Kemiri
Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Wild.) (bahasa Inggris: candlenut) adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae.
Kemiri | |
---|---|
Ilustrasi kemiri abad ke-19 dari Blanco. | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Plantae |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Rosid |
Ordo: | Malpighiales |
Famili: | Euphorbiaceae |
Genus: | Aleurites |
Spesies: | A. moluccana
|
Nama binomial | |
Aleurites moluccana (L.) Willd., 1805
|
Dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai candleberry, Indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat.
Tidak diketahui dengan tepat asal-usulnya, tumbuhan ini menyebar luas mulai dari India dan Cina, melewati Asia Tenggara dan Nusantara, hingga Polinesia dan Selandia Baru.[2] Di Indonesia, kemiri dikenal dengan banyak nama. Di antaranya, kembiri, gambiri, hambiri (Bat.); damiu (Selayar) kemili (Gayo); kemiling (Lamp.); buah kareh (buah keras, Mink.; Nias); kaminting (Bjn, Day.) muncang (Sd.); dèrèkan, pidekan, kêmiri (Jw.); kamèrè, komèrè, mèrè (Md.); kumbè (''Belitung''); pelleng (Bugis) dan lain-lain.[3]
Kemiri sekarang tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tanaman ini adalah tumbuhan resmi negara bagian Hawaii.
Pengenalan
suntingPohon besar dengan tinggi mencapai 40 m dan gemang hingga 1,5 m. Pepagan abu-abu, sedikit kasar berlentisel. Daun muda, ranting, dan karangan bunga dihiasi dengan rambut bintang yang rapat, pendek, dan berwarna perak mentega yang seolah-olah bertabur tepung. Dari kejauhan tajuk pohon ini tampak keputihan atau keperakan.[2][4]
Daun tunggal, berseling, hijau tua, bertangkai panjang hingga 30 cm, dengan sepasang kelenjar di ujung tangkai. Helai daun hampir bundar, bundar telur, bundar seperti telur atau berbentuk seperti segitiga, berdiameter hingga 30 cm, dengan pangkal berbentuk seperti jantung, bertulang daun menjari hanya pada awalnya, bertaju 3-5 bentuk segitiga di ujungnya.[2][4]
Perbungaan dalam malai thyrsoid yang terletak terminal atau di ketiak ujung, panjang 10–20 cm. Bunga-bunga berkelamin tunggal, putih, bertangkai pendek. Bunga-bunga betina berada di ujung malai payung tambahan; bunga-bunga jantan yang lebih kecil dan mekar lebih dahulu berada di sekelilingnya, berjumlah lebih banyak. Kelopak bertaju 2-3; mahkota bentuk lanset, bertaju-5, panjang 6–7 mm pada bunga jantan, dan 9–10 mm pada bunga betina. Buah batu agak bulat telur gepeng, 5–6 cm × 4–7 cm, hijau zaitun di luar dengan rambut beledu, berdaging keputihan, tidak memecah, berbiji-2 atau 1. Biji bertempurung keras dan tebal, agak gepeng, hingga 3 cm × 3 cm; dengan keping biji keputihan, kaya akan minyak.[2]
Kegunaan
suntingBiji
suntingKemiri terutama ditanam untuk bijinya; yang setelah diolah sering digunakan dalam masakan Indonesia dan masakan Malaysia. Di Pulau Jawa, kemiri juga dijadikan sebagai saus kental yang dimakan dengan sayuran dan nasi. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamia yang juga memiliki kandungan minyak yang hampir sama. Kemiri juga dibakar dan dicampur dengan pasta dan garam untuk membuat bumbu masak khas Hawaii yang disebut inamona. Inamona adalah bumbu masak utama untuk membuat poke tradisional Hawaii.
