Antiokhia

kota kuno yang berlokasi di wilayah Asia Kecil dan kini berada di dekat kota modern Antakya, di provinsi Hatay, Turki
(Dialihkan dari Antioch)

Antiokhia adalah salah satu kota kuno yang berlokasi di wilayah Asia Kecil dan kini berada di dekat kota modern Antakya, di provinsi Hatay, Turki. Kota ini memiliki peran penting dalam sejarah sebagai pusat kebudayaan, perdagangan, dan keagamaan di dunia kuno, terutama selama periode Helenistik, Romawi, dan Bizantium.

Peta lokasi Antiokhia.

Sejarah Awal

sunting
 
Peta Antiokhia pada zaman Romawi dan Bizantin awal.

Antiokhia didirikan pada tahun 300 SM oleh Seleukos I Nikator, salah satu jenderal Aleksander Agung dan pendiri Dinasti Seleukia. Kota ini dinamakan sesuai nama ayah Seleukos, yaitu Antiokhus, dan merupakan salah satu dari sejumlah kota yang didirikan oleh Seleukos di berbagai wilayah kekaisarannya. Lokasinya yang strategis di dekat Sungai Orontes serta di jalur perdagangan antara Timur dan Barat menjadikan Antiokhia sebagai pusat perdagangan yang penting sejak awal pendiriannya.

Periode Helenistik

sunting

Pada masa Helenistik, Antiokhia berkembang pesat sebagai pusat budaya Yunani. Kota ini menjadi salah satu kota terbesar dan paling makmur di Kekaisaran Seleukia. Infrastruktur kota, seperti pasar, kuil, teater, dan stadion, menunjukkan pengaruh arsitektur dan seni Yunani. Kehidupan kota diwarnai dengan kegiatan intelektual, seperti filsafat dan sastra, yang menjadi daya tarik bagi kaum intelektual dan seniman.

Periode Romawi

sunting

Pada tahun 64 SM, Antiokhia ditaklukkan oleh Pompeius dari Roma dan dijadikan bagian dari Kekaisaran Romawi. Kota ini menjadi salah satu kota terbesar di Kekaisaran Romawi di wilayah timur, hanya di bawah Aleksandria dan Roma dalam hal populasi dan kemakmuran. Sebagai ibukota Provinsi Suriah, Antiokhia memainkan peran penting dalam pemerintahan Romawi di kawasan tersebut. Pada masa ini, Antiokhia juga menjadi pusat perdagangan yang ramai, dengan komoditas dari Persia, India, dan Arab yang diperdagangkan di sini.

Peran dalam Agama Kristen

sunting

Antiokhia memiliki peran signifikan dalam sejarah perkembangan agama Kristen. Kota ini disebut dalam Perjanjian Baru sebagai salah satu tempat di mana para pengikut Yesus pertama kali disebut "Kristen" (Kisah Para Rasul 11:26). Menurut tradisi Kristen, Antiokhia juga merupakan tempat pelayanan Rasul Paulus dan Barnabas. Pada abad ke-1 Masehi, Antiokhia menjadi salah satu dari lima pusat utama Kekristenan, yang dikenal sebagai Pentarki, bersama dengan Roma, Aleksandria, Yerusalem, dan Konstantinopel.

Gereja Antiokhia menjadi salah satu gereja Kristen awal yang paling berpengaruh, dengan para uskupnya memainkan peran penting dalam pembentukan doktrin Kristen dan pengembangan liturgi. Tokoh-tokoh seperti Ignatius dari Antiokhia sangat dihormati dalam tradisi Kristen, dan surat-suratnya memberikan wawasan tentang keyakinan dan praktik Kristen awal.

Masa Bizantium

sunting

Selama periode Bizantium, Antiokhia terus berkembang sebagai pusat kebudayaan dan agama. Kota ini memainkan peran penting dalam pertahanan kekaisaran Bizantium di kawasan timur, terutama dalam menghadapi ancaman dari Kekaisaran Sassaniyah. Antiokhia juga menjadi pusat intelektual dengan keberadaan sekolah teologi yang terkenal. Namun, kota ini mengalami beberapa kali gempa bumi yang menghancurkan dan serangan dari bangsa Persia pada tahun 540 M yang menyebabkan kehancuran besar di kota tersebut.

