Bilangan 9 (disingkat Bil 9) adalah bagian dari Kitab Bilangan dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Termasuk dalam kumpulan kitab Taurat yang disusun oleh Musa.[1][2]

  • Peristiwa yang dicatat di pasal ini terjadi setelah tanggal 1 bulan yang ke-2 dalam tahun yang ke-2 sesudah bangsa Israel keluar dari tanah Mesir[3] (~1446 SM).

Tempat

sunting
  • Bangsa Israel berkemah di padang gurun Sinai.[3]

Struktur

sunting

Ketetapan-ketetapan mengenai perayaan Paskah

sunting
  • pada bulan yang pertama tahun yang kedua sesudah mereka keluar dari tanah Mesir
  • pada hari yang ke-14 bulan ini
  • pada waktu senja,
  • haruslah kamu merayakannya pada waktu yang ditetapkan, menurut segala ketetapan dan peraturannya

Tetapi beberapa orang yang najis oleh karena mayat, sehingga tidak dapat merayakan Paskah pada hari itu,

datang menghadap Musa dan Harun, menanyakan, dengan dasar apakah dicegah.

Musa meminta mereka menunggu, untuk mendengar apa yang diperintahkan Tuhan.

Lalu Tuhan berfirman:

  • Apabila salah seorang di antara kamu atau keturunanmu najis oleh karena mayat,
  • atau berada dalam perjalanan jauh,
  • maka ia harus juga merayakan Paskah bagi TUHAN.
  • Pada bulan yang kedua, pada hari yang ke-14, pada waktu senja,
  • haruslah orang-orang itu merayakannya;
  • beserta roti yang tidak beragi dan sayur pahit haruslah mereka memakannya.
  • Jangan meninggalkan sebagian dari padanya sampai pagi,
  • dan satu tulang pun tidak boleh dipatahkan mereka.

Satu ketetapan harus berlaku bagi kamu, baik bagi orang asing maupun bagi orang Israel asli.

Ayat 15

sunting
Pada hari didirikan Kemah Suci, maka awan itu menutupi Kemah Suci, kemah hukum Allah; dan pada waktu malam sampai pagi awan itu ada di atas Kemah Suci, kelihatan seperti api.[4]

Tiang awan pada siang hari yang tampak seperti tiang api pada malam hari merupakan tanda pemeliharaan, perlindungan, dan bimbingan ilahi bagi orang Israel di padang gurun.

  • 1) Alkitab menekankan bahwa bangsa Israel harus berangkat atau menetap sesuai dengan tanda adikodrati itu. Sekalipun demikian, bimbingan Allah tidak meniadakan keperluan akan hikmat dan perencanaan manusia, karena Musa minta nasihat Hobab mengenai tempat berkemah yang terbaik di padang gurun itu (Bilangan 10:29–32).
  • 2) Menaati Allah dan mengikuti kehendak-Nya dengan demikian tergantung pada bimbingan adikodrati Allah dan hikmat kita sendiri yang dilandaskan pada prinsip-prinsip Firman-Nya. Penting sekali untuk tinggal dekat-Nya setiap waktu dan tidak memisahkan diri dari perlindungan dan kehendak-Nya.
  • 3) Janji Allah untuk menuntun umat Perjanjian Lama-Nya masih berlaku bagi orang percaya masa kini. Ia akan menuntun kita dengan Firman dan Roh-Nya (Roma 8:4). Ia akan meluruskan jalan semua orang yang mengakui Dia (Amsal 3:6; bandingkan Mazmur 37:23; Kisah Para Rasul 5:19–20; 8:26; 13:1–4).[5]

Referensi

sunting
  1. ^ W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
  2. ^ J. Blommendaal. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
  3. ^ a b Bilangan 1:1
  4. ^ Bilangan 9:15
  5. ^ The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting