Bahasa Basemah

bagian dari rumpun bahasa Austronesia
(Dialihkan dari Bahasa Pasemah)

Bahasa Basemah (abjad Jawi: بهاس بسماح) atau Melayu Basemah (abjad Jawi: ملايو بسماح) adalah sebuah bahasa dari rumpun Melayu Tengah. Bahasa ini dipertuturkan oleh setidaknya 400.000 orang di dataran tinggi barat daya Sumatra, terutama di provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu.[2]

Bahasa Basemah
BPS: 0045 0
ꤷꥎꤼ ꤷꤼꤸꥎꥁ꥓
باسى بسماح
Base Besemah
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
EtnisBasemah
Penutur
400.000
Kode bahasa
ISO 639-3pse
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
pse-pas Besemah
Glottologpase1242[1]
Linguasfer31-MFA-dr
BPS (2010)0045 0
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Klasifikasi

sunting

Bahasa Basemah dianggap sebagai bagian dari kelompok isolek Melayik yang dipertuturkan di separuh selatan Bengkulu serta dataran tinggi di bagian barat Sumatera Selatan, secara tradisional disebut sebagai kelompok bahasa Melayu Tengah.[3][4][5][6]

Secara sosiolinguistik, Bahasa Basemah dapat pula dikelompokkan sebagai bahasa Melayu vernakular, karena bahasa ini merupakan bagian dari ragam cakapan tradisional orang-orang Melayik. Hal ini memisahkan bahasa Besemah dari ragam tulisan historis, seperti bahasa Melayu Kuna dan bahasa Melayu Klasik, serta ragam Melayu kreol seperti bahasa Melayu Ambon dan bahasa Melayu Sri Lanka.[7]

Fonologi

sunting
depan tengah belakang
tinggi i u
medial ə
rendah a

Konsonan

sunting
bilabial alveolar pos-alveolar/

palatal

velar glottal
sengau m n ɲ ⟨ny⟩ ŋ ⟨ng⟩ kʔ ⟨k-⟩
letup p b t d k ɡ
desis s ɣ ⟨gh⟩ h
afrikat tʃ ⟨c⟩ dʒ⟨j⟩
kepak/getar r
lateral l
hampiran w j ⟨y⟩

Sosiolinguistik

sunting

Penggunaan

sunting

Bahasa Besemah dituturkan oleh komunitas yang homogen (umumnya oleh suku Besemah), tidak seperti ragam bahasa Melayu lain semisal bahasa Melayu Palembang, bahasa Melayu Riau, atau bahasa Indonesia dialek Jakarta yang menjadi lingua franca. Namun, sebagaimana halnya ragam-ragam bahasa di atas, bahasa Besemah umumnya digunakan secara diglosik atau bahkan poliglosik bersama bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Palembang yang dipakai luas di Sumatera Selatan.

Bahasa Indonesia baku digunakan di setiap situasi formal, termasuk dalam pidato dan ceramah pernikahan, pemakaman, serta khotbah Jumat di masjid-masjid. Bahasa Melayu Palembang adalah sebuah koine yang berasal dari bahasa Melayu yang digunakan di kota Palembang serta daerah urban lainnya di Sumatera Selatan di mana terjadi pertemuan antara suku-suku Melayu, Jawa, Minangkabau, Batak, serta Tionghoa-Indonesia. Maka bahasa Melayu Palembang pun digunakan oleh penutur bahasa Besemah untuk komunikasi antar etnis. Sementara bahasa Besemah digunakan sesama penutur asli di rumah serta dalam kehidupan sehari-hari di perdesaan.[7]

Kerentanan kepunahan bahasa

sunting

Bahasa Besemah kurang bisa dicocokkan ke dalam klasifikasi kerentanan kepunahan bahasa yang ada. Jika dilihat sekilas, bahasa ini bisa dikategorikan sebagai bahasa vital karena (1) anak muda masih mempelajari bahasa tersebut secara aktif, dan (2) masih memiliki penutur yang lumayan banyak (sekitar 400.000). Keduanya merupakan tanda yang baik bagi bahasa Besemah, tetapi ada beberapa faktor lain yang menunjukkan bahwa bahasa Besemah mungkin tidak se-stabil yang diperkirakan. Faktor-faktor tersebut adalah: bahasa kontak, multilingualisme, sikap terhadap bahasa asli, serta tidak adanya pendidikan formal atau ejaan baku bagi bahasa Besemah.[7]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Basemah[[Kategori:Artikel mengandung aksara non-Indonesia]]". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.  Konflik URL–wikilink (bantuan)
  2. ^ McDowell, Jonathan (2007) The Malays of southern Sumatra: Unity in diversity, the Eleventh International Symposium on Malay/Indonesian Linguistics, Manokwari, Indonesia.
  3. ^ Brandes, Jan Laurens Andries (1884) Bijdrage tot de vergelijkende klankleer der Westersche afdeeling van de Maleisch-Polynesische taalfamilie. Utrecht: Van de Weijer.
  4. ^ Voorhoeve, Petrus (1955) Critical survey of studies on the languages of Sumatra, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Bibliography Series, vol. 1. The Hague, Netherlands: ’s-Gravenhage - Martinus Nijhoff.
  5. ^ Adelaar, K. Alexander (1992) Proto-Malayic: The Reconstruction of its Phonology and Parts of its Lexicon and Morphology. 119, Canberra, A.C.T., Australia: Department of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University.
  6. ^ McDonnell, Bradley (2009) A Conservative Vowel Phoneme Inventory of Sumatra: The Case of Besemah. Oceanic Linguistics 47(2): 409–432.
  7. ^ a b c McDonnell, Bradley (2012) The Besemah Language Documentation Project. Santa Barbara: University of California Santa Barbara.