Invasi Islam dan Perang Salib

sunting

Pada tahun 637 M, Antiokhia jatuh ke tangan Kekhalifahan Rashidun di bawah Khalid bin Walid, menandai dimulainya era kekuasaan Muslim di kota tersebut. Antiokhia kemudian menjadi bagian dari Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah, tetapi tetap menjadi pusat perdagangan penting di kawasan tersebut. Selama Perang Salib Pertama pada tahun 1098, Antiokhia direbut oleh pasukan salib dan menjadi bagian dari Principality of Antioch, salah satu negara Tentara Salib di Timur Tengah.

Akhir Kejayaan dan Masa Modern

sunting

Pada akhir abad ke-13, Antiokhia diserang oleh Mamluk dari Mesir dan kehilangan peran pentingnya sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan. Kota ini kemudian mengalami penurunan populasi dan kemakmuran. Pada masa Kesultanan Utsmaniyah, Antiokhia menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Turki dan tidak lagi memiliki peran penting di kawasan tersebut.

Setelah Perang Dunia I dan pecahnya Kesultanan Utsmaniyah, Antiokhia sempat berada di bawah mandat Prancis hingga akhirnya menjadi bagian dari Turki modern pada tahun 1939. Saat ini, Antiokhia dikenal dengan nama Antakya dan menjadi pusat kebudayaan serta sejarah yang penting di provinsi Hatay, Turki.

Arkeologi dan Warisan Budaya

sunting

Reruntuhan Antiokhia kuno menarik perhatian para arkeolog dan peneliti yang tertarik pada sejarah kota ini. Banyak artefak dan bangunan kuno yang telah ditemukan di area ini, termasuk teater Romawi, kuil, dan sisa-sisa jalan kuno. Beberapa mosaik dari periode Romawi dan Bizantium yang ditemukan di Antiokhia kini dipamerkan di Museum Arkeologi Hatay, yang menyimpan salah satu koleksi mosaik terbaik dari periode Romawi.

Antiokhia juga dikenal sebagai kota yang multietnis dan multikultural, di mana berbagai kelompok etnis dan agama hidup berdampingan. Kota ini menjadi simbol toleransi dan keragaman di masa lalu, dan hingga kini, Antakya masih dikenal sebagai kota dengan populasi yang terdiri dari berbagai agama dan kelompok etnis.

Warisan Kristen dan Ziarah

sunting

Sebagai pusat Kekristenan awal, Antiokhia memiliki tempat yang istimewa dalam sejarah gereja. Gereja Katolik dan Ortodoks Timur tetap menghormati Antiokhia sebagai salah satu takhta apostolik, dan Gereja Ortodoks Antiokhia masih eksis sebagai salah satu gereja Kristen tertua di dunia. Banyak peziarah dari berbagai belahan dunia mengunjungi Antakya untuk melihat situs-situs bersejarah dan gereja-gereja kuno yang terkait dengan para rasul dan tokoh-tokoh Kristen awal.

Antiokhia dalam Kebudayaan Populer

sunting

Antiokhia sering kali muncul dalam karya sastra, film, dan berbagai karya budaya populer yang menggambarkan sejarah Kekaisaran Romawi dan perkembangan awal Kekristenan. Lokasinya yang bersejarah serta latar belakang budayanya yang kaya menjadikannya latar yang menarik dalam narasi-narasi yang berkaitan dengan sejarah kuno.

Referensi

sunting
  • Burns, Ross. Monuments of Syria: A Historical Guide. I.B.Tauris, 2009.
  • Downey, Glanville. Ancient Antioch. Princeton University Press, 1963.
  • Liebeschuetz, J.H.W.G. Antioch: City and Imperial Administration in the Later Roman Empire. Oxford University Press, 1972.
  • Wilken, Robert L. The Land Called Holy: Palestine in Christian History and Thought. Yale University Press, 1992.

Pustaka tambahan

sunting

Pranala luar

sunting