Inti biji kemiri mengandung 60–66% minyak.[3] Di Hawaii, pada masa kuno, kemiri (di sana disebut kukui) dibakar untuk menghasilkan cahaya. Kemiri disusun berbaris memanjang pada sehelai daun palem, dinyalakan salah satu ujungnya, dan akan terbakar satu demi satu setiap 15 menit atau lebih. Ini juga berguna sebagai alat pengukur waktu. Misalnya, seseorang bisa meminta orang lain untuk kembali ke rumah sebelum kemiri kedua habis terbakar. Di Tonga, sampai sekarang, kemiri yang sudah matang (dinamai tuitui) dijadikan pasta (tukilamulamu), dan digunakan sebagai sabun dan shampoo. Biji kemiri memiliki minyak yang dapat dipakai sebagai bahan bakar untuk menyalakan lampu pelita di malam hari.[5]
Penanaman kemiri modern kebanyakan hanya untuk memperoleh minyaknya. Dalam setiap penanaman, masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30–80 kg kacang kemiri, dan sekitar 15 sampai 20% dari berat tersebut merupakan minyak yang didapat. Kebanyakan minyak yang dihasilkan digunakan secara lokal, tidak diperdagangkan secara internasional.
Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat[butuh rujukan]. Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet, dan lain-lain. Minyak kemiri sebagai bahan bakar berkualitas lebih rendah daripada minyak tung, minyak serupa yang dihasilkan oleh buah tung (Vernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina dan Aleurites montana).[6]
Kayu
suntingMeskipun dapat menghasilkan kayu yang berukuran besar, kayu kemiri dianggap terlalu ringan dan tidak awet sebagai kayu bangunan.[3] Kayu ini berwarna keputihan dan amat ringan (BJ 0.35), serta amat mudah diserang jamur atau serangga. Kayu kemiri yang melapuk sering ditumbuhi jamur kuping (Auricularia).[7]
Kayu kemiri dapat digunakan untuk membuat furnitur, peralatan kecil, korek api, dan juga untuk pulp.[2] Di Jakarta, dulu, kayu kemiri sering juga digunakan untuk membuat perabotan rumah tangga.[3] Di Hawaii, kayu kemiri kadang-kadang digunakan untuk membuat sampan sederhana; atau paling-paling untuk kayu bakar yang bermutu rendah.[7] Di Lombok, kayu kemiri juga diolah menjadi papan dan kerajinan tangan.
Lain-lain
suntingBeberapa bagian dari tanaman ini sudah digunakan dalam obat-obatan tradisional di daerah-daerah pedalaman. Minyaknya digunakan sebagai bahan tambahan dalam perawatan rambut (untuk menyuburkan rambut).[8] Bijinya dapat digunakan sebagai pencahar. Di Jepang, kulit kayunya telah digunakan untuk tumor. Di Sumatra, bijinya dibakar dengan arang, lalu dioleskan di sekitar pusar untuk menyembuhkan diare. Di Jawa, kulit batangnya digunakan untuk mengobati diare atau disentri.
Kemiri juga sering ditanam sebagai pohon serbaguna, untuk menghijaukan lahan, sebagai peneduh di pekarangan, dan juga untuk pohon hias.[6] Di Jawa, biji kemiri biasa dijadikan sebagai bahan permainan untuk diadu kekerasan tempurungnya.
Dalam penulisan lontar, biji kemiri yang telah dibakar digunakan untuk menghitamkan tulisan pada lembaran-lembaran lontar.
