Abdullah bin Jahsy bin Ri’ab bin Ya‘mur al-Asadi (bahasa Arab: عبد الله بن جحش بن رئاب بن يعمر الأسدي, lahir ca 40 sebelum hijrah – wafat di Madinah, 3 H (625 M)) adalah seorang sahabat, sepupu, dan sekaligus saudara ipar Nabi Muhammad.[1][2] Abdullah termasuk pemeluk Islam pertama.[3] Dia memimpin pasukan pertama dalam Islam yang sukses, yaitu pasukan Ekspedisi Nakhlah.[4] Dia syahid dalam Perang Uhud bersama paman Nabi, Hamzah bin Abdul-Muththalib.[1]

Abdullah bin Jahsy
radhiyallahu ’anhuma
Meninggal 625 (usia 40-an)
Madinah
Sebab meninggal Terbunuh di Perang Uhud
Kebangsaan Suku Quraisy
 Bani Asad bin Khuzaimah
  Bani Ghanam al-Asadi
Orang tua Jahsy bin Ri‘ab (ayah)
Umaimah binti Abdul-Muththalib (ibu)
Saudara Ubaidullah, Abu Ahmad, Zainab

Biografi

sunting

Ayahnya adalah Jahsy bin Ri’ab bin Ya‘mur, keturunan Bani Ghanam bin Dudan bin Asad bin Khuzaimah.[3] Kabilah Bani Ghanam dari Bani Asad bin Khuzaimah adalah salah satu kabilah suku Quraisy. Bani Ghanam bersekutu dengan Bani Abdu Syams, sukunya Utsman bin Affan.[5] Semua laki-laki dan perempuan dari suku Bani Ghanam masuk Islam dan hijrah ke Madinah.[6][3] Ibunya adalah Umaimah binti Abdul-Muththalib bin Hasyim bin Abdi-Manaf bin Qushay, bibi Nabi Muhammad.[3] Dia memiliki dua saudara, Ubaidullah dan Abu Ahmad, yang bersama-sama ketiganya masuk Islam sebelum dakwah Nabi Muhammad di Darul Arqam,[3] dan seorang saudari yang dinikahi Nabi Muhammad, Zainab binti Jahsy.[7]

Termasuk generasi as-Sābiqūn al-Awwalūn

sunting

Sebelum Islam, terjadi beberapa peristiwa di Mekah yang terjadi berhubungan dengan Nabi Muhammad, seperti renovasi Ka'bah lima tahun sebelum kenabian Muhammad.[8] Ketika itu, terjadi perselisihan di antara empat pemimpin Quraisy yang bisa memicu peperangan, yaitu tentang siapa yang berhak menempatkan Hajar Aswad pada posisi yang seharusnya. Mereka kemudian menjadikan Muhammad, yang ketika itu belum menjadi nabi, untuk memberi solusi. Muhammad membentangkan selembar kain dan menawarkan keempat pemimpin itu bersama-sama mengangkat Hajar Aswad ke tempatnya; sebuah solusi yang diterima oleh keempat pemimpin tersebut. Abdullah menjadi salah satu saksi ketika Nabi Muhammad menyelesaikan perselisihan, yang bisa membesar menjadi perang antar-suku, ini secara adil.[9]

Ketika Muhammad mendakwahkan Islam secara sembunyi-sembunyi, Abdullah adalah salah satu di antara yang menerima dakwah Islam, yaitu melalui Abu Bakar ash-Shiddiq,[10] bahkan sebelum Muhammad berdakwah di Darul Arqam. Muhammad baru berdakwah di Darul Arqam ketika pemeluk Islam mencapai tiga puluh orang.[11]

Ubaidullah mengikuti Abdullah hijrah ke Habasyah, tetapi di sana dia masuk agama Nasrani dan meninggal dalam keyakinan tersebut.[3]

Tahun-tahun di Madinah

sunting

Ekspedisi Nakhlah: 624

sunting

Terdapat satu ayat Alquran yang turun berhubungan dengan peristiwa Abdullah bin Jahsy dalam Ekspedisi Nakhlah.[12]

Nabi Muhammad mengutusnya memimpin sebuah pasukan kecil pertama dalam sejarah Islam.[13] Abdullah bin Jahsy mati terbunuh oleh Abul Hakam bin al-Akhnas bin Syuraiq pada Perang Uhud sehingga mati sebagai seorang syahid, kemudian dimakamkan satu kubur bersama paman Nabi, Hamzah bin Abdul-Muththalib.[14]

Lihat pula

sunting
  • Jihad, konsep peperangan dalam Islam

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting

Kutipan

sunting
  1. ^ a b Az-Zarkali 2002.
  2. ^ Al-Mishri 2015, hlm. 404.
  3. ^ a b c d e f Ibn Sa'ad 1990, hlm. 65.
  4. ^ Al-Asqalani, hlm. 32.
  5. ^ Al-Asqalani, hlm. 31.
  6. ^ Ibn Sa'ad 1990, hlm. 66.
  7. ^ Az-Zarkali 2002, hlm. 76.
  8. ^ Purnama 2014.
  9. ^ Al-Mishri 2014, hlm. 404-405.
  10. ^ Ibn Hisyam 1955, I/257.
  11. ^ Al-Mishri 2015, hlm. 405.
  12. ^ Ibn Hisyam 1955, I/601.
  13. ^ Adz-Dzahabi 2006, hlm. 31.
  14. ^ Adz-Dzahabi 2006, hlm. 33.

Daftar pustaka

sunting
  • Adz-Dzahabi, Abu Abdillah Syamsuddin (2006). Siyar A’lam an-Nubalā‘ (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 4. Kairo: Dar al-Hadits. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-03. Diakses tanggal 2017-07-28. 
  • Al-Asqalani, Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar (1415 H). Adil Ahmad Abdul-Maujud; Ali Muhammad Mu'awwidh, ed. Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 4. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. hlm. 31–33. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-26. Diakses tanggal 2017-08-20. 
  • Al-Mishri, Mahmud (2015). Muhammad Ali, Lc., ed. Ensiklopedi Sahabat: Biografi Profil Teladan 104 Sahabat Nabi Generasi Terbaik Umat Islam Sepanjang Sejarah. Diterjemahkan oleh Syafarudin, Lc.; Darwis, Lc. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i. ISBN 978-602-9183-92-4. 
  • Az-Zarkali, Khairuddin bin Mahmud bin Muhammad (2002). Al-A’lām (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 4. Beirut: Dar el-Ilm Lilmalayin. hlm. 76. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-09. Diakses tanggal 2017-07-28. 
  • Ibn Hisyam, Abdul-Malik (1955). Musthafa as-Saqa; Ibrahim al-Abyari; Abdul-Hafizh asy-Syalbi, ed. Al-Sīrah al-Nabawiyyah (dalam bahasa bahasa Arab). Kairo: Maktabah Wamuthaba'ah Mushthafa al-Babi al-Halabi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-15. Diakses tanggal 2017-08-20. 
  • Ibn Sa'ad, Abu Abdillah Muhammad (1990). Muhammad Abdul-Qadir Atha, ed. Aṭ-Ṭabaqāt al-Kubrā (dalam bahasa bahasa Arab). Jilid 3. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. hlm. 65–67. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-10. Diakses tanggal 2017-07-28. 

Situs web