Abu Ali ad-Daqqaq

ulama
(Dialihkan dari Abu Ali Al-Daqqaq)

Abu Ali ad-Daqqaq (bahasa Arab: أبو علي الدقاق; meninggal sekitar tahun 1015) adalah seorang ulama dan tokoh sufisme terkemuka dari Naisabur, Persia. Ia dikenal sebagai salah satu guru spiritual terkemuka dalam tradisi Sufi dan merupakan mentor dari cendekiawan terkenal, al-Qusyairi. Ad-Daqqaq memainkan peran penting dalam penyebaran ajaran tasawuf dan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pemikiran Sufi di abad ke-10.[1]

Abu Ali ad-Daqqaq
أبو علي الدقاق
Informasi pribadi
Lahir
Meninggalca 1015 (405 H)
MakamNaisabur
AgamaIslam
DenominasiSunni
GerakanSufisme
PekerjaanCendekiawan Islam, Guru spiritual
Pemimpin Muslim
Pengaruh

Kehidupan awal

sunting

Ia berasal dari Naisabur yang terletak di Khorasan Raya, sebuah kota yang terkenal sebagai pusat intelektual dan spiritual Persia pada masa itu. Abu Ali ad-Daqqaq tumbuh di lingkungan yang kaya akan tradisi keilmuan dan spiritualitas Islam.[2]

Ajaran

sunting

Abu Ali ad-Daqqaq dikenal karena pengajaran spiritualnya yang mendalam dan kehidupan zuhudnya. Sebagai seorang sufi, ia mengajarkan pentingnya mencapai kesucian hati dan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui zikir, doa, dan pengendalian diri.[3]

Salah satu muridnya yang paling terkenal adalah al-Qusyairi, yang kemudian dikenal secara luas dan menulis risalah yang sangat berpengaruh tentang tasawuf, Risalah Al-Qushayriyyah, yang berisi dokumentasi ajaran-ajaran dari para sufi, termasuk ajaran gurunya, ad-Daqqaq.[4]

Kematian

sunting

Abu Ali Ad-Daqqaq meninggal dunia kira-kira pada tahun 1015 di kota kelahirannya, Naisabur, dan dimakamkan di sana.[5]

Warisan

sunting

Abu Ali ad-Daqqaq dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan tasawuf klasik. Ajarannya tentang keikhlasan dalam ibadah, penekanan pada pengendalian diri, dan perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sangat memengaruhi tradisi Sufisme di dunia Islam. Meskipun tidak banyak karya tertulis yang diwariskannya, ajarannya tetap tersebar melalui murid-muridnya dan komunitas sufi di wilayah Persia dan sekitarnya.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ Arroisi, Jarman; Sari, Novita (2021-01-25). "Makna Pluralisme Agama dan Relevansinya dalam Tradisi Sufi; Kajian atas Kepribadian Abu Mansur al-Halaj". Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman. 32 (1): 111–128. doi:10.33367/tribakti.v32i1.1279. ISSN 2502-3047. 
  2. ^ Hasan, Nasrul (2016-12-15). "TRANSFORMASI SEBUAH TRADISI INTELEKTUAL: Asal Usul dan Perkembangan Pendidikan pada Masa Awal Sejarah Islam". POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam. 2 (2): 213. doi:10.24014/potensia.v2i2.2539. ISSN 2442-5605. 
  3. ^ Fabiani, Raden Roro Michelle; Krisnani, Hetty (2020-07-14). "PENTINGNYA PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI SEORANG ANAK DARI USIA DINI". Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. 7 (1): 40. doi:10.24198/jppm.v7i1.28257. ISSN 2581-1126. 
  4. ^ Buana, Dana Riksa (2020-02-10). "Bagaimana ISIS Dapat Muncul dari Agama yang Memiliki Ajaran Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam?". 'ADALAH. 4 (2). doi:10.15408/adalah.v4i2.15266. ISSN 2338-4638. 
  5. ^ Luluk, Luluk Kholiqoh (2021-06-28). "STRATEGI DAKWAH USTADZ ACHMAD NASIRUDDIN ARIF DALAM MENSYIARKAN AJARAN THORIQOH NAQSYABANDIYAH KHOLIDIYAH MUJADDIDIYAH KEPADA GENERASI MUDA DI KOTA SURABAYA". Meyarsa: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Dakwah. 2 (1): 24–36. doi:10.19105/meyarsa.v2i1.4527. ISSN 2722-2918. 
  6. ^ Rubaidi, Rubaidi (2016-07-27). "Reorientasi Ideologi Urban Sufism di Indonesia terhadap Relasi Guru dan Murid dalam Tradisi Generik Sufisme pada Majelis Shalawat Muhammad di Surabaya". Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam. 5 (2): 294. doi:10.15642/teosofi.2015.5.2.294-320. ISSN 2442-871X.