dapat dipasarkan dengan lancar ke luar negeri melalui pelabuhan Tanjung Balai. Maka Kota Tanjung Balai berkembang sebagai kota pelabuhan yang diperhitungkan di pantai timur Sumatera Utara.

Pembukaan kantor – kantor dagang berbagai maskapai Belanda di Tanjung Balai pada abad XX, seperti K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka mulailah bangsa Eropa menetap di Kota Tanjung Balai. Asisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjung Balai yang jabatannya bertindak sebagai Wali kota dan Ketua Dewan Kota (Voorzitter van den Gemeenteraad). Maka mulai saat itu Kota Tanjung Balai selain tempat kedudukan Raja, juga merupakan tempat kedudukan Asisten Resident.

Sejak kemerdekaan Republik Indonesia, keberadaan Kota Tanjung Balai sebagai daerah otonom ditetapkan berdasarkan Undang – Undang Nomor 9 Darurat Tahun 1956 (LN Tahun 1956 Nomor 60, TLN Nomor 1092) tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota – Kota Kecil dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara, nama Gementee Tanjung Balai diganti dengan Kota Kecil Tanjung Balai. Berdasarkan Surat Mendagri Nomor U.P.15/2/3 tanggal 18 September 1956, jabatan Walikota Tanjung Balai terpisah dari Bupati Asahan. Selanjutnya dengan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1957, nama Kota Kecil Tanjung Balai diganti menjadi Kotapraja Tanjung Balai.

Pada waktu Gementee Tanjung Balai didirikan tahun 1917, luas wilayah Kota Tanjung Balai hanya 106 Ha. Atas persetujuan Bupati Asahan melalui Maklumat Nomor 260 tanggal 11 Januari 1958, daerah – daerah yang dikeluarkan (menurut Stbl. 1917 Nomor 641) dikembalikan pada batas semula, sehingga luasnya menjadi ± 190 – 200 Ha ( ±2 km²). Berdasarkan Sensus penduduk tahun 1980, dengan luas wilayah 2 km² dan jumlah penduduk ± 40.000 jiwa (kepadatan penduduk ± 20.000 jiwa per km²), menjadikan Kota Tanjung Balai sebagai Kota terpadat di Asia Tenggara saat itu.

Selanjutnya dengan terbitnya PP Nomor : 11 Tahun 1984 (LN Tahun 1984 Nomor 12) tanggal 29 Maret 1984, maka oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Mendagri, pada tanggal 5 Januari 1985 telah meresmikan terbentuknya 2 (dua) Kecamatan di Kotamadya Dati II Tanjung Balai, yaitu Kecamatan Tanjung Balai Selatan dan Kecamatan Tanjung Balai Utara.

Kemudian berdasarkan PP Nomor 20 Tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Dati II Tanjung Balai dengan Kabupaten Dati II Asahan, serta Inmendagri Nomor 22 Tahun 1987 tentang Pelaksanaan PP Nomor 20 tahun 1987, maka luas wilayah Kota Tanjung Balai berubah menjadi 6.052 Ha dengan 5 Kecamatan 11 Kelurahan dan 19 Desa. Berdasarkan Perda Nomor 23 Tahun 2001 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan di Wilayah Kota Tanjung Balai, 19 Desa tersebut telah diubah statusnya menjadi Kelurahan. Semenjak itulah di Kota Tanjung Balai terdapat 5 Kecamatan dengan 30 Kelurahan.

Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjung Balai Nomor 4 tahun 2005 telah ditetapkan pembentukan kecamatan Datuk Bandar Timur sebagai hasil pemekaran kecamatan Datuk Bandar. Selanjutnya berdasarkan Perda Kota Tanjung Balai Nomor 3 Tahun 2006 telah ditetapkan pembentukan kelurahan Pantai Johor di kecamatan Datuk Bandar. Dengan demikian sampai saat ini, Kota Tanjung Balai terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan.[7]

Geografi

sunting

Letak Kota Tanjung Balai berada di antara 2°58'00" Lintang Utara dan 99°48'00" Bujur Timur.[8] Luas wilayahnya adalah 60,52 km².[9] Kota Tanjung Balai menjadi tempat pertemuan bagi dua sungai besar yang bermuara ke Selat Malaka, yaitu Sungai Silau dan Sungai Asahan.[10] Lokasi pertemuan kedua sungai ini berada di timur laut Kota Tanjung Balai.

