Pulo Brayan
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus. |
Pulo Brayan adalah nama wilayah/kelurahan dalam kawasan Kecamatan Medan Barat selain Kelurahan Glugur Kota, Kelurahan Karang Berombak, Kelurahan Kesawan, Kelurahan Sei Agul, dan Kelurahan Silalas. Pulo Brayan meliputi kira-kira 4 kelurahan yang berdekatan. Pulau ini memiliki luas 6,82 km2 . Pada tahun 2010 tingkat kepadatan penduduk di pulau ini mencapai 10.376,98 jiwa/km2 .
Terletak di kawasan padat penduduk, tepatnya 5 km dari pusat Kota Medan, Pulau Brayan dikenal dengan kawasan pasar yang selalu ramai baik pada hari biasa maupun hari libur. Kawasan pasar dan pertokoan tersebut juga dikenal dengan "Pajak Brayan", berlokasi di pangkal bilangan Jalan Kl. Yos Sudarso, berbatasan dengan kawasan-kawasan lain seperti Jl. Bilal dan Helvetia, Medan Barat.
Penamaan Pulau Brayan memiliki riwayat tersendiri. Pulau Brayan merupakan serapan dari bahasa Melayu yang artinya Pulau dan Berayun. Pada awalnya, Pulau Brayan ini adalah sebuah pulau kecil yang dikelilingi oleh sungai, yang tak lain adalah Sungai Deli. Karena ukurannya yang kecil, pulau ini sering terlihat bergoyang-goyang seperti perahu, sehingga disebut-sebut sebagai pulau yang berayun, atau dalam Bahasa Melayu, "Pulo Berayun". Lama-kelamaan, lidah masyarakat telah terbiasa mengucapkannya Pulo Brayan saja, sehingga jadilah Pulo Brayan dikenal demikian hingga sekarang.
Sedikit yang berhubungan langsung dengan asal-usul Pulo Brayan, seperti bahwa Guru Patimpus, putera karo bermarga Sembiring Pelawi, yang mendirikan sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus memiliki isteri seorang putri Datuk Pulo Brayan. Lebih lanjut, disebutkan pada masa lalu, Kota Medan adalah titik pertemuan dua buah sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura. Ini rasanya cukup menjelaskan bahwa Kota Medan pada masa lalu memiliki lebih banyak kawasan perairan.
Bagaimanapun ceritanya, Pulo Brayan masih menjadi salah satu pusat perekonomian masyarakat Medan Barat dan sekitarnya. Kebetulan, beberapa orang menyebutnya "Titi Brayan", secara etimologis berarti titi yang berayun.