Caca Gulali merupakan permainan tradisional anak-anak Betawi. Permainan ini dapat dikategorikan sebagai tradisi dan ekspresi lisan yang menggunakan nyanyian sebagai sarana utamanya. Lokasi persebaran dari permainan ini mencakup wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yakni Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (BODETABEK).[1] Seiring perkembangan zaman, permainan ini mulai jarang ditemui. Dalam laporan Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Caca Gulali masuk budaya yang berstatus terancam punah.[1]

Caca Gulali
Permainan Caca Gulali
Jumlah pemainminimal 4 orang
Waktu permainantidak ada batasan
Keterampilan yang dibutuhkanBeryanyi

Pemain sunting

Pemain yang diperlukan dalam Caca Gulali minimal berjumlah 4 orang.[2] Semakin banyak jumlah pemainnya, permainan Caca Gulali akan berlangsung meriah. Sebelum permainan dimulai, ditentukan terlebih dulu peran masing-masing pemain. Penentuan peran ini dilakukan melalui cara hompimpah, gamsit, atau cara lainnya.[2] Selanjutnya pemain dibagi ke dalam dua peran utama yakni pemain yang berjaga dengan posisi membungkuk atau bersujud dan menelungkupkan wajah ke lantai. Sedangkan peran kedua, yakni pemain yang tersisa, akan duduk melingkari pemain yang membungkuk. Para pemain dengan peran kedua kemudian meletakkan tangan kanannya di atas punggung pemain yang membungkuk.[2] Pemain tersebut juga menentukan pemimpin permainan.

Cara bermain sunting

Permainan dimulai dengan pemimpin permainan yang akan memindahkan batu kecil dari satu tangan pemain ke tangan pemain lainnya sambil menyanyikan lagu caca gulali.[1] Pada saat tiba di lirik anak raja berpayungan, maka pemimpin permainan akan menyembunyikan batu kecil tersebut di salah satu tangan pemain.[1] Batu kecil tersebut juga bisa diletakkan pada saat menyanyikan lagu caca gulali dengan tujuan mengecoh pemain yang berjaga dalam menebak posisi batu. Setelah itu, seluruh pemain bernyanyi bersama-sama ketika tiba pada lirik guncir riwiw riwiw sambil menggerak-gerakkan tangan yang dikepalkan ke luar/depan dan ke dalam/mendekati badan secara bergantian ke kiri dan kanan.[1] Gerakan tersebut menjadi penanda bagi pemain yang berjaga untuk menebak keberadaan batu di salah satu tangan pemain. Jika belum berhasil menebak dengan benar, pemain tersebut akan kembali menjadi pemain yang berjaga.[1] Jika sudah berhasil menebak dengan benar, maka posisi pemain yang berjaga akan digantikan oleh yang menyembunyikan batu.

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penetapan Warisan Tak Benda Indonesia 2018. Diakses melalui https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf?utm_source=Misi+1&utm_campaign=d3fcefc15d-EMAIL_CAMPAIGN_2019_02_16_02_34&utm_medium=email&utm_term=0_36dc46f689-d3fcefc15d-301506445 pada 6 Maret 2019.
  2. ^ a b c "Permainan Caca Gulali". encyclopedia.jakarta-tourism.go.id. Diakses tanggal 2019-03-06. [pranala nonaktif permanen]