Ags. Arya Dipayana
Agung Setiadji, dikenal secara profesional sebagai Ags. Arya Dipayana (29 April 1961 – 1 Maret 2011) adalah seniman Indonesia. Namanya dikenal sebagai seniman teater, penyair sekaligus penulis cerita pendek yang mempublikasikan karyanya di berbagai media massa. Ia merupakan salah satu penerima Hibah Seni dari Yayasan Kelola.[1]
Ags. Arya Dipayana | |
---|---|
Lahir | Agung Setiadji 29 April 1961 Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia |
Meninggal | 1 Maret 2011 Jakarta, Indonesia | (umur 49)
Pekerjaan | Seniman |
Karya terkenal |
|
Kehidupan pribadi
suntingDipayana lahir dengan nama Agung Setiadji pada 29 April 1961 di Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia. Ia merupakan anak dari Darjono Hadjiwidjojo.
Karier
suntingMulai berkesenian sejak di bangku sekolah lanjutan dengan menulis cerita-cerita pendek dan puisi. Menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia jurusan Sastra Prancis. Sempat bekerja sebagai redaktur tamu di majalah Hai dan Zaman, dan copywriter di beberapa biro iklan. Karya-karyanya kemudian dipublikasikan di berbagai media, seperti Majalah Hai, Suara Pembaruan, Zaman, Majalah Matra dan banyak lagi. Tahun 1976 mulai aktif di dunia teater, mendirikan Teater Egg (sekarang Teater Tetas) pada tahun 1978. Sejak 1985 aktif menulis naskah drama untuk kepentingan pertunjukan. Kumpulan puisinya yang pernah terbit adalah Sajak Pejalan Kaki, Tiga Cermin Kecil (Kumpulan Bertiga), dan Sehingga Kabut (Kumpulan Tunggal). Beberapa puisinya dijadikan lagu antara lain oleh Dwiki Dharmawan, dinyanyikan oleh Novia Kolopaking, Reda Gaudiamo, dan lain-lain.
Dia juga aktif menyutradarai pementasan-pementasan Teater Tetas. Naskah-naskah drama yang ditulisnya diantaranya Wisanggeni Berkelebat, Seorang Anak Menangis, Palaganada: Dari Negeri Cinta, Jejak Surga, dan Julung Sungsang dan Raung Kuda Piatu (2009). Dipayana meninggal pada 1 Maret 2011, sekitar pukul 22.30 WIB, saat memberikan lokakarya teater di Purwakarta, Jawa Barat. Jenazah dimakamkan keesokan harinya di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan.[2]
Karya puisi
sunting- Pejalan Kaki
- Tiga Cermin Kecil (Kumpulan Bertiga)
- Sehingga Kabut (Kumpulan Tunggal)
Naskah drama
sunting- Wisanggeni Berkelebat
- Dari Seberang Cuaca (terdiri dari empat naskah pendek)
- Seorang Anak Menangis
- Palaganada-Di Negeri Cinta
- Jejak Surga
- Julung Sungsang
- Republik Anturium
- Raung Kuda Piatu
- Durna Rumangsa
- World in My Feet
- Questioning Ekalaya
Filmografi
suntingFilm
suntingTahun | Judul | Catatan | Ref. |
---|---|---|---|
1990 | Cinta dalam Sepotong Roti | Penulis lagu tema; judul lagu: "Aku Ingin"; karya debut | |
1995 | Sesal | Penulis lagu tema; Judul lagu: "Dengan Menyebut Nama Allah" | [3] |
2017 | Surat Kecil untuk Tuhan | Penulis lagu tema; Judul lagu: "Dengan Menyebut Nama Allah"; Diluncurkan setelah kematiannya |
Televisi
suntingTahun | Judul | Catatan | Ref. |
---|---|---|---|
1994 | Hati Seluas Samudera | Penulis lagu tema | |
1998 | Kau Tak Sendiri | Penulis skenario | [4] |
Seberkas Kasih Mama | Penulis lagu tema; judul lagu: "Bagimu Ibu" | ||
2000 | Kabulkan Doaku | Penulis lagu tema; judul lagu: "Dengan Menyebut Nama Allah" | |
2007 | Soleha | Penulis lagu tema; judul lagu: "Dengan Menyebut Nama Allah"; Tidak dikreditkan | |
2017 | Kisah Nyata | Penulis lagu tema; judul lagu: "Dengan Menyebut Nama Allah"; diluncurkan setelah kematiannya |
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ "Dari Puisi Menjadi Musik dan Komik". Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 April 2015. Diakses tanggal 26 Mei 2015.
- ^ "Seniman Teater Ags. Arya Dipayana Meninggal". Tempo.co. Diakses tanggal 2 Maret 2019.
- ^ "Padat dengan Muatan Dakwah". Pikiran Rakyat. 28 Januari 1996.
- ^ "Drama Musikal untuk Sambut Lebaran 1998". Kompas. 21 Januari 1998.
Pranala luar
sunting- Profil di Taman Ismail Marzuki Diarsipkan 2015-09-24 di Wayback Machine.