Kota Tanjung Balai memiliki sebuah pelabuhan bernama Pelabuhan Teluk Nibung. Lokasinya berada di Kecamatan Teluk Nibung.[11] Pelabuhan Teluk Nibung merupakan pelabuhan tertua kedua di provinsi Sumatera Utara sesudah Pelabuhan Belawan. Keberadaan Pelabuhan Teluk Nibung telah dikenal sejak zaman kolonial Belanda sebagai pelabuhan internasional yang memiliki kegiatan ekspor-impor yang cukup ramai dikunjungi karena berdekatan dengan negara tetangga Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Selain itu, Kota Tanjung Balai juga memiliki jembatan terpanjang di provinsi Sumatera Utara sepanjang ±600 m yang menghubungkan Kota Tanjung Balai dengan desa Sei Kepayang Kiri, Sei Kepayang Tengah, dan Sei Kepayang Kanan kabupaten Asahan, serta Open Stage yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Tanjungbalai, yang berdiri megah di atas Lapangan Pasir Kota Tanjung Balai.[12]

Batas Wilayah

sunting

Wilayah Kota Tanjungbalai berbatasan dengan kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Asahan. Di sebelah utara, Kota Tanjungbalai berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Balai. Di sebelah barat dan selatan, Kota Tanjungbalai berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat. Sedangkan di sebelah timur, Kota Tanjungbalai berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang.[13]

Kota Tanjung Balai terletak di antara 2º58' Lintang Utara dan 99º48' Bujur Timur. Posisi Kota Tanjung Balai berada di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara pada ketinggian 0–3 m di atas permukaan laut dan kondisi wilayah relatif datar. Kota Tanjung Balai secara administratif terdiri dari 6 Kecamatan, 31 Kelurahan. Luas wilayah Kota Tanjung Balai 6.052 Ha (60,52 km²)

No Kecamatan Kelurahan
1 Datuk Bandar Sijambi, Pahang, Sirantau, Pantai Johor, Gading
2 Datuk Bandar Timur Pulau Simardan, Bunga Tanjung, Semula Jadi, Selat Lancang, Selat Tanjung Medan
3 Tanjung Balai Selatan Tanjung Balai Kota I, Tanjung Balai Kota II, Perwira, Karya, Pantai Burung, Indra Sakti
4 Tanjung Balai Utara Tanjung Balai Kota III, Tanjung Balai Kota IV, Sejahtera, Kualo Silau Bestari, Mata Halasan
5 Sei Tualang Raso Muara Sentosa, Sumber Sari, Pasar Baru, Keramat Kubah, Sei Raja
6 Teluk Nibung Perjuangan, Pematang Pasir, Kapias Pulau Buaya, Beting Kuala Kapias, Sei Merbau

Pemerintahan

sunting

Wali Kota

sunting
No Wali Kota Awal jabatan Akhir jabatan Ket. Wakil Wali Kota
-   Waris Thalib 3 Mei 2021 22 Agustus 2022 Pelaksana Tugas[14]
15 22 Agustus 2022 Petahana [15] Lowong

Dewan Perwakilan

sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Tanjungbalai dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[16] 2019–2024[17] 2024–2029[18]
PKB 3   3   3
Gerindra 3   2   2
PDI-P 3   4   3
Golkar 7   9   8
NasDem 1   0   1
PKS 0   2   2
Hanura 3   1   1
PAN 0   0   1
Demokrat 2   1   2
Perindo (baru) 0   1
PPP 3   2   1
Berkarya (baru) 1
Jumlah Anggota 25   25   25
Jumlah Partai 8   9   11

Kecamatan

sunting

Kota Tanjungbalai terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan dengan luas wilayah mencapai 107,83 km² dan jumlah penduduk sekitar 169.033 jiwa (2017) dengan kepadatan penduduk 1.568 jiwa/km².[19][20]

Kemendagri Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Status Daftar
Kelurahan
12.74.05 Datuk Bandar 5 Kelurahan
12.74.06 Datuk Bandar Timur 5 Kelurahan
12.74.03 Sei Tualang Raso 5 Kelurahan
12.74.01 Tanjungbalai Selatan 6 Kelurahan
12.74.02 Tanjungbalai Utara 5 Kelurahan
12.74.04 Teluk Nibung 5 Kelurahan
TOTAL 31


Demografi

sunting

Hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Kota Tanjung Balai berjumlah 179.035 jiwa yang terdiri atas 90.583 jiwa pria dan 88.452 jiwa perempuan. Penduduk Kecamatan terbanyak berada di Kecamatan Teluk Nibung dengan jumlah penduduk 41.483 jiwa sedangkan yang terendah berada di Kecamatan Tanjung Balai Utara Dengan jumlah penduduk 17.930 jiwa. Dan Berikut adalah tabel penduduk Kota Tanjung Balai Per Kecamatan Tahun 2020 :

Nomor Kecamatan Penduduk/Jiwa
1 Datuk Bandar 40.336
2 Datuk Bandar Timur 31.470
3 Tanjung Balai Selatan 20.544
4 Tanjung Balai Utara 17.930
5 Sei Tualang Raso 27.272
6 Teluk Nibung 41.483
Jumlah 179.035

Tanjung Balai yang dalam sejarahnya menjadi kota perdagangan tidak diragukan lagi merupakan kota multietnis. Berbagai suku bangsa bercampur di sini: Batak, Melayu, Jawa, Tionghoa adalah sebagian dari etnik yang bermukim di kota ini. Namun suku asli kota ini ialah orang Melayu. Berdasarkan data pemerintah Kota Tanjung Balai tahun 2015, suku Batak termasuk Toba, Angkola, Mandailing, Simalungun, Karo dan Pakpak sebanyak 42,56%. Kemudian diikuti Jawa, Melayu dan lainnya.[21]

Suku di Kota Tanjung Balai 2015[21]
Suku Percent
Batak
  
42,56%
Jawa
  
17,06%
Melayu
  
15,41%
Tionghoa
  
10,58%
Aceh
  
1,11%
Lainnya
  
13,28%

Berdasarkan data pemerintah Kota Tanjung Balai menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kota Tanjung Balai memeluk agama Islam sebanyak 84,67 persen. Selebihnya menganut agama Kristen Protestan, Buddha, Katolik, dan sebagian kecil menganut agama Hindu serta kepercayaan.[21][2]

Agama di Kota Tanjung Balai
Agama Percent
Islam
  
80,67%
Buddha
  
9,30%
Protestan
  
9,19%
Katolik
  
0,81%
Hindu
  
0,03%

Kesehatan

sunting

Pendidikan

sunting

Ekonomi

sunting

Berdasarkan letak geografis yang sangat strategis, maka potensi Kota Tanjung Balai yang dapat dikembangkan antara lain :

  1. Sebagai Pusat Pelayanan Sekunder A yakni Pusat Pembangunan Kawasan Sektor Unggulan meliputi : Perkebunan, Pertanian dan Industri terhadap wilayah hinterland-nya sesuai Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara.
  2. Sebagai jalur transit perdagangan internasional dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura dan Pelabuhan alternatif bagi daerah hinterland, seperti : Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Kepulauan Riau, Pesisir Provinsi Riau dan kota-kota besar lainnya di Sumatera Utara.
  3. Mempunyai lahan yang cukup luas dan produktif untuk pengembangan sebagai kota industri, perdagangan, pelayanan jasa telekomunikasi yang didukung oleh Pelabuhan Teluk Nibung sebagai andalan keluar masuk barang (ekspor – impor) dan penumpang.
  4. Dapat dilalui dengan sarana transportasi baik darat maupun sungai.
  5. Fasilitas andalan yang tersedia seperti; jaringan air minum, listrik, transportasi darat dan kereta api, sarana pendidikan, sarana kesehatan, serta sarana lainnya.
  6. Mempunyai sumber daya alam yang dapat dikembangkan di sektor perikanan khsususnya perikanan tangkap dan budidaya.
  7. Sumber Daya Manusia yang dapat dikembangkan sebagai modal pembangunan kedepan.
  8. Sumber Daya Alam yang tersedia seperti : kandungan mineral, galian C Sungai Silau dan Sungai Asahan. Sumber daya alam yang sangat besar dari sungai Asahan adalah pasir sungai.

Pasir sungai Asahan ini merupakan bahan alami yang terbentuk dari proses pengikisan tanah disepanjang sungai mulai dari hulu hingga hilir. Pasir sungai Asahan mengandung 70-80% silica. Dengan kandungan silica yang besar ini, pasir sungai Asahan mempunyai karakteristik yang khas dan sangat baik untuk beberapa bahan baku, diantaranya :

  • Bahan baku industri kaca
  • Bahan baku penyaring dan penjernih air
  • Bahan baku pencampur dalam industri keramik dan porselin
  • Bahan baku untuk konstruksi[22]

Pariwisata

sunting

Wisata kuliner

sunting

Beberapa makanan khas kota Tanjungbalai diantaranya: Kerang daguk (Kerang batu), Kerang bulu, Ikan asin mayung, Ikan teri Medan (Teri putih), Udang asin (Udang pukul), Gulai masam, Sayur daun ubi tumbuk, Kerang "kemudi kapal" (Kerang hijau), Utak kotam, Sombam ikan, Anyang pakis dan Anyang kepah.[butuh rujukan]

Wisata Alam

sunting

• Water Front Tanjungbalai, yang terletak di ujung Kota Tanjungbalai dan di tepi sungai Asahan. • Pulau Beswesen

Lain-lain

sunting
  • Setiap akhir tahun, diadakan Pesta Kerang atau Peringatan Hari Jadi Kota Tanjungbalai guna memperingati Hari Ulang Tahun Kota Tanjungbalai.
  • Kota ini dijuluki "Kota Kerang". (hal ini dikarenakan dulu Kota Tanjungbalai pernah menghasilkan Kerang dalam jumlah yang besar, tetapi beberapa waktu belakangan ini produksi Kerang jauh menurun dikarenakan ekosistim yang tidak mendukung)
  • Kota ini memiliki jembatan terpanjang di Sumatera Utara yang melintasi Sungai Asahan.
  • Tanjungbalai pernah menerima Anugerah Adipura sebagai kota terbersih se-Indonesia pada tahun 2008, 2009, 2012, dan 2013.

Transportasi

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2024 tentang Kota Tanjungbalai di Provinsi Sumatera Utara" (PDF). Lembaran Negara Republik Indonesia. 2024-07-02. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2024-07-15. Diakses tanggal 2024-07-15. 
  2. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 12 Februari 2024.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "DUKCAPIL" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ a b "Kota Tanjungbalai Dalam Angka 2021" (pdf). www.tanjungbalaikota.bps.go.id. hlm. 72, 178-179. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-09. Diakses tanggal 18 Maret 2021. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023". www.sumut.bps.go.id. Diakses tanggal 30 Desember 2023. 
  5. ^ Nama Kota Tanjung Balai sering kali ditulis dengan penulisan yang salah yaitu Kota Tanjungbalai, meskipun berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1956 penulisan yang benar adalah Kota Tanjung Balai.
  6. ^ Syahminan, M., dan Katimin (2018). Konflik, Otoritas dan Kebijakan di Sumatera Utara (PDF). Medan: Perdana Publishing. hlm. 57. ISBN 978-602-5674-87-7. 
  7. ^ "Sejarah Kota Tanjungbalai". Portal Resmi Pemerintah Kota Tanjungbalai. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-12. Diakses tanggal 2021-06-12. 
  8. ^ Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai (2019). Kota Tanjungbalai dalam Angka 2019 (PDF). Tanjungbalai: Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai. hlm. 8. 
  9. ^ Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai (2022). Kota Tanjungbalai dalam Angka 2022. Tanjungbalai: Badan Pusat Statistik Kota Tanjungbalai. hlm. 8. 
  10. ^ Syahminan, M., dan Katimin (Desember 2018). Konflik, Otoritas dan Kebijakan di Sumatera Utara (PDF). Medan: Perdana Publishing. hlm. 53–54. ISBN 978-602-5674-87-7. 
  11. ^ Yafiz, M., Fatimah dan Yusrizal (November 2015). Pemberdayaan Perempuan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat di Tanjung Balai (PDF). Medan: FEBI UIN-SU Press. hlm. 41–42. ISBN 978-602-73510-9-7. 
  12. ^ "Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Tanjung Balai - Sejarah". Direktorat Jenderal Perbendaharaan - Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 19 Oktober 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-12. Diakses tanggal 2021-06-12. 
  13. ^ Syahminan, M., dan Katimin (2018). Konflik, Otoritas dan Kebijakan di Sumatera Utara (PDF). Medan: Perdana Publishing. hlm. 54. ISBN 978-602-5674-87-7. 
  14. ^ https://news.detik.com/berita/d-5559596/syahrial-ditahan-kpk-waris-thalib-jadi-plt-walkot-tanjungbalai
  15. ^ https://medanbisnisdaily.com/m/news/online/read/2022/08/20/160150/waris_thalib_dan_susanti_dilantik_jadi_wali_kota_tanjungbalai_dan_siantar_definitif_22_agustus/
  16. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Tanjungbalai 2014-2019
  17. ^ "25 anggota DPRD Tanjungbalai 2019-2024". Diakses tanggal 27-11-2019. 
  18. ^ https://www.detik.com/sumut/berita/d-7261691/daftar-25-anggota-dprd-tanjungbalai-golkar-hattrick-jabat-ketua
  19. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  20. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  21. ^ a b c "Agama, Adat, dan Budaya di Kota Tanjungbalai". www.tanjungbalaikota.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-04. Diakses tanggal 25 Januari 2022. 
  22. ^ "Potensi Unggulan Daerah Kota Tanjungbalai". Portal Resmi Pemerintahan Kota Tanjungbalai. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-12. Diakses tanggal 2021-06-12. 

Pranala luar

sunting