Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie

bandar udara di Indonesia

Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie (IATA: PLWICAO: WAFF, WAML), sebelumnya Bandar Udara Masovu, adalah bandar udara yang terletak di Palu, ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, pulau Sulawesi, Indonesia.[1][2] Sebagai bandara terbesar di Sulawesi Tengah, Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie menjadi pintu masuk utama ke kota Palu dan daerah sekitarnya. Nama bandara ini terdiri dari dua kata, yaitu "Mutiara" dan "SIS Al-Jufrie". "Mutiara" berarti mutiara dalam bahasa Indonesia, sedangkan "SIS Al-Jufrie" merupakan singkatan dari Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri (1892-1969), seorang tokoh agama keturunan Arab-Indonesia dan Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Sulawesi Tengah. Beliau adalah seorang penyebar agama Islam di Sulawesi Tengah hingga wafatnya di Palu pada tahun 1969. SIS Al-Jufri juga merupakan tokoh agama dan pendiri organisasi keagamaan Alkhairaat yang tumbuh dan berkembang pesat di wilayah timur Indonesia.

Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie

Mutiara SIS Al-Jufrie Airport
Informasi
JenisPublik
PemilikPemerintah Indonesia
PengelolaKementerian Perhubungan
MelayaniPalu
LokasiPalu, Sulawesi Tengah, Indonesia
Zona waktuWITA (UTC+08:00)
Ketinggian dpl77,4 mdpl
Koordinat00°55′07″S 119°54′35″E / 0.91861°S 119.90972°E / -0.91861; 119.90972
Situs webwww.bandaramutiarasaj.com
Peta
Sulawesi daerah di Indonesia
Sulawesi daerah di Indonesia
PLW/WAFF di Sulawesi
PLW/WAFF
PLW/WAFF
Lokasi bandara di Sulawesi Tengah / Indonesia
PLW/WAFF di Indonesia
PLW/WAFF
PLW/WAFF
PLW/WAFF (Indonesia)
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
m kaki
15/33 2,500 8,202 Aspal
Statistik (2017)
Penumpang2,455,954
Pemandangan di Bandar Udara Mutiara

Nama ini diberikan oleh Presiden Soekarno ketika berkunjung ke Palu pada 10 Oktober 1957, sebagai bentuk keprihatinan. Soekarno saat itu menanyakan nama lapangan terbang ini kepada Bupati Rajawali Pusadan. Ketika itu, lapangan terbang ini bernama Masovu yang artinya "Tanah berdebu".

Menurut Soekarno, Palu merupakan salah satu kota rangkaian mutiara khatulistiwa.

"Saya lihat dari atas tadi sebelum turun, Palu terlihat indah penuh pernik. Olehnya saya namakan Mutiara."[3]

Rencananya nama bandara ini akan diganti setelah selesai dipugar dari bandara yang hanya menerima penerbangan domestik menjadi bandara internasional. Nama bandara ini diusulkan untuk diganti menjadi Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie untuk menghormati pahlawan nasional asal Sulawesi Tengah, Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri.

 
Pesawat Garuda Indonesia di bandara Mutiara SIS Al-Jufrie

Fasilitas

sunting

Bandar udara ini berada di ketinggian 86 meter (282 ft) di atas permukaan laut, memiliki dua landas pacu permukaan beraspal dan beton nomor designasi 15R/33L berukuran 2.500 x 45 meter dan 15L/33R berukuran 3.450 x 60 merer. Landasan pacu ini bisa di darati pesawat jet berbadan lebar.[1][4]

Pemerintah Sulawesi Tengah, sedang merombak bandar udara ini menjadi Bandar Udara internasional mengingat tingginya minat penduduk Sulawesi Tengah terhadap transportasi udara.

Maskapai Penerbangan dan Tujuan

sunting
MaskapaiTujuan
Batik Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar[5]
Citilink Jakarta–Soekarno–Hatta
Garuda Indonesia Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar
Lion Air Jakarta—Soekarno—Hatta, Makassar
SAM Air Gorontalo, Pohuwato
Super Air Jet Jakarta-Soekarno-Hatta (mulai 3 Januari 2025), Surabaya[6]
Susi Air Rampi, Seko
Wings Air Balikpapan, Buol, Gorontalo, Luwuk, Morowali, Toli—Toli

Referensi

sunting
  1. ^ a b Airport information for WAML Diarsipkan 2011-08-06 di Wayback Machine. from DAFIF (effective October 2006)
  2. ^ Informasi bandar udara untuk PLW di Great Circle Mapper. Sumber: DAFIF.
  3. ^ "Syafrun: Sebaiknya Tetap Mutiara". Harian Mercusuar. Diakses tanggal 2013-07-28. 
  4. ^ "Mutiara (PLW / WAML)". Directorate General of Civil Aviation. Diakses tanggal 17 March 2010. 
  5. ^ "Batik Air Buka Rute Baru Makassar – Palu". KONTAN.CO.ID. Diakses tanggal 25 June 2024. 
  6. ^ "Super Air Jet Buka Rute Baru Surabaya - Palu Mulai 19 Juli 2024". koranpagionline.com. Diakses tanggal 24 June 2024. 

Pranala luar

sunting