Kemiri yang didistribusikan dapat tumbuh baik selama karakteristik ekosistem dan fisika-kimia memenuhi syarat pertumbuhannya. Meliputi iklim lembap tropical (1200 m di atas permukaan laut) hingga dekat dengan ekuator ( 2000 m di atas permukaan laut); curah hujan berkisar antara 640– 4290 mm per tahun dengan toleransi suhu maksimum 26-30 °C dan suhu minimum 18-28 °C. Kemiri juga sering ditemukan pada konstruksi tanah datar, lereng, dan selokan curam. Jenis tanah termasuk geluh (komposisi pasir, debu, lempung), lempung, pasir dan tanah gamping selama tingkat keasaman antara ph 5-8[9]
Perlu diketahui terdapat beberapa varietas tanaman kemiri yang terdistribusi di dunia; Aleurites moluccana berasal dari semenanjung Malaya, Aleurites fordi berasal dari China Tengah, A. trisperma berasal dari Filipina, A. Montana daerah Indocina dan China selatan serta A. cordata berasal dari Jepang. Sifat dari jenis jenis tanaman kemiri tersebut berbeda satu sama lain mencakup ketinggian pohon, tekstur daging buah, dan kualitas minyak yang dihasilkan[9]
Teradapat 2 varietas kemiri yang paling terkenal jika dilihat dari produknya yakni Aleurites moluccana (L) Wild sebagai sumber kayu, konsumsi dan minyak untuk obat obatan (produk primer) dan Aleurites Reutealis trisperma (Blaco) Airy Shaw sebagai minyak ekstraksi kemiri (produk primer) dan biodiesel minyak kemiri (sebagai produk sekunder).[10]
Proses Produksi Olahan Tanaman Kemiri di Indonesia
suntingOleh karena itu, di berbagai negara termasuk Indonesia mulai banyak dikembangkan budidaya beragam varietas kemiri tetapi, prinsip dasar budidaya tetap sama. Terdapat 3 persiapan yang harus diperhatikan;
Ketersediaan Bibit Tanaman
suntingBibit tanaman dapat diperoleh secara generatif dan vegetatif;
Secara generatif benih diambil dari buah yang sudah masak, yang ditandai dengan warna coklat dan jatuh sendiri dari pohon, kira kira 1-8 hari. Cara praktis mengetahui kualitas benih yang baik dilakukan dengan merendamnya ke dalam air. Benih yang baik akan tenggelam sedangkan akan terapung jika sudah rusak atau dengan menjemur selama 1-2 hari jika, menghasilkan minyak artinya benih sudah rusak [9]
Tahap selanjutnya adalah pengecambahan benih. Dapat dilakukan dengan 2 cara; di atas bendengan atau di dalam kantong plastik yang telah diisi campuran tanah dan air. Inkubasi selama 22-30 hari disusul dengan seleksi kecambah. Persemaian ke-2 dimulai ketika menanamkan kecambah tersebut pada lubang tunggal sedalam 10 cm. Dirawat dengan menyiram air rutin setiap 2 hari sekali selama 7-10 bulan serta diberikan paparan matahari secara bertahap. Akhirnya akan diperoleh tanaman kecil/bibit yang siap ditanam ke lapangan [9]
Secara vegetatif maksudnya melalui cangkok atau sambungan. Cangkok dilakukan pada bagian cabang kemiri. Proses tersebut membutuhkan waktu 8 bulan hingga tumbuh akar baru pada calon bibit. Berbeda dengan tahap sambungan, indukan bibit berasal dari 2 individu berbeda. Umumnya potongan pertama dari bagian tengah batang sampai akar sedangkan potongan kedua dari bagian tengah batang hingga ke atas. Tujuannya untuk mempertahankan kedua sifat induk yang diinginkan[9]
Proses Penanaman di Lapangan
suntingSebaiknya bibit kenali tidak langsung ditanam ke lapangan karena persentase keberhasilannya kecil (57%), lebih baik dilakukan penyemaian terlebih dahulu. Proses penyemaian melibatkan:
- persiapan lahan yang bebas dengan gulma;
- mengatur jarak tanam. Kepurusan ini disesuaikan dengan tujuan budidaya jika, bertujuan menghasilkan biji makan jarak tanam 10 x 10 meter sedangkan untuk menghasilkan kayu, jarak tanam 4x4 meter.
- pengajiran dan pembuatan lubang untuk mencegah acidity dari tanah [9]
Proses penanam dimulai dengan melepas kantong plastik “bibit” kemudian benamkan dalam lubang tanah yang telah dibuat, usahakan posisi akar menyebar dengan rata. Setelah ini adalah tahap pemeliharaan kemiri yang mencakup penyiangan, penyiraman, pemupukan, dan pemangkasan [9]
Pola Vegetasi Tanaman Lainnya
suntingPoin ini berlaku jika dalam lahan budidaya kemiri digabungkan dengan vegetasi lainnya [9]
Tahap pemanenan kemiri dapat dilakukan setelah kemiri menghasilkan buah yakni umur pada umur 3-4 tahun. Dalam satu tahun dapat dilakukan 2 - 3 kali. Untuk tujuan konsumsi, buah dipanen pada tingkat kemasakan 75% tetapi untuk tujuan benih buah yang dipanen haruslah yang sudah jatuh sendiri ke tanah. Jumlah panen tergantung umur tanaman dan pertumbuhannya. Seperti, pada umur 6 tahun mampu menghasilkan 25 kg biji kupasan, umur 11 -20 tahun stabil menghasilkan 35–50 kg biji kupasan/pohon/tahun dan umur di atas 50 tahun mampu menghasilkan 2 ton biji atau 0,5 ton biji kupasan[9]
Terdapat beberapa tahapan dalam proses pengolahan biji kemiri hingga menjadi minyak kemiri. Biji yang masih memiliki tempurung direbus kemudian dikeringkan dan disimpan. Beberapa hari selanjutnya dipisahkan berdasarkan kualitas bentuk dan ukuran biji. Proses ini akan berdampak perbedaan harga akhir produk. Selanjutnya biji dengan tempurung disangrai dan dipecahkan bagian tempurung. Hasilnya tempurung dibuang sedangkan daging biji dikeringkan. Setelah dikeringkan, terdapat proses sortasi kedua, yang memisahkan antara daging biji utuh, daging biji pecah dan daging biji afkir. Untuk daging biji yang utuh dapat langsung dikemas untuk dipasarkan menjadi salah satu bahan makanan. Untuk daging biji yang tidak utuh akan dilakukan serangkaian tahap ekstraksi dengan suhu tinggi maupun pelarut kimiawi tertentu menjadi minyak kemiri (Produk primer) yang selanjutnya disimpan dan dipasarkan [9]
Produk sekunder kemiri berasal dari minyak kasarnya yang berpotensi sebagai bahan baku biodiesel pengganti solar. Proses produksi biodesel minyak kemiri telah dilakukan oleh PT Bahtera Hijau Lestari Indonesia [11] dan Litbang Indonesia [10] dengan tahapan pada literatur berikut [1]
Trend jalur perdanganan kemiri di Indonesia cukup luas. Kebanyakan penjualan/pembelian kemiri dilakukan oleh kelompok petani atau koperasi bukan oleh individu petani. Sebagai contoh, terdapat beberapa produsen besar kemiri Indonesia seperti Timor Leste, Aceh, Medan, Makassar dan sebagainya, sedangkan konsumen sebagaian besar berada di Jawa Barat.[12]
Skema Jalur Perdagangan dapat dicek pada sumber berikut Manap, N., Sidharta, M., & Parera, A. 2009. Journal Of NTT Studies. Commodity Chain Assessment: Case Of Candlenut In Transboundary Timor And Indonesia. Vol 1(2) page 147-158.[12]
Produk Primer Kemiri
suntingProduk utama kemiri adalah minyak hasil ekstraksi daging biji kemiri.[13] Minyak kemiri banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan. Hal ini didasarkan pada karakter kimianya yang mampu mengobati khusunya inflamasi. Kulit yang terluka akan sembuh dengan cepat jika menggunakan protectant atau barrier seperti minyak kemiri yang mampu mencegah infeksi berkelanjutan. Minyak dengan polysaturated oil seperti minyak ini mampu melalukan air dari kulit atau sifat transepidemal yang berakibat menginduksi proses penyembuhan. Pemanfaatan minyak kemiri pada bahan kosmetik juga didasarkan pada karakter minyak polysaturated yang meningkatkan kelembapan kulit[14]
