Aksara Sasak
Kontributor utama artikel ini tampaknya memiliki hubungan dekat dengan subjek. (July 2022) |
Aksara Sasak, dikenal juga sebagai aksara Jejawaan Sasak, adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di Pulau Lombok.[1] Aksara ini digunakan oleh suku Sasak untuk menulis bahasa Sasak. Aksara Sasak merupakan turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara aksara Kawi dan berkerabat dekat dengan aksara Bali dan aksara Jawa.[2]
Aksara Sasak | |
---|---|
Jenis aksara | |
Bahasa | Sasak |
Aksara terkait | |
Silsilah | Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:
|
Aksara kerabat | Bali Batak Baybayin Bugis Incung Jawa Lampung Makassar Rejang Sunda |
Sejarah
suntingMenurut sebuah hipotesis, suku Sasak telah menghuni Pulau Lombok selama berabad-abad, mereka dikatakan telah menghuni wilayah Lombok sejak 4.000 tahun SM. Ada pendapat yang mengatakan bahwa orang Sasak berasal dari percampuran antara penduduk asli Lombok dengan para pendatang dari Pulau Jawa. Ada juga yang menyatakan leluhur orang Sasak adalah orang Jawa.
Menurut Goris, "Sasak" secara etimologi, berasal dari kata sah 'pergi' dan shaka 'leluhur'. Dengan begitu Goris menyimpulkan bahwa Sasak memiliki arti "pergi ke tanah leluhur". Dari pengertian inilah diduga bahwa leluhur orang Sasak itu adalah orang Jawa. Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang Sasak disebut sebagai "aksara Jejawaan Sasak", yakni merupakan sistem tulisan yang berasal dari Pulau Jawa. Pada perkembangannya, aksara ini dipresentasikan dengan baik oleh para pujangga Sasak yang telah melahirkan tradisi kesusasteraan Sasak.[3]
Berdasarkan asal usul-usul serta pemakaian naskah di dalam naskah lontar baik berbahasa Sasak maupun berbahasa Kawi, aksara Jejawan Sasak dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
- Baluq Olas
- Rekan
- Swara
- Swalalita
Asal-usul aksara Jejawaan Sasak adalah dari aksara Jawa. Dari segi pelafalannya, aksara Jawa berjumlah 20 buah dengan urutan; [ha], [na], [ca], [ra], [ka], [da], [ta], [sa], [wa], [la], [pa], [dha], [ja], [ya], [nya], [ma], [ga], [ba], [tha], dan [nga]. Huruf yang diserap ke dalam aksara Jejawaan Sasak hanya berjumlah 18 huruf dan disebut aksara Baluq Olas yang dalam bahasa Indonesia berarti 'aksara delapan belas'.
Bahasa Sasak awalnya ditulis dengan aksara yang disebut aksara Sasak, mirip dengan aksara Bali yang dipengaruhi oleh aksara Jawa. Aksara itu ditulis di daun lontar, dan kemudian dari tahun 1970an, kertas sudah mulai digunakan untuk menulis aksara Sasak. Saat ini pengetahuan tentang aksara Sasak terbatas pada sejumlah kecil orang, dan alfabet Latin digunakan sebagai gantinya. Pada tahun 1948, bagian dari Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa Sasak dan ada beberapa literatur dalam bahasa Sasak pada abad ke-19 yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Jawa.[4]
Jenis aksara
suntingSwalalita
suntingSwalalita adalah jenis aksara yang dipakai untuk tulis menulis dalam naskah-naskah lontar Sasak, baik naskah berbahasa Sasak maupun berbahasa Kawi. Swalalita terdiri atas huruf vokal (swara) dan huruf konsonan (wyanjana).
Swara
suntingSwara digunakan apabila ia berada di depan serta menyatakan nama diri, nama tempat, nama hari, dan lain-lain. Swara juga berkedudukan sebagai aksara murdha, yang jika dialihkan aksaranya ke huruf Latin maka menjadi huruf Kapital, kecuali [le].
Aksara swara memiliki huruf vokal [i], [u], [e], [o], dan [é]. Apabila melekat pada aksara wyanjana, maka aksara swara berubah menjadi sandarangan, yakni bunyi dengan bentuk-bentuk tertentu serta penempatannya ada di atas, di bawah, di depan, atau di belakang.
Wyanjana
suntingWyanjana terdiri dari huruf [h], [r], dan [ng] berada pada akhir suku kata, berubah menjadi sandangan, yakni bunyi dan berfungsi untuk mematikan suku. Sedangkan [ra], dan [re] untuk menghidupkan suku kata.
Baluq olas
suntingCarakan atau baluq olas secara lahiriah telah mengandung bunyi vokal [a], serta merupakan satu suku. Apabila belum mengandung bunyi vokal [a], [h], [n], [c], dan seterusnya, bukan [ha], [na], [ca], dan seterusnya, maka disebut sebagai aksara legena.
Lihat juga
suntingReferensi
sunting- ^ "Aksara Kuno Saksi Kejayaan Nusantara". www.mediaspn.com. 13 Desember 2019. Diakses tanggal 13 April 2022.
- ^ Wahyudi (5 April 2016). "Aksara Sasak, Antara Menjadi Masa Depan Atau Masa Lalu". www.kompasiana.com. Diakses tanggal 13 April 2022.
- ^ M. Azizan (16 Mei 2016). "Sejarah Dan Tradisi Suku Sasak, Lombok NTB". siap-sekolah.com. Diakses tanggal 13 April 2022.
- ^ "Sasak Language, Alphabet And Pronunciation". omniglot.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 13 April 2022.