Bandar Udara Adisutjipto

bandar udara di Indonesia
(Dialihkan dari Bandar Udara Adi Sutjipto)

Bandar Udara Adisutjipto atau Bandar Udara Adisucipto (IATA: JOGICAO: WAHH) adalah bandar udara utama yang melayani Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Kapanéwon Depok, Sleman. Bandar udara ini berjarak sekitar 10 km dari Kota Yogyakarta dan dapat dicapai dalam kurang lebih 20 - 30 menit menggunakan kendaraan bermotor.

Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto
Lambang Lanud
NegaraIndonesia Indonesia
Cabang TNI Angkatan Udara
Tipe unitLanud Tipe A
PeranPangkalan Angkatan Udara
Bagian dariKomando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Udara
PelindungTentara Nasional Indonesia
MotoPrayatna Kerta Gegana
Situs webwww.tni-au.mil.id
Bandar Udara Adisutjipto

Adisutjipto Airport

Papan Anggegana Adisutjipto
Informasi
JenisPublik / Militer
Pemilik/PengelolaInjourney
MelayaniDaerah Istimewa Yogyakarta
LokasiMaguwoharjo, Distrik Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Indonesia
Zona waktuWIB (UTC+07:00)
Ketinggian dpl mdpl
Koordinat07°47′17″S 110°25′54″E / 7.78806°S 110.43167°E / -7.78806; 110.43167
Situs webwww.adisutjipto-airport.co.id
Peta
Jawa daerah di Indonesia
Jawa daerah di Indonesia
JOG/WAHH di Jawa
JOG/WAHH
JOG/WAHH
JOG/WAHH di Indonesia
JOG/WAHH
JOG/WAHH
JOG/WAHH (Indonesia)
JOG/WAHH di Asia Tenggara
JOG/WAHH
JOG/WAHH
JOG/WAHH (Asia Tenggara)
JOG/WAHH di Asia
JOG/WAHH
JOG/WAHH
JOG/WAHH (Asia)
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
m kaki
09/27 2.200 7.218 Aspal
09R/27L 1.337 4.386 Rumput
Statistik (2017)
Penumpang8,634,369
Pergerakan pesawat103,944
Kargo18,145,167

Per tanggal 29 Maret 2020, seluruh penerbangan domestik dan internasional yang dipusatkan di bandara ini pindah ke Bandar Udara Internasional Yogyakarta (YIA) yang terletak di Temon, Kulon Progo. Setelah pindah, bandara ini hanya digunakan untuk keberangkatan dan kedatangan pesawat baling-baling, kargo dan non komersial.[1]

Sejarah

sunting

Bandar Udara Adisutjipto dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada Kapanéwon Depok, Kabupaten Sleman. Pangkalan udara Maguwo dibangun sejak tahun 1940 lalu dipergunakan oleh Militaire Luchtvaart pada tahun 1942.

Pada tahun 1942 kota Yogyakarta diduduki oleh Tentara Jepang dan pangkalan udara Maguwo di ambil alih Tentara Jepang dari Pemerintah Hindia Belanda. Bulan November 1945 lapangan terbang beserta fasilitasnya dapat di kuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta Timur yang di pimpin oleh Bapak Umar Slamet. Pada Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo di ambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Pangkalan Angkatan Udara untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Lapangan terbang ini digunakan untuk operasional pesawat-pesawat AURI, serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di Maguwo yang di pimpin oleh Agustinus Adisutjipto.

Pasca-kemerdekaan

sunting

Pada tanggal 29 Juli 1947 pesawat Dakota C-47 dengan registrasi VT-CLA yang dikemudikan oleh pilot berkebangsaan Australia, matan perwira RAAF, Noel Constantine dengan kopilot berkebangsaan Inggris, yang juga mantan perwira RAF, Roy Hazelhurst. Dalam pesawat tersebut turut pula Komodor Udara Agustinus Adisoetjipto, Komodor Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, seorang operator radio Adi Soemarmo Wirjokusumo, Zainal Arifin dan seorang teknisi berkebangsaan India, Bidha Ram ditembak jatuh oleh pesawat Belanda, P-40 KittyHawk dan jatuh di Dusun Ngoto, Bantul dekat Yogyakarta, Indonesia.[2][3]

Pada tahun 1950 lapangan terbang Maguwo beserta fasilitas pendukungnya seperti pembekalan diserahkan kepada AURI. Dengan adanya pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan udara Maguwo mengalami perubahan nama yang di sesuaikan dengan dinamika fungsi dan peranan TNI AU. Berdasarkan keputusan kepala staff Angkatan Udara No.76 Tahun 1952. Tanggal 17 Agustus 1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan udara Adisutjipto.

Semenjak tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan untuk Akademi Angkatan Udara (AAU) Republik Indonesia .Tahun 1964 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan keputusannya dan atas persetujuan Angkatan Udara Indonesia, Pelabuhan Udara AdiSutjipto Jogjakarta menjadi pelabuhan udara Gabungan Sipil dan Militer. Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Terminal Sipil yang pertama. Selanjutnya pada tahun 1977 dilakukan perluasan terminal lagi karena volume penerbangan makin meningkat. Pada tanggal 1 April 1992, sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 1992, Bandar Udara Adisutjipto secara resmi masuk ke dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura I. Tanggal 2 Januari 1993 statusnya diubah menjadi PT (PERSERO) Angkasa Pura I.

Perubahan nama pangkalan

sunting
 
Bandar Udara Adisutjipto pada tahun 2009.

Bertepatan dengan peringatan HUT ke-7 RI, Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 76/48/Pen.2/KS/52 tanggal 17 Agustus 1952, yang berisi tentang perubahan nama-nama lapangan udara militer terbesar. Nama pangkalan udara yang lama diubah dengan nama para pelopor Angkatan Udara sebagai tanda penghargaan dan penghormatan atas pengorbanan dan jasa-jasa mereka dalam menegakkan kemerdekaan RI umumnya dan AURI khususnya. Tokoh-tokoh yang diabadikan adalah Komodor Muda Udara Anumerta Agustinus Adisutjipto menggantikan nama Pangkalan Udara Maguwo (Yogyakarta), Komodor Muda Udara Anumerta Prof. DR. Abdulrachman Saleh menggantikan nama Pangkalan Udara Bugis (Malang), Komodor Muda Udara Anumerta Halim Perdanakusuma menggantikan nama Pangkalan Udara Tjililitan (Jakarta), dan Opsir Udara I Anumerta Husein Sastranegara menggantikan nama Pangkalan Udara Andir (Bandung).

Penerbangan internasional

sunting

Bandar Udara Adisutjipto menjelma menjadi bandar udara internasional pada tanggal 21 Februari 2004. Pada saat itu, Garuda Indonesia mengoperasikan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sebulan selanjutnya, giliran Singapura yang dikunjungi oleh Garuda Indonesia. Sekitar bulan November 2006, Garuda Indonesia menghentikan rute - rute internasional.

Tetapi pada tanggal 30 Januari 2008, penerbangan internasional dilanjutkan kembali dengan menghadirkan AirAsia yang mengoperasikan Airbus A320 dengan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sejak 1 Februari 2008, Malaysia Airlines turut datang ke Yogyakarta dengan mengoperasikan Boeing 737-400.

Bulan April 2008, AirAsia membuat rute Yogyakarta - Kuala Lumpur menjadi setiap hari.

Dan tanggal 16 Desember 2008, Garuda Indonesia kembali melayani rute Yogyakarta - Singapore mulai pukul 18.00 WIB, setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Bandar Udara Internasional Yogyakarta beroperasi secara penuh sejak 29 Maret 2020 sehingga semua penerbangan internasional dari Bandar Udara Adi Sutjipto dialihkan ke bandara baru yang terletak di Kabupaten Kulon Progo tersebut.[4]

Maskapai penerbangan dan tujuan

sunting

Berikut ini adalah maskapai yang melakukan penerbangan langsung dari Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta:

MaskapaiTujuan
CitilinkJakarta–Halim Perdanakusuma

Statistik penumpang

sunting

Jumlah penumpang pesawat terbang yang naik maupun turun di Bandar Udara Adisutjipto, Yogyakarta mencapai puncak tertingginya pada tahun 2018 yaitu sebanyak 8.417.089 penumpang. Pada tahun 2019, jumlah penumpang menurun menjadi 6.850.714 karena isu tiket pesawat yang mahal [5]. Pasca dioperasikannya Bandar Udara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo serta akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020, jumlah penumpang Bandar Udara Adistjipto hanya menyisakan 140.011 penumpang pada tahun 2021 dan 123.948 penumpang pada tahun 2022.

Jumlah Penumpang Bandara Adi Sutjipto (juta)
Jumlah Penumpang Bandara Adi Sutjipto
Tahun Jumlah Penumpang
2014 6.236.578
2015 6.380.336
2016 7.212.526
2017 7.818.551
2018 8.417.089
2019 6.850.714
2020 1.523.153
2021 140.011
2022 123.948

Sumber: Laporan Keberlanjutan Tahunan PT Angkasa Pura I[6]

Angkutan umum

sunting

Satuan

sunting

Pejabat Danlanud dari masa ke masa

sunting
  • Komodor Muda Udara Agustinus Adisoetjipto (1945—1947)⭐⭐
  • Opsir Udara I R.M. Ruslan (1947—1948)
  • Letnan Muda Udara I A. Rasyidi (1948—1950)
  • Letnan Udara II Supono (1950—1951)
  • Kapten Udara Purwono (1951—1952)
  • Kapten Udara S. Surya Argawisastra (1952)
  • Letnan Udara I Suharyo (1952—1953)
  • Letnan Udara I Djayusadi (1953—1954)
  • Letnan Udara I Suwarno (1954—1957)
  • Kolonel Udara I Ignatius Dewanto (1957—1962)⭐
  • Mayor Udara Alamsyah (1962—1964)
  • Kolonel Udara Saleh Basarah (1964)⭐⭐⭐⭐
  • Komodor Udara Dono Indarto (1964—1965)
  • Kolonel Udara Sudargo (1965—1968)
  • Letnan Kolonel Udara Mardowo (1968—1971)
  • Kolonel Adm Alkasah Permana (1971—1974)
  • Kolonel Pnb Umar Sarudin (1974—1975)
  • Kolonel Pnb Sugiantoro (1975—1980)
  • Kolonel Pnb Suparman (1980—1981)
  • Kolonel Pnb Oloan Silalahi (1981—1985)⭐
  • Marsekal Pertama TNI Anggoro S (1985—1987)⭐
  • Marsekal Pertama TNI Rilo Pambudi (1987—1990)⭐⭐⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Rusmali Ariefin (1990—1991)⭐
  • Marsekal Pertama TNI Moersabdo (1991—1992)⭐
  • Marsekal Pertama TNI Purnomo Sidi (1992—1993)⭐
  • Marsekal Pertama TNI BT. Nuringtyas (1993—1995)⭐
  • Marsekal Pertama TNI Lambert F. Silooy (1995—1997)⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Toto Riyanto (1997—1999)⭐⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Wresniwiro (1999—2000)⭐⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Suminar Hadi, S.Ip. (2000)⭐
  • Marsekal Pertama TNI DR. Rio Mendung Thalieb, M.Sc., Ph.D. (2000—2002)⭐⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Eris Heriyanto (2002—2004)⭐⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Benyamin Dandel (2004—2007)⭐
  • Marsekal Pertama TNI R. Hari Mulyono (2007—2009)⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI R. Agus Munandar (2009—2010)⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Hadiyan Sumintaatmadja (2010—2011)⭐⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Abdul Muis (2011—2013)⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Agus Munandar (2013—2014)⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Yadi Indrayadi Sutanandika (2014—2015)⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Imran Baidirus, S.E. (2015—2016)⭐⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Ir. Novyan Samyoga, M.M. (2016—2018)⭐⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Ir. Tedi Rizalihadi, S.T., M.M. (2018—2019)⭐⭐⭐
  • Marsekal Pertama TNI Ir. Bob Panggabean, S.T. (2019—2020)⭐
  • Marsekal Pertama TNI M. Yani Amirullah (2020—2022)⭐
  • Marsekal Pertama TNI Azhar Aditama Djojosugito., S.Sos., M.M., M.Han. (2022—2023)⭐
  • Marsekal Pertama TNI Dedy Susanto (2023—2024)⭐
  • Marsekal Pertama TNI Setiawan, S.E. (2024—Sekarang)⭐

Referensi

sunting
  1. ^ Desca, Andreas. "Mulai Besok, Bandara Yogyakarta Internasional Airport Beroperasi Penuh, Layani 168 Penerbangan". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-03-30. 
  2. ^ Angkasa Online No 1 Oktober 2006 Tahun XVII Diarsipkan 2007-08-13 di Archive.isPara Sahabat AURI yang Terlupakan
  3. ^ "Indonesian aviation 1945 -1950 oleh Jos Heyman, Riverton, Australia, November 2005" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-09-05. Diakses tanggal 2019-07-31. 
  4. ^ "Ada Virus Corona, Pemindahan Penerbangan dari Adisutjipto ke YIA Tetap Dilakukan". kumparan. Diakses tanggal 2023-07-05. 
  5. ^ Group, Gatra Media (2016-05-20). "Tiket Pesawat Mahal, Penumpang di Bandara Adisutjipto Berkurang 17 Persen | Ekonomi". www.gatra.com. Diakses tanggal 2023-07-02. 
  6. ^ "Laporan Keberlanjutan Tahunan PT Angkasa Pura I". ap1.co.id. Diakses tanggal 2023-07-02. 

Lihat juga

sunting