Bahasa Melayu Gorontalo

bahasa kreol berbasis Melayu yang berkembang di wilayah Gorontalo

Bahasa Melayu Gorontalo, dikenal juga sebagai bahasa Indonesia Gorontalo,[1] dalam bahasa Gorontalo disebut sebagai Mobisala Molayu, adalah bahasa kreol berbasis Melayu yang dituturkan oleh sebagian besar penduduk beretnis Gorontalo di wilayah Semenanjung Utara Sulawesi, terutama di wilayah Provinsi Gorontalo,[3][4] serta di wilayah Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah.[5]

Bahasa Melayu Gorontalo
Mobisala Molayu
Bahasa Indonesia Gorontalo[1]
Dituturkan diIndonesia
WilayahGorontalo, serta Teluk Tomini bagian utara
EtnisGorontalo
Penutur
~1.000.000 jiwa
    • Melayu Gorontalo
Latin dan Ortografi Arab Pegon Gorontalo (OAPG)[2]
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehKantor Bahasa Provinsi Gorontalo
Kode bahasa
ISO 639-3
GlottologTidak ada
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Berdasarkan karakteristik tata bahasanya, bahasa Melayu Gorontalo digolongkan sebagai bahasa dagang dan kreol Melayu.[6][7] Pada umumnya, bahasa Melayu Gorontalo berfungsi sebagai basantara di Gorontalo dan wilayah sekitarnya, termasuk beberapa wilayah di bagian utara Teluk Tomini yang juga dihuni oleh suku Gorontalo.[8][9]

Pengaruh bahasa Arab sangat terlihat dalam bahasa Melayu Gorontalo. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kosakata bahasa Arab yang diserap ke dalam bahasa Melayu Gorontalo, misalnya kata ana أنا sebagai kata ganti orang pertama tunggal (saya), serta ente أنت sebagai kata ganti orang kedua tunggal (kamu).[10]

Sejarah

sunting

Bahasa Melayu Gorontalo pada awalnya berkembang di wilayah pesisir Gorontalo, terutama di kota-kota pelabuhan, kemudian mendapatkan pengaruh dari bahasa Arab, Belanda, Melayu Ternate, dan terutama didasarkan pada bahasa Melayu Manado,[11] serta bahasa Gorontalo sebagai bahasa ibu masyarakatnya.[3][12] Bahasa Melayu Gorontalo juga memiliki beberapa kemiripan dengan bahasa Melayu Ternate dalam segi kosakata maupun tata bahasa, hal yang juga terdapat dalam varietas bahasa Melayu Indonesia Timur lainnya. Salah satu perbedaan dalam bahasa Melayu Gorontalo dengan bahasa Melayu Indonesia Timur lainnya adalah intonasi pengucapan yang digunakan, hal ini sangat dipengaruhi oleh bahasa Gorontalo.[5]

Pronomina

sunting

Bahasa Melayu Gorontalo memiliki pronomina atau kata ganti yang terutama didasarkan pada bahasa-bahasa Melayu Manadoik (Melayu Manado dan Melayu Ternate).[13]

Kata ganti persona

sunting

Terdapat beberapa serapan bahasa asing pada kata ganti persona dalam bahasa Melayu Gorontalo, khususnya dari bahasa Arab.

Kata ganti Glosa Melayu Gorontalo
orang pertama tunggal saya ana
orang pertama jamak kami torang
orang kedua tunggal kamu ente
orang kedua jamak kalian ngoni
orang ketiga tunggal dia dia, de
orang ketiga jamak mereka dorang

Kata ganti posesif

sunting

Bahasa Melayu Gorontalo menggunakan kata sisipan pe untuk menyatakan kepemilikan.

Glosa Melayu Gorontalo
bukuku ana pe buku
bukumu ente pe buku
bukunya dia pe buku, de pe buku
buku kami torang pe buku
buku kalian ngoni pe buku
buku mereka dorang pe buku

Fonologi

sunting

Pada beberapa kata kerja dan kata benda dalam bahasa Melayu yang menggunakan huruf [ə], terjadi perubahan pengucapan fonem vokal yang dipengaruhi oleh tuturan dalam bahasa Gorontalo, jadi dalam bahasa Melayu Gorontalo pengucapannya akan berubah menjadi huruf [o], misalnya bolajar 'belajar', posawat 'pesawat', moncuci 'mencuci', serta mempunyai pengaruh terhadap penyebutan kata "Melayu" itu sendiri menjadi Molayu.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Niode, Alim S. (2007). Isnaeni, M., ed. Gorontalo: perubahan nilai-nilai budaya dan pranata sosial. Jakarta, Indonesia: Pustaka Indonesia Press. 
  2. ^ a b Hula, Ibnu R.N.; Helingo, Adimawati; Jassin, Sitti N.A.; Sarif, Suharia (02-09-2022). "Transcription of Pegon Gorontalo Arabic Orthography, Malay and Arabic Standard: A Contraceptive Linguistic Analysis". 'A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab (dalam bahasa Inggris). Gorontalo, Indonesia: IAIN Sultan Amai Gorontalo. 11 (2). doi:10.31314/ajamiy.11.2.322-341.2022. ISSN 2657-2206. Diakses tanggal 08-07-2024. 
  3. ^ a b Malabar, Fahria (2012). "PARTIKEL WACANA DALAM BAHASA MELAYU GORONTALO". Yogyakarta, Indonesia: Universitas Gadjah Mada. 
  4. ^ SUARTINI, N. L. S. (2012). Pergeseran Bahasa Masyarakat Bali di Lokasi Transmigrasi Desa Raharja Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Skripsi, 1 (311408047).
  5. ^ a b Baga, Magdalena (2015). "Nasib Bahasa-Bahasa Asli di Gorontalo (Sebuah Tinjauan)" (PDF). International Conference on Language, Society and Culture (ICLSC). Jakarta, Indonesia: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. ISBN 978-979-3584-56-0. 
  6. ^ "Bahasa Melayu (Sulawesi Utara)". Diakses tanggal 8 Juli 2024. 
  7. ^ Mustamin, K. (2020). BAHASA LOKAL VERSUS BAHASA INDONESIA; NASIONALISME ATAU ASHABIYAH. Sulesana: Jurnal Wawasan Keislaman, 14 (1), hlm. 21–36.
  8. ^ BAB V, 5.1. Fenomena Pergeseran Bahasa Mongondow pada Masyarakat Desa Lion-Mooduliyo.
  9. ^ Kurniawan, Muh. Ardian (27-03-2019). "Pemertahanan Bahasa di Ranah Pendidikan: Studi Pemertahanan Bahasa di Desa Kuang Baru, Kecamatan Sakra, Kabupaten Lombok Timur". dx.doi.org. Diakses tanggal 08-07-2024. 
  10. ^ Didipu, Herman (2014). Sistem Pemberian Gelar Sapaan Bahasa Gorontalo. Penelitian Pengambangan Fakultas dan Keilmuan (BOPTN).
  11. ^ Laliyo, D. M. (2017). Eksistensi Penggunaan Bahasa Gorontalo di Desa Huntu Selatan Kecamatan Bulango Selatan, Kab. Bone Bolango. Skripsi, 1.
  12. ^ "Bahasa Melayu Gorontalo di Luar Kekinian". archive.lenteratimur.com. Lentera Timur. 2012. Diakses tanggal 08-07-2024. 
  13. ^ Pateda, Mansoer (2001). "Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional". Kamus Bahasa Gorontalo–Indonesia (PDF). Jakarta, Indonesia: Balai Pustaka.