Artefak (serapan dari Latin: arte factum, arti harfiah: "dibuat oleh keterampilan")[1] merupakan benda arkeologi atau peninggalan benda-benda bersejarah, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia yang dapat dipindahkan. Contoh artefak adalah alat-alat batu, logam dan tulang, gerabah, prasasti lempeng dan kertas, senjata-senjata logam (anak panah, mata panah, dll), terracotta dan tanduk binatang. Barang yang bersejarah ini sangatlah penting untuk diletakkan di museum sehingga semua orang dapat melihat dan mempelajarinya.

Artefak di tulang, Lapa do Santo situs arkeologi, Brasil.

Artefak dalam arkeologi mengandung pengertian benda (atau bahan alam) yang jelas dibuat oleh (tangan) manusia atau jelas menampakkan adanya jejak-jejak buatan manusia padanya (bukan benda alamiah semata) melalui teknologi pengurangan maupun teknologi penambahan pada benda alam tersebut. Ciri penting dalam konsep artefak adalah bahwa benda ini dapat bergerak atau dapat dipindahkan oleh tangan manusia dengan mudah (relatif) tanpa merusak atau menghancurkan bentuknya.lapisan tanah terendapkan secara alamiah tidak kurang dari 2 juta tahun zaman silam

Ciri fisik sunting

Ciri utama dari artefak adalah segala jenis benda yang dapat dipindahkan dengan mudah oleh tangan manusia. Jika benda yang dipindahkan tidak hancur saat pemindahan, maka benda tersebut disebut artefak.[2]

Lingkup keilmuan sunting

Artefak merupakan salah satu kajian dalam arkeologi khususnya mengenai ilmu kepurbakalaan. Dalam arkeologi, artefak merupakan kajian dari pendekatan sejarah. Keberadaan artefak sebagai sumber primer. Sejarah yang diketahui darinya adalah budaya material dan kondisi lingkungan dari suatu peradaban.[3]

Jenis sunting

Batu nisan pada makam sunting

Dalam tinjauan spasial, makam adalah salah satu lokasi penempatan artefak yang penting. Keberadaannya dapat mempengaruhi bentuk ruang perkotaan. Karena makam ada yang dianggap sakral oleh manusia dan manusia melakukan kegiatan tertentu di sekitarnya. Di makam terdapat artefak berupa batu nisan. Struktur dan bentuk batu nisan dapat memberikan keterangan mengenai perdagangan di masa lampau. Dalam arkeologi perkotaan, keberadaan batu nisan merupakan tanda adanya peradaban di wilayah penemuannya.[4]

Analisis sunting

Analisis kimia sunting

Analisis kimia digunakan untuk mengetahui teknologi dan bahan baku yang digunakan pada pembuatan artefak.[5]

Kegunaan sunting

Penulisan sejarah sunting

Sejarawan dapat mempelajari sejarah menggunakan objek-objek hasil buatan manusia. Peristiwa-peristiwa yang dihasilkan oleh manusia dapat diketahui dari artefak. Keberadaan artefak melengkapi informasi sejarah yang diperoleh dari dokumen tertulis. Keduanya digunakan bersamaan sebagai bahan penulisan sejarah.[6]

Perawatan dan perbaikan sunting

Artefak umumnya diperbaiki di bengkel preparasi dan ruang restorasi. Perbaikan artefak dilakukan oleh ahli artefak.[7]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ "artefatto in Vocabolario - Treccani". www.treccani.it (dalam bahasa Italia). Diakses tanggal 2021-08-23. 
  2. ^ Manalu 2013, hlm. 18.
  3. ^ Nurkidam, A., dan Herawaty, H. (2019). Syaddad, Awal, ed. Arkeologi sebagai Sebuah Pengantar (PDF). Parepare: CV. Kaaffah Learning Center. hlm. 34. ISBN 978-623-7426-45-5. 
  4. ^ Tucunan, K. P., Sulistyandari, U., dan Perkasa, M. I. (2018). "Artefak dalam Konteks Perkembangan Kawasan Heritage Islam" (PDF). Jurnal Planologi. 15 (2): 142. 
  5. ^ Metode Penelitian Arkeologi (PDF). Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. 1999. hlm. 144. ISBN 979-8041-20-8. 
  6. ^ Gottschalk, Louis (2015). Mengerti Sejarah. Diterjemahkan oleh Notosusanto, Nugroho. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. hlm. 35. ISBN 979-8034-27-9. 
  7. ^ Manalu 2013, hlm. 24.

Daftar pustaka sunting