Ath-Thabrani

(Dialihkan dari At-Tabrani)

Abul-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Lakhmiy ath-Thabrani, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam ath-Thabrani (sering kali juga disebut Imam Ath-Thabarani) (bahasa Arab: إمام الطبراني) adalah seorang imam dan sangat alim (bahasa Arab: العلامة), dan tercata sebagai pemuka ahli hadits.[1][2][3] Dia bernama lengkap Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Asy-Syami Ath-Thabrani, dan dikenal sebagai sosok yang produktif, di antara karyanya yang terkenal dan mendapat apresiasi juga banyak dijadikan rujukan oleh para ulama adalah Mu'jamul Kabir, Mu'jamul Ausath, dan Mu'jamush Shaghir.[3][4]

Biografi

sunting

Lahir dan Wafat

sunting

Ath-Thabrani lahir di kota Akka pada bulan Safar tahun 260 H. di tengah keluarga yang terhormat dari kabilah Lukham suku Yaman dan kemudian berimegrasi ke Quds, Palestina dan menetap di sana.[5] Dia meninggal di Isfahan pada tanggal 28 Dzul Qa'dah tahun 360 pada usia seratus tahun sepuluh bulan; dikebumikan di samping kubur Hamamah Ad-Dausi, salah seorang sahabat Nabi.[5]

Perjalanan Intelektual

sunting
 
Afganistan (sekarang) adalah salah satu tempat yang pernah dikunjungi oleh Imam Ath-Thabrani dalam rangka menuntut ilmu

Ath-Thabrani pada tahun 273 H. mulai belajar hadits, atau pada usianya yang ke-13 tahun, dan pada tahun 274 H. dia berkelana ke Quds Palestina, juga ke Syiria dan Qaisariyah untuk menghafal Al-Qur'an dan memperdalam ilmu agama, dilanjutkan kemudian dengan mengunjungi Hijaz, Yaman, Mesir, Irak, Iran, Semenanjung Saudi Arabia, Afganistan, dan lain-lain dalam rangka mempelajari hadits Nabi, selama kurun kurang lebih 30 tahun.[5] Selain itu, pada tahun 290 H. ia mengunjungi Isfahan dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.[1][2][3][5]

Guru dan Murid

sunting

Selama masa pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai negeri, tercatat banyak ulama besar pada masanya yang menjadi guru Ath-Thabrani, antara lain: Hastim bin Mursi Ath-Thabrani, Ahmad bin Mas'ud Al-Khayyar, Idris bin Ja'far, Yahya bin Abi Ayyub Al-'Allaq, Ishaq bin Ibrahim Ad-Dabiri, Hafshah bin Umar, Miqdam bin Dawud Ar-Ru'yani, Ali Al-Baghawi, Amr bin Tsaur, Ahmad bin Abdillah Al-Lihyani, Ahmad bin Ibrahim Al-Busri, Abdullah bin Muhammad bin Sa'id bin Abi Maryam, dan Ahmad bin Ishaq bin Ibrahim Al-Asja'i.[2][3][5] Sedangkan ulama-ulama besar yang pernah menjadi muridnya, antara lain: Ibnu Mandah, Abu Bakar bin Abi Ali, Muhammad bin Ahmad Al-Jarudi, Ibnu Mardawaih, Abu Sa'id An-Naqqas, Ahmad bin Abdirrahman Al-Azdi, dan Abu Nu'aim Al-Ashbahani.[2][3][5]

Karya-karya

sunting

Ath-Thabrani memiliki perhatian khusus pada bidang keilmuan Islam, terlebih dalam bidang hadits; beberapa karyanya antara lain:

  1. Musnadul Asy'ari;
  2. Musnadusy Syamiyyin;
  3. An-Nawadir;
  4. Musnad Abi Hurairah;
  5. Musnad 'Aisyah;
  6. At-Tafsir;
  7. Dalailun Nubuwwah;
  8. Ar-Raddu 'alal Mu'tazilah;
  9. Ahaditsuz Zuhri 'An Anas;
  10. Kitabus Sunnah;
  11. Al-Manasik;
  12. Manaqibu Ahmad;
  13. Kitabul Asyribah;
  14. Al-'Ilmu;
  15. Ahaditsul Munkadir 'alar Rasul;
  16. Hadits Syaiban;
  17. Ma'rifatush Shahabah; dan lain-lain.[1][5]

Selain yang sudah disebutkan, berikut ini adalah tiga karya besar Ath-Thabrani yang terkenal dan mendapat banyak apresiasi daripada ulama:

Mu'jamul Kabir

sunting

Terdiri dari dari 12 jilid dan merupakan kitab hadits yang berbentuk ensiklopedis, tidak hanya memuat hadits Nabi, melainkan juga memuat beberapa informasi sejarah; dan secara keseluruhan memuat 60.000 hadits, karenanya, Ibnu Dihyah mengatakan bahwa Mu'jamul Kabir ini merupakan karya ensiklopedis hadits terbesar di dunia.[5]

Mu'jamul Ausath

sunting

Karya ini terdiri dari 2 jilid besar, memuat 30.000 hadits, baik yang berkualitas shahih, ataupun yang tidak, disusun berdasarkan nama-nama guru Ath-Thabrani yang hampir mencapai 2000 orang.[5]

Mu'jamush Shaghir

sunting

Karya ini disusun berdasarkan naman guru-guru Ath-Thabrani, hanya saja untuk setiap nama guru, hadits yang dicantumkan hanya satu buah, karenanya, dibandingkan dua Mu'jam sebelumnya, Mu'jamush Shaghir ini merupakan mu'jam yang sangat singkat dan ringkas.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c (Arab) Khairuddin Az-Zarkali, Al-A’lam (ttp: Darul Ilmi lil Malayin, 2002), VI, hal. 29.
  2. ^ a b c d (Arab) Abu Abdillah Muhammad Adz-Dzahabi, Tadzkiratul Huffadh (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiah, 1998), III, hal. 85-88
  3. ^ a b c d e (Arab) Abu Abdillah Muhammad Adz-Dzahabi, Siyar A'lamun Nubala' (Kairo: Darul Hadits, 2006), XII, hal. 201-208
  4. ^ (Arab) Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Lisanul Mizan (Beirut: Muassasah Al-A'lami, cet. II, 1971), III, hal. 75
  5. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia) Suryadi, "Kitab al-Mu'jam al-Sagir" dalam Studi Kitab Hadis, ed. M. Alfatih Suryadilaga (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 260-283.