Aswin (Sanskerta: अश्विन, Latin: aśvin, dibaca: As-win) atau nama lainnya adalah Aswini Kumara, Ashvinau, Nasatya, Dasra adalah dewa kembar dalam kepercayaan agama Hindu. Aswin dikenal juga sebagai dewa pengobatan dan kesehatan. Mereka berdua bergelar "dokter para Dewa". Aswini adalah putra Dewa Surya dan Dewi Saranya.[1]

Aswin
Dewa Pengobatan dan Kesehatan
Nama lainAshwini Kumara
Ashvinau
Nasatya
Dasra
Dewanagariअश्विन्
IASTAśvínā
Aksara Tamilஅஷ்விந
AfiliasiDewa
WahanaKereta kencana
PustakaRegweda, Mahabharata, Puranas
Informasi pribadi
AnakNakula (putra spiritual)
Sadewa (putra spiritual)
Orang tuaSurya (ayah)
Saranya (ibu)
SaudaraRewanta
Yama
Yami
Sani (saudara tiri)
Tapati
Waiwaswata Manu
Sawarni Manu
Padanan
YunaniDioskuroi

Mereka adalah dua bersaudara yang ramah, suka menolong. Mereka dilukiskan sebagai penunggang kuda yang membawa kemakmuran pada manusia serta menyembuhkan segala penyakit dan kemalangan.[1]

Mereka disamakan dengan si kembar Castor dan Pollux dalam Mitologi Yunani.

Mereka juga Dewa yang disebut-sebut dalam Rg-Weda, dengan 57 syair di dalamnya yang memuji-muji mereka. Mereka juga disebut Nāsatya (na berarti tidak, bukan + asatya berarti kebohongan, maka Nāsatya berarti "bukan kebohongan" atau sama dengan "kebenaran").

Etimologi

sunting

Aśvin (अश्विन्) merujuk kepada dua dewa dalam ajaran Weda. Sebagaimana disebutkan dalam Siwapurana 1.16.

“Accordingly, “[...] the worship of Brahman, Dhanvantari and of the twin deities—Aśvins alleviates ailments, prevents foul death and suppresses all sickness instantaneously”.[2]

"Dengan demikian, [...] pemujaan Brahman, Dhanvantari dan dewa kembar—Aśvins meredakan penyakit, mencegah kematian busuk dan menekan semua penyakit secara instan”.[2]

Nama Sansekerta Aśvínā berasal dari akar kata Indo-Iran *aćua- (lih. Avestan aspā), sendiri dari kata Indo-Eropa untuk kuda.

Aswin sering diilustrasikan sebagai tabib yang mengendarai kereta emas yang ditarik oleh kuda.[3]

Riwayat dan Padanan

sunting

Aswin adalah turunan dari kuda kembar dewa-dewa Indo-Eropa.[4][5] Merefleksi dalam mitologi Indo-Eropa lainnya termasuk Ašvieniai Lithuania, Dieva Dēli Latvia, Castor dan Pollux Yunani; dan mungkin Hengist dan Horsa dari Inggris, dan Welsh Bran dan Manawydan.[5]

Kelahiran

sunting

Menurut teks, Ashwin lahir setelah dewa matahari Vivasvat (Surya) dan istrinya Saranyu (Sanjna) terlibat dalam bercinta dalam bentuk kuda jantan dan kuda betina.[6] Namun, sumber lain juga mengatakan bahwa Indus adalah ibu dari si kembar Aswin.[7] Aswin juga disebut sebagai "divó nápātā", yang diterjemahkan ke berbagai kata, antara lain "putra" atau "cucu" dari Dyaush.[8][9]

Pernikahan

sunting

Menurut legenda, dewa Surya dan istrinya Savitra memiliki seorang putri bernama Waisnawiwati (dengan ā panjang). Suatu hari mereka mengadakan svayamvara (perlombaan) pacuan kuda untuk memilih mempelai pria untuk putrinya itu. Dalam svayamvara tersebut, Ashwin memenangkan perlombaan dan dengan demikian, keduanya menikahi Waisnawiwati.[7]

Aswin dalam Literatur

sunting

Mahabharata

sunting

Pada zaman dahulu, Raja Hastinapura, Pandu dikutuk oleh seorang resi yang bernama Resi Kindama supaya tidak dapat mempunyai keturunan. hal ini disebabkan karena Raja Pandu secara tidak sengaja membunuh Resi Kindama pada saat beliau sedang bersenggama dengan istrinya. Oleh karena itu, Raja Pandu mendapat kutukan apabila ia berhubungan badan dengan istri-istrinya, maka ia akan mati.[10]

