Barito Pacific

perusahaan asal Indonesia

PT Barito Pacific Tbk adalah sebuah perusahaan petrokimia dan energi yang berkantor pusat di Jakarta.[2][3] Perusahaan ini terutama berbisnis melalui dua anak usahanya, yakni Chandra Asri Pacific dan Barito Renewables Energy.[4][5]

PT Barito Pacific Tbk
Sebelumnya
PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan (1979-1996)
PT Barito Pacific Timber Tbk (1996-2007)
Perusahaan publik
Kode emitenIDX: BRPT
IndustriProperti
Didirikan4 April 1979; 45 tahun lalu (1979-04-04)
PendiriPrajogo Pangestu
Kantor pusatJakarta Barat, DKI Jakarta
Wilayah operasi
Indonesia
Tokoh kunci
Agus Salim Pangestu[1]
(Direktur Utama)
Prajogo Pangestu[1]
(Komisaris Utama)
Produk
PendapatanPenurunan US$ 2,760 miliar (2023)[2]
Penurunan US$ 558,140 juta (2023)[2]
Penurunan US$ 77,423 juta (2023)[2]
Total asetKenaikan US$ 10,150 miliar (2023)[2]
Total ekuitasKenaikan US$ 4,112 miliar (2023)[2]
PemilikPrajogo Pangestu (71,19%)
Karyawan
3.344 (2023)[2]
Anak usahaLihat daftar
Situs webwww.barito-pacific.com

Sejarah

sunting

Perusahaan ini didirikan oleh Prajogo Pangestu pada bulan April 1979 dengan nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan untuk berbisnis di bidang perkayuan. Perusahaan ini kemudian menjadi salah satu perusahaan perkayuan terbesar di Indonesia, dengan menguasai Hak Pengusahaan Hutan (HPH) seluas 5 juta hektar di berbagai daerah.[6] Perusahaan ini pun memiliki lima pabrik untuk memproduksi plywood, blockboard, particle board, dan produk olahan kayu yang diekspor ke Asia, Eropa, dan Amerika.

Pada tahun 1993, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Tiga tahun kemudian, perusahaan ini mengubah namanya menjadi PT Barito Pacific Timber Tbk. Krisis keuangan Asia 1997 kemudian membuat industri perkayuan tidak menentu, sehingga perusahaan ini memutuskan untuk menghentikan produksi plywood dan beralih ke bisnis lain secara perlahan.[7] Pada tahun 2007, perusahaan ini mengubah namanya menjadi seperti sekarang dan mengakuisisi 70% saham Chandra Asri yang saat itu merupakan satu-satunya produsen olefin di Indonesia.[8] Setahun kemudian, perusahaan ini juga mengakuisisi Tri Polyta Indonesia, sebuah produsen polipropilen.

Pada tahun 2011, perusahaan ini menggabungkan Chandra Asri ke dalam Tri Polyta Indonesia, dan mengubah nama Tri Polyta Indonesia menjadi Chandra Asri Petrochemical. Anak usaha dari Siam Cement Group, SCG Chemicals, kemudian juga resmi memegang 30% saham Chandra Asri Petrochemical. Pada bulan Maret 2017, bersama Indonesia Power, perusahaan ini mendirikan Indo Raya Tenaga untuk membangun PLTU Jawa-9 dan PLTU Jawa-10 di Banten.

Pada bulan Juni 2018, perusahaan ini mengakuisisi 66,67% saham Star Energy Geothermal yang saat itu merupakan produsen listrik berbasis panas bumi terbesar di Indonesia. Pada bulan September 2018, perusahaan ini mendivestasi sejumlah anak usahanya yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.[2][3] Pada tahun 2022, perusahaan ini mengalihkan mayoritas saham Star Energy Geothermal ke Barito Renewables Energy.[9]

Anak usaha

sunting

Hingga akhir tahun 2023, perusahaan ini memiliki 16 anak usaha, yakni:

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting