Arapaima raksasa

Ikan Predator yang Berasal dari Amerika Selatan.
Arapaima raksasa
Arapaima raksasa di aquarium Kebun Binatang Beijing, Cina
CITES Apendiks II (CITES)[2]
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Arapaima gigas

Schinz, 1822
Sinonim
  • Sudis gigas Schinz, 1822
  • Sudis gigas G. Cuvier, 1829 (ambigu)
  • Arapaima gigas (G. Cuvier, 1829) (ambigu)
  • Sudis pirarucu Spix & Agassiz, 1829 (ambigu)
  • Vastres mapae Valenciennes, 1847
  • Vastres cuvieri Valenciennes, 1847
  • Vastres agassizii Valenciennes, 1847
  • Vastres arapaima Valenciennes, 1847

Arapaima raksasa, juga dikenal sebagai pirarucu, paiche atau arapaima saja (Arapaima gigas),[3] adalah spesies Arapaima yang berasal dari lembah Sungai Amazon. Arapaima raksasa merupakan ikan murni air tawar terbesar ketiga di dunia (setelah patin raksasa mekong dan pari air tawar raksasa). Arapaima raksasa merupakan penghirup udara wajib, sehingga perlu muncul ke permukaan secara teratur untuk menghirup udara.

Taksonomi

sunting

Arapaima raksasa awalnya dianggap sebagai satu-satunya spesies dalam genus Arapaima (monotipe). Namun, setelah melihat perbedaan dalam beberapa arapaima, ilmuwan merasa bahwa ada spesies arapaima lain. Sayangnya, arapaima pertama yang ditemukan sudah tidak ada, sehingga para ilmuwan tidak memiliki spesies tipe yang dapat digunakan sebagai pembanding.[4] Berdasarkan kemiripan morfologis, tiga spesies lain telah ditambahkan ke dalam genus Arapaima, yakni Arapaima agassizii (arapaima Agassiz), Arapaima leptosoma (arapaima ramping atau arapaima Solimões) dan Arapaima mapae (arapaima Mapa). Ilmuwan menganggap perbedaan spesies ini terjadi karena adanya tanda migrasi antarbenua atau antarsamudra di masa lalu di fosil arapaima purba maupun arapaima masa kini. Meskipun begitu, ilmuwan masih belum yakin jika perbedaan tersebut benar-benar genetik atau hanya sekadar variasi dari Arapaima gigas.

Arapaima gigas berenang di penangkaran

Deskripsi

sunting

Arapaima raksasa merupakan salah satu ikan air tawar terbesar yang masih ada. Arapaima raksasa umumnya berukuran 200 cm dan, menurut cerita orang, dapat mencapai panjang hingga 450 cm. Arapaima raksasa terberat yang pernah ditangkap memiliki berat 200 kg, sementara arapaima raksasa terpanjang yang pernah ditangkap memiliki panjang 307 cm.[5] Kepala arapaima raksasa memiliki berat sekitar 10.3%-12.8% dari keseluruhan tubuhnya.

Arapaima raksasa termasuk ikan purba pemakan daging berlidah tulang (Osteoglossiformes). Arapaima raksasa memiliki tubuh ramping dengan sirip punggung dan sirip dubur yang menghadap ke ekor. Meskipun sebagian besar tubuh arapaima raksasa berwarna abu-abu hingga abu-abu kehijauan, nama lokalnya di Brasil, yakni "pirarucu," memiliki arti "ikan merah," yang diperkirakan merujuk pada bintik merah pada sisik dekat ekor atau warna oranye kemerahan pada dagingnya.[3] Setelah dewasa, 70% dari tubuh arapaima raksasa jantan umumnya mengalami perubahan warna menjadi merah.

Arapaima raksasa memiliki "sisik seperti baju zirah" yang terdiri dari "lapisan luar yang keras dan termineralisasi", dan "lapisan dalam yang kuat namun fleksibel" yang membantu melindungi dari serangan piranha.[6] Sisik arapaima raksasa, yang umumnya berukuran 5-10 cm, terbuat dari jaringan kolagen yang tersusun rapi. Sisik tersebut saling tumpang tindih di atas daging arapaima, sehingga membentuk karakteristik yang mirip dengan baju zirah.

Persebaran

sunting

Arapaima raksasa merupakan spesies lokal perairan tawar lembah Sungai Amazon dan hutan basah Tocantins–Araguaia–Maranhão.[5][1] Arapaima raksasa juga ditemukan di Bolivia dan Peru dan dikenal sebagai paiche. Namun, araipaima raksasa dianggap sebagai spesies invasif yang memiliki pengaruh buruk bagi ekosistem dan spesies ikan setempat.

Populasi arapaima kian meningkat di daerah yang bukan asalnya. Hal ini berbanding terbalik dengan populasi mereka di tempat asalnya yang semakin menurun. Arapaima raksasa pertama kali dibawa ke daerah yang bukan asalnya, yakni Madre de Dios di Peru, pada tahun 1976[7] untuk diternakkan dan dikonsumsi.[8] Selang satu dekade, arapaima raksasa telah menyebar ke Bolivia karena adanya sambungan dari lembah Madre de Dios ke Sungai Beni di Bolivia. Naiknya batas air di area tempat arapaima diternakkan diduga menjadi penyebab arapaima raksasa ini dapat kabur ke perairan lain.

Arapaima raksasa juga telah sampai di Asia Timur. Penyebaran arapaima raksasa di Asia Timur terjadi baik karena kesengajaan (untuk olahraga memancing) maupun ketidaksengajaan (peliharaan yang lepas).[3] Arapaima raksasa dapat ditemukan di kawasan hutan yang tergenang air. Arapaima raksasa berkembang biak di sana selama musim hujan, lalu mereka pindah ke danau setelah permukaan air turun.[9]

Arapaima raksasa merupakan ikan yang umum diperdagangkan sebagai ikan hias di Eropa, Amerika (Utara dan Selatan) dan Asia. Peternakan arapaima raksasa terdapat di Thailand, Malaysia dan Indonesia (terutama di daerah Sumatra dan Jawa). Seringkali arapaima raksasa ditemukan berenang sendiri di sungai atau mati di perairan dangkal. Salah satu penemuan mencatat sebanyak 22 arapaima raksasa hidup liar di Surabaya.

Fosil arapaima raksasa (atau ikan mirip arapaima raksasa) berhasil ditemukan di Kolombia, tepatnya di Formasi Villavieja, yang berasal dari era Miosen.[10]

Fisiologi

sunting

Arapaima raksasa dapat hidup 15-20 tahun di penangkaran. Untuk rentang umur di alam liar, sejauh ini belum ada data yang memadai.

Arapaima gigas tumbuh dengan cukup pesat dalam satu tahun pertama. Beratnya rata-rata mencapai 10 kg. Lalu, setelah setahun berlalu, pertumbuhan arapaima raksasa akan mulai melambat sampai mencapai tahap dewasa di umur 5 tahun atau panjang 1.65 m. Arapaima raksasa mengalami perubahan morfologis pada 8-9 hari pertama.[11] Di periode tersebut, arapaima raksasa akan berubah menjadi penghirup udara dan insangnya akan mengalami perubahan struktur. Insang arapaima raksasa akan beralih fungsi menjadi penyerap ion, sedangkan pernapasannya akan lebih bergantung pada paru-paru. Setelah perubahan ini terjadi, lamela insang berubah menjadi susunan filamen halus.[12] Arapaima raksasa dewasa juga mengalami pembesaran pada ginjal yang disebabkan oleh besarnya limbah nitrogen yang diproduksi.[11]

Baik arapaima raksasa jantan maupun betina memiliki organ sekresi (pembuangan air) mirip kelenjar di kepala.[13] Sekresinya terbuat dari 400 zat dan terdiri dari berbagai hormon, protein, peptida dan kemungkinan besar feromon, yang semuanya nantinya akan digunakan sebagai sumber nutrisi bagi burayaknya.[14]

Ekologi

sunting

Ikan ini memerlukan pernapasan udara permukaan untuk menambah oksigen yang diperolehnya dari penggunaan insangnya, dan oleh karena itu bergantung pada permukaan setiap 5–15 menit untuk menghirup udara di permukaan dengan keras. Seperti pada spesies lain dalam genus arapaima, gelembung renang termodifikasi yang berisi jaringan mirip paru-paru digunakan untuk tujuan ini.

Ikan ini terutama memakan ikan lain, meskipun ikan muda lebih menyukai serangga dan larva ikan sampai dewasa. Mereka juga mengonsumsi burung, mamalia, buah-buahan, dan biji-bijian di permukaan air.[15]

Pemijahan terjadi di danau dan saluran sungai pada saat permukaan air rendah (Agustus hingga Maret). Setelah anakan menetas dari telur yang diletakkan di sarang yang dibangun oleh kedua orang tuanya, sang jantan tetap melindungi mereka selama jangka waktu sekitar tiga bulan. Anak-anaknya mencapai kematangan seksual pada usia empat sampai lima tahun. Umur rata-rata ikan ini di penangkaran adalah 15-20 tahun.[3]