Kualitas Produk Primer
suntingProduk andalan tanaman kemiri adalah minyak ekstraksi kemiri. Dari 1 biji kemiri dapat diperoleh minyak dengan kandungan 39,3% asam lemak tak jenuh dan kandungan nutrisi lainnya.[15] Produk primer kemiri adalah minyak kemiri yang dijadikan bahan untuk melembabkan kulit kering, normal, hingga kulit bayi yang sensitif serta penggunaan untuk konsumsi[14]
No | Parameter | Nilai |
---|---|---|
Komposisi Asam Lemak (%) | ||
1` | Asam Stearat | 9 |
2 | Asam Palmitat | 10 |
3 | Asam Oleat | 12 |
4 | Asam Linoleat | 19 |
5 | Asam alfa-eleostearic | 50 |
Sifat Fisiko Kimia | ||
1. | Densitas (25 °C) | 0.85 |
2 | Bilangan Iod | 160 |
3 | Bilangan Asam | 1.7 |
4 | Bilangan Penyabunan | 192-200 |
5 | Titik Leleh | 2-4 °C |
6 | Titik Beku | -6,5 °C |
Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kasar | Kemiri Sunan Variasi_1 | Kemiri Sunan Variasi_2 |
---|---|---|
Rendeman minyak (%) | 38.1- 42 | 47.21-56 |
Bilangan Asam (mg KOH/g minyak) | 4.6-7.79 | 2.40-6.30 |
Bilangan Penyabunan (mg KOH/g minyak) | 181.97-192.5 | 177.87- 202.51 |
Bilangan Iod(%) | 127.8- 129.09 | 111.45- 120.31 |
Viskositas (mm^2/S(cSt)) | 110.17-114.11 | 101.23-112.61 |
Densitas (g/l) | 0.939-0.941 | 0.935-0.939 |
Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit | Kemiri Sunan Variasi_1 | Kemiri Sunan Variasi_2 |
Hama Daun (Ulat Katung) | Toleran | Toleran |
Penyakit/Tumbuhan Pengganggu | Toleran | Toleran |
Sistem Perbanyakan Benih Pohon Induk | Grafting | Grafting |
Daerah Pengembangan | Daerah dengan ketinggian 500-700 mdpl,
tipe iklim B |
Daeran dengan ketinggian 50–400 m dpl,
tipe iklim B dan c |
Produk Sekunder Kemiri
suntingProduk sekunder kemiri yang tengah dikembangkan adalah biodiesel sebagai sumber bahan bahan alternatif. Biodiesel ini diperoleh dari metode eksktrasi dan pelarutan methanol khusus yang mampu memisahkan senyawa kimiawi dengan kadar minyak di atas 10% dari produk. Hasilnya berupa minyak kasar kemiri sunan (MMKS) yang diolah kembali menjadi biodiesel[15]
Kualitas Produk Sekunder
suntingUntuk mendapatkan karakter seperti biodisel, produk minyak kemiri harus mengandung methyl ester. Oleh karena itu dalam proses transesterfication,dibutuhkan ratio etanol dan minyak kemiri yang tepat. Berdasarkan penelitian ratio paling tepat adalah 6/1 dengan pemakaian katalis berupa pottasium hydroxide. Berikut ini adalah perbandingan kulaitas biodiesel dari kemiri dan biodiesel konvensional[15] serta perbandingan kualitas biodisel minyak kemiri terhadap standar baku [10]
No | Properties | Candlenut Ester | Ester | Diesel Oil | Fuel Oil | Biodisel Standard | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
ASTM | DIN | SNI04 | ||||||||
B100 | B10 | BPTP | D6751-02 | EN 14214 | 7182-2006 | |||||
1 | Density | kg / m3 | 886.9 | 839.2 | 870 | 820- 870 | 840-920 | - | 860-900 | 850-890 |
2 | Kinematic Viscosity | cSt | 4.819 | 3.785 | 4.8 | 5.8 | 3.6-7.2 | 1.9-6 | 3.5-5.0 | 2.3-6 |
3 | Flash Point | °C | 160 | 75.556 | 182 | >65 | >65 | >130 | >120 | >100 |
4 | Pour Point | °C | 6.667 | 12.778 | 12 | <18 | <18 | - | - | - |
5 | Water Content | % | 0.32 | TRACE | <0.05 | <0.05 | <0.25 | <0.03 | <0.05 | <0.05 |
6 | Ash Content | % | 0.006 | 0.0399 | 0.007 | <0.01 | <0.01 | <0.02 | <0.02 | <0.01 |
Kajian Metabolomik Tanaman Kemiri
