Alfred Simanjuntak
Alfred Simanjuntak (20 September 1920 – 25 Juni 2014) adalah pencipta lagu Indonesia. Ia dikenal luas oleh masyarakat melalui lagu ciptaannya yang berjudul Bangun Pemudi Pemuda. Sejak tahun 1934 sampai sekarang, ia telah menulis puluhan lagu anak-anak, lagu rohani, lagu-lagu paduan suara, serta lagu nasional, dan pernah menjadi konduktur istana atas saran R. Sudjasmin.
Alfred Simanjuntak | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Parlombuan, Bataklanden, Keresidenan Tapanuli, Hindia Belanda | 8 September 1920
Meninggal | 25 Juni 2014 Tangerang, Banten | (umur 93)
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | 1. Damaris Silitonga (wafat 13 Februari 1968) 2. Alida Salomo |
Anak | Semua adalah anak dengan istri pertama: 1. Aida 2. Toga 3. Dorothea 4. John |
Profesi | |
Sunting kotak info • L • B |
Alfred Simanjuntak, atau biasa dipanggil Pak Siman, menguasai banyak bahasa selain bahasa Indonesia, yaitu bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Ia juga bisa memahami bahasa Jepang.[1]
Biografi
suntingAlfred Simanjuntak merupakan putera dari pasangan Lamsana Simanjuntak dan Kornelia Silitonga, anak sulung dari delapan bersaudara.[2] Keluarga Bapak Lamsana Simanjuntak adalah keluarga yang sederhana. Hingga Alfred berusia lima tahun, keluarganya tidak pernah mengenal piring, sendok, atau gelas, meskipun Bapak Lamsana adalah guru sekolah dasar di wilayah itu.[1]
- "Sebagai piring untuk seluruh keluarga dipakai piring kayu besar dan cukup tebal, yang dapat dikelilingi oleh empat sampai lima orang. Nasi ditaruh di tengah piring kayu itu, dan masing-masing mengambil dari bukit nasi itu sesuai dengan panggilan perutnya. Gelas atau mangkok tidak ada, untuk minum dipakai batok kelapa yang dibelah dua. Kalau ke sekolah, kami harus berjalan kaki 90 km. Mobil pertama yang kami lihat, pada tahun 1926, dan kami begitu takut akan “dilihat” mobil itu, sehingga kami lari tunggang langgang bersembunyi dalam semak-semak dan baru berani keluar ketika mobil sudah cukup jauh."
Pendidikan
suntingPada tahun 1928, Alfred bersekolah di Holland Indische school, Narumonda, Porsea, Toba Samosir, dan lulus pada tahun 1935. Ia memperoleh pelajaran menyanyi di sekolah ini serta kerap tampil bernyanyi di acara Natal sekolah. Selanjutnya ia merantau ke Solo, Jawa Tengah, dan selama enam tahun bersekolah di Hollands Inlandsche Kweek School (semacam sekolah guru), Surakarta, hingga tahun 1941. Selama itu, kemampuan bermusiknya berkembang dan ia bisa memainkan organ, piano, biola, dan gitar. Di sekolah tersebut, Alfred bertemu dengan Cornelis Simanjuntak (pencipta lagu Pada Pahlawan).[2]
Setelah lulus dari HIKS, Alfred mengajar di Shakelschool (Sekolah Rakyat) di Kutoarjo, Madiun, dan Semarang. Di Semarang, tahun 1943, ia diterima sebagai guru menyanyi Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang didirikan oleh sejumlah tokoh nasionalis seperti Bahder Djohan dan Wongsonegoro. Di sana pula ia berteman dengan Liberty Manik yang tinggal satu kontrakan dengannya, dan ikut menyaksikan proses penciptaan lagu Satu Nusa Satu Bangsa.[2]
Pada tahun 1950, Alfred melanjutkan pendidikan ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Setelah lulus, ia melanjutkan belajar bahasa Belanda pada tahun 1954 di tiga kampus secara bersamaan, yaitu Rijksuniversiteit Utrecht; Leidse Universiteit, Leiden; Stedelijke Universiteit, Amsterdam, Belanda.[2]
Meninggal
suntingAlfred meninggal dunia pada 25 Juni 2014 pukul 06.00 pagi di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang pada usia 93 setelah lama menderita radang paru-paru dan pneumonia. Ia dimakamkan di pemakaman San Diego Hills, Karawang.[3]
Pekerjaan
sunting- Guru pengajar di Shakelschool (Sekolah Rakyat) Kutoarjo dan Madiun (1941-1943).
