Abu Mansur al-Maturidi
Imam Abu Mansur Al-Maturidi, atau lengkapnya Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi As-Samarqandi Al-Hanafi (bahasa Arab: أبو منصور محمد بن محمد بن محمود الماتريدي السمرقندي الحنفي) (wafat 333 H / 944 M) adalah imam aliran ahliaqidah Maturidiyyah serta seorang ahli ilmu kalam.
Nama dalam bahasa asli | (ar) أبو منصور محمد بن محمد بن محمود الماتريدي السمرقندي |
---|---|
Biografi | |
Kelahiran | k. 852 Maturid (Kekhalifahan Abbasiyah) |
Kematian | 944 (Kalender Masehi Gregorius) (91/92 tahun) Samarkand (Kekhalifahan Abbasiyah) |
Tempat pemakaman | Mausoleum of Abu Mansur al-Maturidi (en) Galat: Kedua parameter tahun harus terisi! |
Data pribadi | |
Agama | Islam dan Islam Sunni |
Kegiatan | |
Spesialisasi | Mazhab-Mazhab Teologi Islam, Ilmu Kalam, tafsir al quran dan Ushul fiqih |
Pekerjaan | Faqih, filsuf, mufasir, mutakallim (en) , mystic (en) |
Karya kreatif | |
Karya terkenal
|
Imam Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah pemukiman di kota Samarkand (sekarang termasuk wilayah Uzbekistan) yang terletak di seberang sungai. Ia bernasab lengkap Muhammad bin Muhammad bin Mahmud atau yang dijuluki juga dengan Abu Manshur al-Maturidi. Dalam manuskrip kitab at-Tauhid karya Abu Manshur al-Maturidi tertulis bahwa Abu Manshur merupakan keturunan dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid al-Anshari, seorang tokoh sahabat Nabi yang rumahnya menjadi tempat pertama Nabi menetap di kota Madinah ketika hijrah dari kota Makkah. Hal ini juga diutarakan oleh Kamaluddin Ahmad al-Bayadhi dalam kitab Isyarat al-Maram min Ibarat al-Imam.
Mengenai tahun kelahirannya, Dr. Muhammad Ayyub menyatakan Abu Manshur al-Maturidi lahir sekitar sebelum tahun 238 H. Ia hidup di zaman kemajuan daerah Asia Tengah sebagai pusat peradaban Islam. Di antara ulama besar yang sezaman dan berasal dari satu daerah dengan beliau adalah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari (w. 256 H) dan Muslim bin Hajjaj an-Naisabur (w. 261 H). (Lihat tesis doktoral Dr. Muhammad Ayyub di Universitas Dar al-Ulum, Kairo berjudul al-Islam wal Imam al-Maturidi).
Abu Manshur al-Maturidi, Tokoh kita satu ini selalu disandingkan dengan Abu al-Hasan al-Asy’ari sebagai dua tokoh besar manhaj Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Memang benar, rekam jejak kehidupannya tak banyak diulas oleh para sejarawan terkenal seperti Ibnu Katsir, Ibnu Khalkan, Ibnu Nadim, dan Ibnu Atsir dalam catatan-catatan sejarah mereka. Akan tetapi, seluruh kehebatan murid-muridnya serta karya tulisnya telah menunjukkan kepada kita betapa hebatnya tokoh kita satu ini. Tak ayal, para pengikutnya menjuluki tokoh kita ini dengan julukan Rais Ahlussunnah (pemimpin golongan Ahlussunnah), al-Imam al-Zahid (pemimpin yang zuhud), dan beberapa julukan lainnya.
Corak Pemikiran Abu Manshur al-Maturidi
Sejak Khalifah al-Mutawakkil dari dinasti Abbasiyyah mengucilkan ajaran sekte Muktazilah pada tahun 234 H maka semenjak itulah ajaran sekte Muktazilah mulai menyingkir ke daerah-daerah sekitar Asia Tengah. Begitu juga dengan sekte Qaramithah yang mencapai kejayaan dakwahnya di daerah Asia Tengah sekitar tahun 261 hingga tahun 278 H. Ditambah dengan pengaruh ajaran Zoroaster dan beberapa ajaran agama lain yang mengakar kuat sejak dahulu di Asia Tengah. Hal ini juga disebabkan letak daerah Asia Tengah yang strategis sebagai jalur perdagangan dan pertemuan budaya dari daratan China hingga kawasan Timur tengah.
Maka, tampillah Abu Manshur al-Maturidi sebagai tokoh Aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisnya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar akal yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Manshur al-Maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran Imam Abu Hanifah. Oleh karena itu, tidak berlebihan bahwa pemikiran yang dibawa oleh Abu Manshur al-Maturidi adalah penyempurna argumentasi yang dibangun oleh Abu Hanifah dalam kitab al-Fiqh al-Akbar. Bahkan, hingga saat ini sebagian besar pengikut ajaran Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut mazhab Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih. Tentu hal ini sangat berbeda dengan sekte Muktazilah yang lebih mengedepankan akal melebihi nash Al-Quran dan Hadits.
Tokoh kita ini berguru kepada Abu Bakar Ahmad al-Juzjani, Abu Nashr Ahmad al-‘Iyadh, dan Nushair bin Yahya al-Balkhi (w. 268 H), dan Muhammad bin Muqatil ar-Razi (w. 248 H). Seluruh guru Abu Manshur al-Maturidi tersebut mengambil sanad keilmuan kepada Abu Sulaiman bin Musa al-Juzjani. Sedangkan, Abu Sulaiman bin Musa al-Juzjani mengambil sanad keilmuan kepada al-Qadhi Abu Yunus (w. 182 H) dan Muhammad bin al-Hasan (w. 189 H) yang merupakan dua murid terbaik imam Abu Hanifah. Murid-murid Abu Manshur al-Maturidi yang paling masyhur adalah Abu Qasim as-Samarkandi (w. 342 H), Ali ar-Rustaghni (w. 350 H), dan Abu Muhammad Abdul Karim bin Musa al-Bazdawi (w. 390 H). (Dr. Ahmad Hamdi Ahmad Ali, Juhud al-Madrasah al-Maturidiyyah [Kairo: Maktabah al-Azhariyyah li at-Turats], 2017, hal. 35).
Para ulama ahli sejarah sepakat menyatakan bahwa Abu Manshur al-Maturidi wafat pada tahun 333 H. Abu Manshur al-Maturidi wafat pada usia sekitar 100 tahun dan dimakamkan di daerah Samarkand.
Karya
sunting- Kitab Al Tawhid
- Kitab Radd Awa'il al-Adilla, sanggahan terhadap Mu'tazilah
- Radd al-Tahdhib fi al-Jadal, sanggahan terhadap Mu'tazilah
- Kitab Bayan Awham al-Mu'tazila, 'Kitab Pemaparan Kesalahan Mu'tazilah'
- Kitab Ta'wilat al-Qur'an.
- Kitab al-Maqalat
- Ma'akhidh al-Shara'i` dalam Usul al-Fiqh
- Al-Jadal fi Usul al-Fiqh
- Radd al-Usul al-Khamsa, sanggahan terhadap pemaparan Abu Muhammad al-Bahili' tentang lima prinsip Mu'tazilah
- Radd al-Imama, sanggahan terhadap konsepsi keimaman syiah
- Al-Radd `ala Usul al-Qaramita
- Radd Wa`id al-Fussaq
Lihat pula
suntingPranala luar
sunting- Biografi Diarsipkan 2011-09-27 di Wayback Machine.