Ci Medang
Sungai Ci Medang atau Cimedang adalah sungai mengalir pada daerah pedalaman membatasi Kabupaten Tasikmalaya dan Pangandaran dengan panjang sungai lebih kurang 70 km serta memiliki ketinggian di daerah hulu sungai rata-rata 600 mdpl. Daerah yang paling luas yang dialiri oleh Sungai Cimedang yaitu kabupaten Tasikmalaya Selatan yang memiliki kondisi lingkungan sungai yang masih alami serta mengalir pada beberapa jenis dan formasi batuan.[1]
Ci Medang | |
---|---|
Lokasi | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Barat |
Kabupaten | Tasikmalaya |
Ciri-ciri fisik | |
Hulu sungai | Langkaplancar |
- lokasi | Kabupaten Ciamis |
- elevasi | 400 meter |
Hulu ke-2 | Salopa |
- lokasi | Kabupaten Tasikmalaya |
- elevasi | 500-900 meter |
Muara sungai | Samudera Hindia |
- lokasi | Cidadap, Kec. Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat |
- elevasi | 0 meter |
Panjang | 70 km |
Daerah Aliran Sungai | |
Sistem sungai | DAS Cimedang |
Luas DAS | 656 km2 (253 sq mi) |
Markah tanah | Paraga Stone Cimedang |
Anak sungai | |
- kiri | Sungai Cigugur |
- kanan | Sungai Cikembang; Sungai Ci Toe |
Air terjun | Curug Dengdeng; Curug Cimanintin; Curug Luhur |
Jembatan | Jembatan sungai Cimedang |
Geomorfologi
suntingBerdasarkan peta Geologi Lembar Karangnunggal, Sungai Cimedang di daerah hulu jenis batuan sedimen breksi aneka bahan dan tuf sisipan lava serta bekuan andesit berada pada formasi Jampang zaman tersier awal, pada zona tengah mengali
r pada Formasi Bentang dan anggota Gamping formasi Pamutuan sebagian besar berjenis batuan sedimen dengan batupasir gampingan, kalsilutit dan napal dan pada zona hilir memiliki batuan bekuan dan sedimen berada pada Formasi Jampang breksi aneka bahan dan tuf dengan sisipan lava serta endapan aluvial.
Menurut van Bemmelen (1970) dalam Sriyono (2017:85) fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi 4 (empat) zone dari Utara ke Selatan, meliputi Zone Dataran Alluvial Jakarta, Zone Bogor, Zone Bandung, dan Zone Pegunungan Selatan (Southern Mountains). Aliran Sungai Cimedang mengalir pada Zone Pegunungan Selatan, pegunungan tersebut terbentuk oleh proses pelipatan, pengangkatan, dan penerobosan magma sehingga aliran Sungai Cimedang mengiris/mengikis Zona Pegunungan Selatan, fenomena ini yang mengakibatkan aliran Sungai Cimedang mengalir pada daerah yang memiliki kondisi geologi dan morfologi sungai yang kompleks yang dapat dijadikan sebagai daya tarik dan menarik untuk dipelajari.
Letak pengaliran Sungai Cimedang yang berada di pedalaman, banyaknya potensi yang belum tergali dan termanfaatkan oleh masyarakat, padahal kondisi geologi dan geomorfologi Sungai Cimedang apabila terekspos dapat menjadi daya tarik geowisata. Sejalan dengan konsep geowisata yang memperhatikan aspek-aspek kembumian yang fenomenal sebagai tujuan wisata, sehingga dari perjalanan berwisata tersebut dapat memperoleh manfaat sebagai objek pembelajaran.[1]
Geowisata
suntingGeowisata pada prinsipnya termasuk pariwisata minat khusus mempunyai kaitan dengan petualangan (adventure). Wisatawan secara fisik dapat menguras tenaga dan ada unsur tantangan yang harus dilakukan, karena bentuk pariwisata ini banyak terdapat di daerah terpencil seperti kegiatan tracking, hiking, pendakian dan rafting. Permasalahannya yaitu masyarakat di sekitar aliran Sungai Cimedang kurangnya pemanfaatan dan tereksposnya potensi geowisata yang terdapat pada dearahnya, untuk itu perlunya identifikasi potensi Aliran Sungai Cimedang sebagai daya tarik geowisata yang selanjutnya dapat diketahui pengelolaan dalam pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang terdapat diwilayahnya.[1]