Konservasi

sunting

Di masa lalu ikan ini sangat terkena dampak penangkapan ikan yang berlebihan, yang diperburuk oleh kebiasaan mereka yang mudah dieksploitasi, yaitu muncul ke permukaan secara rutin untuk mencari udara. IUCN saat ini tidak menetapkan status konservasi pada ikan ini karena kurangnya informasi rinci tentang perkembangan populasinya.[3] Penangkapan ikan Arapaima langsung dilarang di Brasil dari tahun 1996 hingga 1999 karena penurunan populasi, sejak saat itu penangkapan ikan untuk keperluan subsisten dan komersial telah diizinkan di kawasan yang ditetapkan secara khusus, dan strategi pengelolaan berkelanjutan yang canggih telah menyebabkan pemulihan stok ikan secara besar-besaran, dari 2.500 ekor pada tahun 1999 menjadi lebih dari 170.000 ekor pada tahun 2017.[16]

 
Prangko Guyana britania dengan pirarucu

Bagi Bolivia, sebagai spesies invasif dianggap sebagai ancaman bagi spesies asli setempat menurut laporan. Berbagai laporan menunjukkan adanya korelasi antara penyebaran ikan ini dan penurunan jumlah spesies ikan asli di beberapa bagian Amazon Bolivia. Dampaknya terhadap populasi spesies ikan lokal dan perilaku penangkapan ikan sangat bervariasi menurut wilayah.[8] Sebuah studi bersama yang dilakukan pemerintah Bolivia dan berbagai organisasi penelitian pada tahun 2017 menunjukkan perlunya mengevaluasi lebih lanjut dampak kompleks ikan ini terhadap lingkungan dan sosial ekonomi di negara tersebut.[17]

Referensi

sunting
  1. ^ a b World Conservation Monitoring Centre (1996). "Arapaima gigas". 1996: e.T1991A9110195. doi:10.2305/IUCN.UK.1996.RLTS.T1991A9110195.en. 
  2. ^ "Appendices | CITES". cites.org. Diakses tanggal 2022-01-14. 
  3. ^ a b c d e "Arapaima (Arapaima gigas)". Arkive.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-03. Diakses tanggal 2017-05-29. 
  4. ^ Stewart, D. J. (2013). "Re-description of Arapaima agassizii (Valenciennes), a rare fish from Brazil (Osteoglossomorpha, Osteoglossidae)". Copeia. 2013: 38–51. doi:10.1643/ci-12-013. 
  5. ^ a b Froese, Rainer and Pauly, Daniel, eds. (2017). "Arapaima gigas" di situs FishBase. Versi 5 2017.
  6. ^ Dunham, Will (2019-10-16). "Amazon fish wears nature's 'bullet-proof vest' to thwart piranhas". Reuters. Diakses tanggal 2019-10-18. 
  7. ^ La aventura del Paiche en la Amazonía de Bolivia, Laregion.bo. Retrieved 2020-02-27.
  8. ^ a b Can We Really Eat Invasive Species into Submission?, Scientific American. Retrieved 2020-02-27.
  9. ^ "Arapaima, facts and photos". Animals (dalam bahasa Inggris). 2020-02-25. Diakses tanggal 2021-09-14. 
  10. ^ "A Miocene Fossil of the Amazonian Fish Arapaima (Teleostei, Arapaimidae) from the Magdalena River Region of Colombia - Biogeografic and Evolutionary Implications", by John G. Lundberg and Barry Chernoof, on Biotropica 24, 1992
  11. ^ a b Ramos, Cleverson Agner; Fernandes, Marisa Narciso; da Costa, Oscar Tadeu Ferreira; Duncan, Wallice Paxiuba (October 2013). "Implications for osmorespiratory compromise by anatomical remodeling in the gills of Arapaima gigas". Anatomical Record. 296 (10): 1664–1675. doi:10.1002/ar.22758 . ISSN 1932-8494. PMID 23956000. 
  12. ^ Brauner, C. J.; Matey, V.; Wilson, J. M.; Bernier, N. J.; Val, A. L. (April 2004). "Transition in organ function during the evolution of air-breathing; insights from Arapaima gigas, an obligate air-breathing teleost from the Amazon". The Journal of Experimental Biology. 207 (Pt 9): 1433–1438. doi:10.1242/jeb.00887. ISSN 0022-0949. PMID 15037637. 
  13. ^ The genome of the arapaima (Arapaima gigas) provides insights into gigantism, fast growth and chromosomal sex determination system
  14. ^ Researcher identifies over 400 substances secreted by pirarucu heads
  15. ^ "Arapaima". 25 April 2016. 
  16. ^ Gonçalves ACT, Cunha J, Batista JS (2018). The Amazonian Giant: Sustainable Management of Arapaima (Pirarucu) (PDF). Tefé, Amazonas: Mamirauá Institute for Sustainable Development. ISBN 978-85-88758-77-3. Diakses tanggal 2020-05-05. 
  17. ^ Bases técnicas para el manejo y aprovechamiento del paiche (Arapaima gigas) en la cuenca amazónica boliviana Diarsipkan 2020-02-27 di Wayback Machine., faunagua.org. Retrieved on 2020-02-27.