Untuk menebus kesalahan itu, Raja Pandu turun dari tahtanya dan mengasingkan diri ke hutan selama bertahun-tahun bersama dua istrinya, Kunti dan Madri. Kunti yang memiliki anugerah dari resi Durwasa untuk mendatangkan para dewa dan dari dewa tersebut, ia akan diberkati seorang anak. Kunti pun memanggil dewa Yama dan dari dewa Yama, ia dan Pandu dikaruniai seorang putra yang bernama Yudistira. Lalu dari dewa Bayu mereka dikaruniai Bima, dan dari dewa Indra lahir Arjuna.[10]

Raja Pandu ingin memiliki dua orang anak lagi. Pandu kemudian menyuruh Kunti untuk memanggil dewa Aswin untuk mendapatkan anugerah anak dari mereka. Namun, Kunti memberikan kesempatan kepada Madri, istri kedua Pandu, untuk membaca mantra agar Madri pun mendapat anugerah dan menjadi seorang ibu. Dengan ajaran dari Kunti, Madri pun membaca mantra. Dari dewa Aswin, Pandu dan Madri dikaruniai dua orang anak kembar yang bernama Nakula dan Sadewa.[10]

Aswin Mengobati Cyavana

sunting

Keterampilan medis yang dimiliki oleh dewa Aswin terkenal membantu orang bijak Cyavana yang pada saat itu sudah berusia sangat tua, kembali ke keadaan muda. Peristiwa ini dimotivasi oleh janji dari istri Cyavana, Sukanya, bahwa jika mereka memulihkan kesehatan suaminya, maka dia akan mengungkapkan kepada Aswin satu hal yang tidak mereka miliki untuk menjadi dewa yang lengkap. Si kembar bersedia dan menyuruh Cyavana untuk mandi di kolam, dan saat membenamkan dirinya di air, Cyavana muncul sebagai pemuda yang lincah. Sesuai dengan janjinya, Sukanya kemudian memberi tahu Aswin bahwa mereka tidak lengkap karena mereka tidak meminum obat mujarab soma, seperti dewa-dewa lainnya.[1]

Si kembar kemudian mulai mendapatkan ramuan soma serta berhasil membujuk Dadhyanc, putra pendeta Atharvan, untuk mengajari mereka upacara pengorbanan yang melibatkan minuman suci. Tetapi, dewa Indra tidak ingin para Aswin meminum soma karena mereka merasa terkontaminasi karena menghabiskan terlalu banyak waktu dengan manusia.

Dewa Indra mengancam untuk membalas dendam yang mengerikan jika si kembar sampai mengetahui tentang upacara itu dan mendapatkan soma. Aswin menyiasatinya dengan memberikan kepala baru kepada Dadhyanc sehingga ketika Indra mengetahui bahwa dia telah mengajari mereka tentang soma, dia memenggal kepala baru Dadhyanc tetapi kemudian, setelah dengan hati-hati menyimpannya, Aswin mengembalikan kepada Dadhyanc kepala aslinya.[1]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d "Ashvins". World History Encyclopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-10-30. 
  2. ^ a b www.wisdomlib.org (2017-01-29). "Ashvin, Aśvin: 15 definitions". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-10-30. 
  3. ^ Kramrisch, Stella (1994). Exploring India's sacred art. Barbara Stoler Miller (edisi ke-1. Indian ed). New Delhi: Indira Gandhi National Centre for the Arts. ISBN 812081208X Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan). OCLC 257983589. 
  4. ^ Mallory, J. P. (2006). The Oxford Iintroduction to Proto Indo European and the Proto Indo European World. Douglas Q. Adams. New York: Oxford University Press. ISBN 978-1-4294-7104-6. OCLC 139999117. 
  5. ^ a b Puhvel, Jaan (1987). Comparative mythology. Baltimore: Johns Hopkins University Press. ISBN 0-8018-3413-9. OCLC 14167890. 
  6. ^ Lang, Andrew (1995–1996). Myth, ritual & religion. London: Senate. ISBN 1-85958-182-X. OCLC 35138161. 
  7. ^ a b The Rigveda : the earliest religious poetry of India. Stephanie W. Jamison, Joel P. Brereton. New York. 2014. ISBN 978-0-19-937018-4. OCLC 849801119. 
  8. ^ West, M. L. (2007). Indo-European poetry and myth. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-928075-9. OCLC 76937305. 
  9. ^ Parpola, Asko (2015). The Roots of Hinduism : the Early Aryans and the Indus Civilization. New York. ISBN 978-0-19-022692-3. OCLC 907126673. 
  10. ^ a b c "Mahabharata | Definition, Story, History, & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-10-30.