Besi Kersani adalah istilah yang sering digunakan di dalam mantra (Indonesia dan Malaysia) terutama di dalam budaya Melayu. Di dalam bahasa Minangkabau besi kersani disebut sebagai basi karasani. Istilah besi kersani ini juga tertulis di dalam Alkitab di Kitab Yeremia 15:12 versi Terjemahan Lama, yang berbunyi: "Adakah besi yang dapat memecahkan besi dari utara, yaitu besi kersani?". Selain itu istilah ini dicatat juga dalam 2 Samuel 22:35, Ayub 20:24, Mazmur 18:34 (versi Terjemahan Lama). Dalam Terjemahan Baru istilah yang dalam bahasa aslinya "nachushah" ini diterjemahkan menjadi tembaga

Istilah kuraisani (bahasa Melayu lama untuk kersani) ini juga terdapat di dalam Naskah Melayu tua yang ditemukan di Tanjung Tanah, Kabupaten Kerinci yang berisi tentang undang-undang dari Raja Aditiawarman untuk daerah tersebut[1]

Asal Usul

sunting

Jika melihat dari bahasanya, besi kersani ( besi kursani, qursani, khurasani, khursani) mungkin berasal dari kata khurasan[2] atau khorasan, suatu kawasan yang meliputi bagian dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Di kawasan ini dahulunya dihasilkan pedang dengan kualitas besi yang sangat bagus dan kuat. Kekuatan besi inilah yang kemudian diibaratkan menjadi kekuatan batin di dalam tubuh oleh pengamal ilmu batin.

Besi kersani di daerah Khurasan ini terkenal karena keras dan kuat, oleh sebab itu di dalam mantra perlu membayangkan bangkitnya kekuatan itu untuk kuat melawan musuh. Di dalam kajian ilmu batin di Minangkabau, besi kersani ini terkandung di dalam tubuh dan perlu dibangkitkan jika ingin menghadapi musuh. Besi kersani ini bangkit ditandai dengan mendenging di telinga. Pada masa dahulunya, para pandeka (pendekar) di Minangkabau dan juga di daerah lain di Nusantara umumnya memiliki amalan ini untuk menghadapi musuh.

Besi Kersani dalam Kajian Mistik

sunting

Kisah Besi Kersani

sunting

Kisah besi kersani di dalam tubuh manusia menurut kajian ilmu batin di Minangkabau adalah sebagai berikut:

Pada awalnya manusia (Adam) dibuat dari unsur api, angin (udara), air dan tanah. Unsur api menjadi darah, unsur angin menjadi urat, unsur air menjadi tulang dan tanah menjadi daging. Kemudian unsur tersebut dicampur dan dibentuk sebuah patung dan diberi ruh, maka hiduplah patung tersebut dan memiliki nyawa. Lalu untuk membuat Adam kokoh dan kuat, diambillah sedikit tiang arasy yang bernama basi karasani yang ditancapkan dari ubun-ubun sampai ke tulang ekor. Basi kursani ini menyatu bersama tulang punggung pada manusia. Ketika basi karasani ini ditancapkan kepada manusia, Adam berkeringat dan keringat inilah yang berubah menjadi sekalian jenis besi di muka bumi. Jadi dapat dikatakan bahwa besi yang ada di bumi takluk kepada basi karasani. Besi yang ada di muka bumi bisa menjadi lunak, jika kekuatan basi karasani itu dibangkitkan oleh pengamalnya.[3]

Kisah besi kersani mungkin memiliki bermacam versi, tergantung siapa guru dan daerahnya di kawasan Nusantara lainnya.

Referensi

sunting