suntingProduk primer kemiri, minyak hasil ekstraksi bagian biji memiliki manfaat sebagai obat anti inflamasi. Studi sebelumnya terkait karakter minyak pada bji kemiri belum dapat menjelaskan komposisi spesifik dalam minyak tersebut. Tetapi, melalui teknik analisis GLC dapat diketahui dalam 49,55% asam lemak pada minyak kemiri terdiri dari 11 jenis senyawa asam lemak dan asam linolenic. Senyawa linolenic diketahui merupakan golongan asam lemak omega 3 yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia.[16]
Penelitian metabolit dilakukan dengan mengumpulkan biji kemiri dari kawasan “Forest Research Institute, Dehradum”. Bagian kernel biji dipisahkan dan dihancurkan, untuk memperoleh bubuk. Setiap bubuk diekstraksi secara berbeda menggunakan petroleum ether (600 -80 °C) melalui soxhlet apparatus. Pelarut dihilangkan dengan menurunkan tegangan dan kemudian dihasilkan fatty oil. Minyak tersebut disaponifikasi dengan 0,5N KOH selama 2 jam dan campuran yang tidak tersaponifikasi dipisahkan. Fatty acid methyl esters disiapkan dengan refluksi campuran fatty acid dengan 1% asam sulfuric (MeOH) pada air mendidih selama 4 jam, dinginkan dan akan diperoleh yield methyl esters.[16]
The fatty acid methyl esters dianalisis menggunakan Agilent 6850 gas chromatograph yang dilengkapi dengan FID. Kolom yang digunakan berjenis non-bound cyanosilicone coulum SP-2330 (30 m x 25 mm, id x 0.20 mm, film thickness).Temperatur oven diprogram dari 170 - 220 °C dengan laju 5 °C/min sedangkan carrier gas (N2) diatur dengan laju alir 1.5 ml/menit. Bagian injector dan detektor dijada pada suhu 230 dan 250 °C serta daerah pemisahan direkam pada sistem data HP Chemstation [16].
Berikut adalah komposisi asam lemak berdasarkan analisis metabolomik minyak biji kemiri.
Fatty Acids | Composition (wt%) |
---|---|
C:9 | 2.54 |
C:10 | 2.37 |
C:12 | 1.09 |
C:14 | 1.40 |
C:16:O | 16.42 |
C:17 | 0.75 |
C:18:1 | 6.02 |
C:18:3 | 49.55 |
C:20:0 | 16.76 |
C:21:0 | 2.35 |
C:22:0 | 0.754 |
Hasil identifikasi asam lemak menunjukkan konstituen mayoritas pada minyak kemiri adalah linolenic acid (49,55%), diikuti arachidic acid (16,76%) dan palmitic acid (16,42%) sedangkan oleic acid (6,02%), pelargoic acid (2.54%), capric acid (2.37%) dan sebagainya merupakan konstituen minoritas.[16]
Dari informasi ini dapat diketahui secara jelas mengapa minyak kemiri dijadikan bahan pengobatan. Kandungan linolenic acid atau asam omega -3 merupakan pre-kursor eicosanoids, senyawa dalam regulasi inflamasi. Selain itu, asam omega -1 merupakan salah satu materi pembangun membran sel dan building blocks rantai panjang omega -3 fatty acids eicosapentaenoic acid atau EPA dan docosahexaenoic acid atau DHA. Kandungan arachidic acid, palmitic acid, oleic acid dan pelargonic acid juga memberikan efek terapetic.[16]
Beberapa jenis metabolisme sekunder telah berhasil diisolasi dan dikarakterisasi dari berbagai bagian lain tanaman kemiri. Pada bagian daun dan ranting pohon kemiri ditemukan; 3, 4-seco-podocarpane-type trinorditerpenoids,moluccanic acid,moluccanic acid Methylester, dan 6,7- dehydromoluccanic acid. Senyawa baru golongan phorbol diester (13-O-myristyl-20-O-acetyl-12-deoxyphorbol) ditemukan pada bagian teras kayu pohon kemiri. Sebagai tambahan, senyawa hentriacontane, 6, 7- dimethoxycoumarin, 5, 6, 7-trimethoxycoumarin dan β-sitosteroltercatat pertama kali ditemukan pada spesies ini.[16]
Isu kesehatan
suntingBiji kemiri mengandung bahan beracun dengan kekuatan ringan.[17] Karena itu sangat tidak dianjurkan mengonsumsi biji kemiri secara mentah. Penggunaan kemiri harus diawali dengan menyangrai (memanaskan tanpa minyak atau air) hingga biji hangat. Pemanasan akan menguraikan toksin.
Mitologi
suntingDi Hawaii, pohon kemiri adalah simbol penerangan, perlindungan, dan perdamaian.[18] Kemiri dianggap sebagai bentuk tubuh Kamapua'a, dewa babi. Salah satu legenda menceritakan tentang seorang wanita yang meskipun telah melakukan segala usahanya yang terbaik untuk menyenangkan suaminya, sering dipukuli. Akhirnya, suaminya itu membunuhnya hingga mati dan menguburnya di bawah pohon kukui. Karena sang isteri adalah wanita yang baik dan adil, ia pun memperoleh kehidupannya kembali. Suaminya pun akhirnya terbunuh.
Lihat pula
suntingCatatan kaki
sunting- ^ IUCN Detail 18435618
- ^ a b c d e Siemonsma, J.S.. 1999. Aleurites moluccana (L.) Willd. Diarsipkan 2015-09-24 di Wayback Machine. [Internet] Record from Proseabase. de Guzman, C.C. and Siemonsma, J.S. (Editors). PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation, Bogor, Indonesia. Accessed from Internet: 02-Feb-2011
- ^ a b c d Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2: 1174-1177. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta.
- ^ a b Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 263.
- ^ Andi Arief (2008) "Kearifan Lokal dan Pengelolaan Hutan Kemiri Rakyat di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan" Jurnal Hutan dan Masyarakat
- ^ a b ICRAF AgroforesTree Database: Aleurites moluccana[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b Elevitch, Craig R. (2006). "Aleurites moluccana (kukui)" (PDF). The Traditional Tree Initiative: 10.
- ^ "Manfaat Minyak Kemiri untuk Rambut dan Cara Memakainya - HerbalismeID". 2022-12-09. Diakses tanggal 2022-12-20.
- ^ a b c d e f g h i j Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Perkebunan.(2006). Pedoman Budidaya Kemiri (Aleurites moluccana Willid)
- ^ a b c d Syakir, M dan Karmawati, E. 2013. Litbang Pertanian: Buku Bahan Bakar Nabati.Kemiri Sunan (Aleurites trisperma BLANCO).Bab. Tanaman Perkebunan Penghasil BBN. Hal 16-25
- ^ PT, Bahtera Hijau Lestari Indonesia, 2011. Candlenut Ver. 2.2 E. [Online] https://www.slideshare.net/waltertonetto/candlenut-ver-22e. Diakses pada Rabu, 27 Maret 2019, pukul 22.30 WIB
- ^ a b Manap, N., Sidharta, M., & Parera, A. 2009. Journal Of NTT Studies. Commodity Chain Assessment: Case Of Candlenut In Transboundary Timor And Indonesia. Vol 1(2) page 147-158
- ^ Siddique, B. M., Ahmad, A., Alkarkhi, A. F. M., Ibrahim, M. H., & Omar A.K, M. (2011). Chemical Composition and Antioxidant Properties of Candlenut Oil Extracted by Supercritical CO2. Journal of Food Science, 76(4), C535–C542.doi:10.1111/j.1750-3841.2011.02146.x
- ^ a b c Vossen, HAM dan B.E. Umali. 2002. Plant Resources of SouthEast Asia No 14.Prosea Foundation. Bogor, Indonesia.
- ^ a b c d Sulistyo, H., Rahayu, S. S., Winoto, G., & Suardjaja, I. M. (2008). Biodiesel production from high iodine number candlenut oil. World Acad. Sci. Eng. Technol,48,485-488.
- ^ a b c d e f g Rashmi, Sapna B.2015. Journal of natural products. Aleurites moluccana Seeds: A Rich source of Linolenic acid. Vol. 8 page 123-126
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-22. Diakses tanggal 2008-01-16.
- ^ "Kukui". Canoe Plants of Ancient Hawaii. Diakses tanggal 2009-11-15.