- Guru menyanyi Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia, Semarang (1943-1946).
- Guru SMP Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan
- Wartawan surat kabar Soember, Jakarta (1946-1949).
- Badan Penerbit Kristen Gunung Mulia (1950-1985).
- Penggagas dan pendiri Yayasan Musik Gereja (1967-2014).
- Pemrakasa dan juri tetap Pesparani (Pesta Paduan Suara Gerejani) (1985-2001).
Karya
suntingAlfred Simanjutak menciptakan lebih dari 42 lagu perjuangan dan rohani. Ia berteman dengan Liberty Manik dan Cornelis Simanjuntak, sehingga ciri khas lagu yang mereka ciptakan sama. Seringkali lagu-lagu yang ia ciptakan dikira oleh masyarakat sebagai karya dari Cornelis Simanjuntak, tetapi Alfred sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya. Namun, saat lagu selamatkan Terumbu Karang juga dikira merupakan karya dari Cornel, Alfred terkejut karena rekannya tersebut telah meninggal bertahun-tahun yang lalu.[4] Alida Salomo, istri keduanya yang ikut menyertai saat diwawancarai, mengatakan:
- "Kami terheran-heran saat kami mendengar Indosiar menyebutkan bahwa lagu nasional untuk menyelamatkan karang negara dikomposisi oleh Cornel Simanjuntak. Kami sudah menghubungi stasiun untuk menyampaikan protes kami tetapi tidak memuaskan."
Daftar lagu ciptaan Alfred Simanjuntak
suntingLagu Nasional
sunting- Bangun Pemudi Pemuda
- Di Manakah Tanah Airku
- Indonesia Bersatulah
- Kami Berjanjilah
- Negara Pancasila
- Selamatkan Terumbu Karang
Lagu anak-anak
sunting- Aku Suka Sekolah
Lagu organisasi
sunting- Himne Partai Kebangkitan Bangsa (atas permintaan Gus Dur tahun 1999[2])
- Himne Rumah Sakit PGI Cikini
- Yubelium 50 Tahun BPK Penabur (memperingati 50 tahun berdirinya sekolah tahun 2000[2])
Lagu rohani
sunting- Firman-Mu Itu Pelita
- Saudaraku Berpulang Dulu
- Tuhan Engkau Mengenalku
- Ya Allah Kasihani Aku
Lagu berbahasa Batak
sunting- Sipahutar Na Uli Jala Tungil
Penghargaan
sunting- Doctor honoris causa dari St John University atas pengabdian di bidang pendidikan selama lebih dari 60 tahun (10 Februari 2001).[4]
Referensi
sunting- ^ a b Majalah DIA. Edisi Oktober 2010. "ALFRED SIMANJUNTAK: Harus Melakukan Sesuatu ".
- ^ a b c d e f Dody Hidayat, Dian Yuliastuti, dan Cornila. "Tempo", Edisi 5-11 November 2012. "Alfred Simanjuntak yang Membara".
- ^ "Pencipta Bangun Pemudi-Pemuda Meninggal Dunia". Metrotvnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-28. Diakses tanggal 2014-06-26.
- ^ a b Ida Indawati Khouw. 25 Februari 2001. "The Jakarta Post". Composer Alfred Simanjuntak brings out tunes to unite all Diarsipkan 2014-02-25 di Wayback Machine..