Pulau Lombok

pulau di Indonesia

Pulau Lombok (jumlah penduduk pada tahun 2023: 3.936.194 jiwa)[1] adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km² menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Namanya berasal dari Sasak lomboq, yang artinya "lurus, jujur". Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.

Lombok

Geografi
LokasiIndonesia
Koordinat8°33′54″S 116°21′04″E / 8.565°S 116.351°E / -8.565; 116.351
KepulauanNusa Tenggara
Luas5.435 km2
Titik tertinggiRinjani (3.726 m)
Pemerintahan
NegaraIndonesia
ProvinsiNusa Tenggara Barat
Kabupaten/kotaLombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Timur, Kota Mataram
Kota terbesarMataram
Kependudukan
Penduduk3.936.194 jiwa (2023[1])
Kepadatan724 jiwa/km2
Kelompok etnikSuku Sasak, Bali, Jawa
Info lainnya
Zona waktu
Peta

Pembagian administratif

sunting
 
Foto infra merah dari satelit memperlihatkan pulau Lombok dengan kawah Gunung Rinjani

Pulau Lombok merupakan salah satu dari dua pulau besar yang termasuk dalam wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat.[2] WIlayah Pulau Lombok terbagi menjadi 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara dan Kota Mataram.[3]

Geografi

sunting

Selat Lombok menandai batas flora dan fauna Asia. Mulai dari pulau Lombok ke arah timur, flora dan fauna lebih menunjukkan kemiripan dengan flora dan fauna yang dijumpai di Australia daripada Asia.[4] Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris pada abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.[butuh rujukan]

Topografi Pulau Lombok didominasi oleh morfologi gunung berapi karena keberadaan Gunung Rinjani di bagian utara. Gunung Rinjani termasuk gunung berapi tipe A.[5] Ketinggian Gunung Rinjai mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut dan menjadikannya gunung tertinggi ketiga di Indonesia.[6] Gunung ini terakhir meletus pada bulan Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan gunung dan danau Segara Anak ditengahnya dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah selatan pulau ini sebagian besar terdiri atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk pertanian, komoditas yang biasanya ditanam di daerah ini antara lain jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.[butuh rujukan]

Demografi

sunting
 
Peta bahasa di pulau Lombok

Penduduk asli di Pulau Lombok adalah suku Sasak sekaligus yang menjadi etnis mayoritasnya.[7] Suku Sasak memiliki hubungan kekerabatan dengan suku Bali, tetapi sebagian besar memeluk agama Islam. Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.[butuh rujukan]

Bahasa

sunting

Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk pulau Lombok (terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa utama dalam percakapan sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam lima macam dialek yang berbeda yakni dialek Mataram Kota, Lombok utara, tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian besar berasal dari eks Kerajaan Karangasem), di beberapa tempat terutama di Lombok Barat dan Kota Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.

Sebagian besar penduduk pulau Lombok terutama suku Sasak menganut agama Islam. Agama kedua terbesar yang dianut di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para penduduk keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15% dari seluruh populasi di sana. Penganut Kristen, Buddha dan agama lainnya juga dapat dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para pendatang dari berbagai suku dan etnis yang bermukim di pulau ini. Organisasi keagamaan terbesar di Lombok adalah Nahdlatul Wathan (NW), organisasi ini juga banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan berbagai level dari tingkat terendah hingga perguruan tinggi.[butuh rujukan]

Di Cakranegara (dulu bernama kerajaan Cakranegara) Kota Mataram sekarang, dulunya ditemukan Naskah Lontar Kuno oleh Ekspedisi belanda (KNIL) kemudian diambil lalu dibawa ke Belanda, naskah lontar ini sebenarnya berada di Kerajaan Selaparang (sekarang sekitar daerah Pringgabaya, Lombok Timur), tetapi pada saat peperangan antara Bali dan Lombok, kerajaan Selaparang telah kalah karena diserang secara tiba-tiba, dan akhirnya semua harta benda milik kerajaan selaparang dirampas oleh pasukan Bali, sisa-sisa yang tidak terbawa kemudian dibakar. Termasuk mahkota emas Raja selaparang (Pemban Selaparang) dan naskah lontar Negara Kertagama yang sedang dipelajarai oleh para Putra dan Perwira kerajaan Selaparang.[butuh rujukan]

Sejarah

sunting
 
Bentuk lumbung padi khas pulau lombok

Menurut isi Babad Lombok, kerajaan tertua yang pernah berkuasa di pulau ini bernama Kerajaan Laeq (dalam bahasa sasak laeq berarti waktu lampau), tetapi sumber lain yakni Babad Suwung, menyatakan bahwa kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut dan digantikan oleh Kerajaan Lombok. Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan Sasak yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali pada masa itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang.

Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan raja Selaparang.[8] Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun, Lombok kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.[butuh rujukan]

Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok berada di bawah kendali pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia II Lombok sempat berada di bawah Negara Indonesia Timur, sebelum kemudian pada tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia.[butuh rujukan]

Pariwisata

sunting
 
Cidomo, alat transportasi tradisional di pulau lombok, sarana transportasi utama di daerah pedesaan

Lombok dalam banyak hal mirip dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun 1990-an mulai dikenal wisatawan mancanegara. Namun dengan munculnya krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1997 dan krisis-krisis lain yang menyertainya, potensi pariwisata agak terlantarkan. Lalu pada awal tahun 2000 terjadi kerusuhan antar-etnis dan antar agama di seluruh Lombok sehingga terjadi pengungsian besar-besaran kaum minoritas. Mereka terutama mengungsi ke pulau Bali. Namun selang beberapa lama kemudian situasi sudah menjadi kondusif dan mereka sudah kembali. Pada tahun 2007 sektor pariwisata adalah satu-satunya sektor di Lombok yang berkembang.[butuh rujukan]

Destinasi objek pariwisata

sunting

Wisata alam

sunting

Wisata budaya

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b "Demografi penduduk di situs NTB". Diakses tanggal 2024-01-15.  Parameter |archive-url= mengalami cacat: timestamp (bantuan)
  2. ^ Tim Penyusun Buku Nusa Tenggara Barat Dalam Data Tahun 2015 (2015). Nusa Tenggara Barat dalam Data 2015 (PDF). Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat. hlm. 3. ISBN 978-602-97223-1-4. 
  3. ^ Septiawan, Wahyudi (2023). Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2023. BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat. hlm. 3. ISSN 0215-2215. 
  4. ^ http://www.lombokindonesia.org/magnificent-lombok-indonesia/
  5. ^ Tim Pusat Studi Gempa Nasional (September 2018). Irsyam, M., Hanifa, N. R., dan Djarwadi, D., ed. Kajian Rangkaian Gempa Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat: 29 Juli 2018 (M6.4), 5 Agustus 2018 (M7.0), 19 Agustus 2018 (M6.9) (PDF). Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman. hlm. 54. ISBN 978-602-5489-13-6. 
  6. ^ Pangestu, Dwi, dkk. (Desember 2017). Masterplan Pengelolaan Sampah Taman Nasional Gunung Rinjani 2018-2038. Mataram: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. hlm. 1. 
  7. ^ Mulhimmah, Baiq Ratna (Oktober 2017). Firdaus, M., ed. Mengenal Busana Adat Sasak (PDF). Mataram: Sanabil. hlm. 1. ISBN 978-602-6223-37-1. 
  8. ^ (Indonesia)Sejarah Nusa Tenggara Barat, situs Departemen Dalam Negeri Diarsipkan 2007-09-26 di Wayback Machine.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting