Kelapa

tumbuhan
(Dialihkan dari Cocos nucifera)

Kelapa atau nyiur[2] (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam genus Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae.[3] Arti kata kelapa (atau coconut, dalam bahasa Inggris)[4] dapat merujuk pada keseluruhan pohon kelapa, biji, atau buah, yang secara botani adalah pohon berbuah, bukan pohon kacang-kacangan.

Kelapa
Rentang waktu: 55–0 jtyl
Eosen awal – sekarang
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Monokotil
Klad: Komelinid
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Subfamili: Arecoideae
Tribus: Cocoseae
Genus: Cocos
Spesies:
C. nucifera
Nama binomial
Cocos nucifera
Kemungkinan wilayah persebaran asli sebelum didomestikasi
Sinonim[1]
  • Coccus Mill.
  • Calappa Steck
  • Coccos Gaertn.

Istilah coconut dalam bahasa Inggris berasal dari kata Portugis dan Spanyol abad ke-16, coco yang berarti "kepala" atau "tengkorak" setelah tiga lekukan pada tempurung kelapa yang menyerupai fitur wajah. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.[5]

Kelapa dikenal karena kegunaannya yang beragam, mulai dari makanan hingga kosmetik.[6] Daging bagian dalam dari benih matang membentuk bagian yang secara teratur menjadi sumber makanan bagi banyak orang di daerah tropis dan subtropis. Kelapa berbeda dari buah-buahan lain karena endosperma mereka mengandung sejumlah besar cairan bening,[6] disebut "santan" dalam literatur,[7] dan ketika belum matang, dapat dipanen untuk diminum sebagai "air kelapa", atau juga disebut "jus kelapa".

Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari pesisir Samudra Hindia di sisi Asia, tetapi kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.

Pemerian botani

sunting
 
Kelapa
 
Skema bagian-bagian buah kelapa.

Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai. Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang baik digunakan untuk bangunan. Daun merupakan daun tunggal dengan pertulangan menyirip, daun bertoreh sangat dalam sehingga tampak seperti daun majemuk. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau cokelat; buah tersusun dari mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp. Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fase padatannya mengendap pada dinding endokarp seiring dengan makin tuanya buah; embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut kentos).

Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudra Hindia, tetapi kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari permukaan laut, tetapi seiring dengan meningkatnya ketinggian, ia akan mengalami pelambatan pertumbuhan.

Persyaratan tumbuh tanaman kelapa

sunting

Tanaman kelapa dapat tumbuh dengan optimal pada daerah dengan curah hujan 1.300 sampai dengan 2.300 mm per-tahun, tetapi tanaman tetap dapat tumbuh meski curah hujan di daerah penanaman mencapai 3.800 mm per-tahun asalkan drainase tanah baik. Angin berperan penting pada penyerbukan bunga (untuk penyerbukannya bersilang) dan transpirasi. Lama penyinaran minimum kelapa adalah 120 jam/bulan sebagai sumber energi fotosintesis. Bila ternaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terhambat. Kelapa tumbuh optimal pada suhu 20–27 °C dan sangat peka pada suhu rendah. Pada suhu <15 °C, perubahan fisiologis dan morfologis akan terjadi pada tanaman kelapa. Kelapa akan tumbuh dengan baik pada kelembapan (rH) bulanan rata-rata 70–80%, dan rH minimumnya 65%. Bila rH udara rendah atau evapotranspirasi tinggi, tanaman akan kekeringan dan buah jatuh lebih awal (sebelum masak), tetapi bila rH terlalu tinggi hama dan penyakit tanaman akan mudah timbul. Tanaman kelapa tumbuh optimal di dataran rendah atau pada ketinggian 0–450 m dpl. Pada ketinggian 450–1000 m dpl kelapa akan berbuah lebih lambat, produksi sedikit, serta kadar minyaknya rendah.

Tanaman kelapa tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti aluvial, vulkanis, laterit, berpasir, tanah liat, ataupun tanah berbatu, tetapi tanah yang paling baik untuk pertumbuhan kelapa adalah pada endapan aluvial. Kelapa dapat tumbuh baik pada pH 5–8, dan optimumnya pada pH 5,5–6,5. Pada tanah dengan pH di atas 7,5 dan tidak terdapat keseimbangan unsur hara, tanaman kelapa sering menunjukkan gejala-gejala defisiensi, seperti defisiensi besi atau mangan. Kelapa membutuhkan kandungan air tanah yang sama dengan laju evapotranspirasirasi atau dalam bahasa lainnya air tanah cukup tersedia. Keseimbangan air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah terutama struktur, kandungan bahan organik dan keadaan penutup tanah. Kedalaman solum tanah yang dikehendaki minimal 80–100 cm. Tanaman kelapa membutuhkan lahan yang datar dengan tingkat kemiringan 0–3%. Pada lahan yang tingkat kemiringannya tinggi yakni antara 3–50%, areal tanaman kelapa harus dibuat berteras, tujuannya adalah untuk mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, serta memperbaiki tanah yang mengalami erosi.[8]

Pemanfaatan

sunting
 
Glugu
 
Memetik kelapa
 
Batang kelapa
 
Kelapa di Kumbh Mela, India

Kelapa adalah pohon serbaguna bagi masyarakat tropika. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan orang. Akar kelapa menginspirasi penemuan teknologi penyangga bangunan Cakar Ayam (dipakai misalnya pada Bandar Udara Soekarno Hatta) oleh Sedijatmo.

Kayu dari batangnya, yang disebut kayu glugu, dipakai orang sebagai kayu dengan mutu menengah, dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah.

Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda kelapa, disebut janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik, terutama oleh masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai upacara, dan menjadi bentuk kerajinan tangan yang berdiri sendiri (seni merangkai janur). Tangkai anak daun yang sudah dikeringkan, disebut lidi, dihimpun menjadi satu menjadi sapu.

 
Mayang kelapa, dengan seludang bunga (spatha).

Tandan bunga yang masih muda, yang disebut mayang (sebetulnya nama ini umum bagi semua bunga palma) atau manggar dalam bahasa Jawa, dipakai orang untuk hiasan dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu. Mayang oleh orang Jawa-Mataraman dipakai sebagai bahan pengganti gori dalam pembuatan gudeg dan disebut gudeg manggar. Bunga betina atau buah mudanya, disebut bluluk dalam bahasa Jawa, dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari tangkai bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs. Jawa), dapat diminum sebagai penyegar atau difermentasi menjadi tuak. Gula kelapa juga dibuat dari nira ini.

 
Buah kelapa muda, air di dalamnya dapat diminum.
 
Bagian dalam tempurung kelapa, memperlihatkan "daging" buah kelapa, bahan baku kopra.

Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian mesokarp yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam bagi anggrek. Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah bagian endokarp, dipakai sebagai bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan bahan baku berbagai kerajinan tangan.

 
Es kelapa muda atau es dawegan.

Endosperma buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang melekat di dinding dalam batok ("daging buah kelapa") adalah sumber penyegar populer. Daging buah muda berwarna putih dan lunak serta biasa disajikan sebagai es kelapa muda atau es degan.[9] Cairan ini mengandung beraneka enzim dan memilki khasiat penetral racun dan efek penyegar/penenang. Beberapa kelapa bermutasi sehingga endapannya tidak melekat pada dinding batok melainkan tercampur dengan cairan endosperma. Mutasi ini disebut (kelapa) kopyor. Daging buah tua kelapa berwarna putih dan mengeras. Sarinya diperas dan cairannya dinamakan santan. Daging buah tua ini juga dapat diambil dan dikeringkan serta menjadi komoditas perdagangan bernilai ekonomis, yang disebut kopra. Kopra adalah bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Cairan buah tua biasanya tidak menjadi bahan minuman penyegar dan merupakan limbah industri kopra. Namun, cairan ini dapat dimanfaatkan lagi untuk dibuat menjadi bahan semacam jelly yang disebut nata de coco dan merupakan bahan campuran minuman penyegar. Daging buah kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah aroma pada masakan daging serta dapat dimanfaatkan sebagai obat rambut yang rontok dan mudah patah.[10] Daging kelapa yang dikeringkan dan digiling dapat dimanfaatkan sebagai tepung kelapa.[11]

Produksi kelapa di Indonesia

sunting

Kelapa banyak terdapat di negara-negara Asia dan Pasifik yang menghasilkan 5,3 juta ton (82%) produksi dunia yang meliputi 12 negara, sedangkan sisanya oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan. Indonesia merupakan negara perkelapaan terluas yang tersebar di Riau, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Jambi, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Indonesia menempati posisi produsen kelapa terbesar di dunia dengan jumlah produksi 183 juta ton per tahun pada tahun 2018.[butuh rujukan] Sebagian besar kelapa Indonesia diproduksi di provinsi Sulawesi Utara (dahulu termasuk Gorontalo).

Dalam sejarah kuno

sunting

Kelapa atau nyiur (Melayu Kuno: ñīyur) adalah salah satu dari empat macam palma yang disebut-sebut dalam Prasasti Talang Tuo dari tahun 684 M.[12]:39

Kesenian

sunting

Di Indonesia, kelapa juga digunakan sebagai bahan tanaman untuk membuat bonsai. Beberapa jenis bonsai kelapa yang umumnya dijumpai di masyarakat yaitu:[13]

  • Bonsai kelapa gading merah
  • Bonsai kelapa gading susu
  • Bonsai kelapa albino

Referensi

sunting
  1. ^ "Cocos L., Sp. Pl.: 1188 (1753)". World Checklist of Selected Plant Families. Royal Botanic Gardens, Kew. 2022. Diakses tanggal 29 May 2022. 
  2. ^ (Indonesia) Arti kata nyiur dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  3. ^ Royal Botanic Gardens, Kew. Cocos. World Checklist of Selected Plant Families.
  4. ^ J. Pearsall, ed. (1999). "Coconut". Concise Oxford Dictionary (edisi ke-10th). Oxford: Clarendon Press. ISBN 0-19-860287-1. 
  5. ^ Dalgado, Sebastião. "Glossário luso-asiático". google.com. hlm. 291. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 2, 2016. 
  6. ^ a b "Cocos nucifera L. (Source: James A. Duke. 1983. Handbook of Energy Crops; unpublished)". Purdue University, NewCROP – New Crop Resource. 1983. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 3, 2015. Diakses tanggal June 4, 2015. 
  7. ^ "Coconut botany". Agritech Portal, Tamil Nadu Agricultural University. December 2014. Diakses tanggal 14 December 2017. 
  8. ^ Tamil Nandu Agricultural University. 2010. Coconut Planting Seasons and Climate. [online]. http://www.agritech.tnau.ac.in/expert_system/coconut/coconut/coconut_planting_seasons.html. Diakses 3 April 2019 pukul 4.54
  9. ^ Fany (03 Oktober 2021). "6 Khasiat Minum Air Kelapa, Tekanan Darah Tinggi Langsung Ambyar". JPNN.com. 
  10. ^ Burton, James. 2018. The World Leaders in Coconut Production. [online]. https://www.worldatlas.com/articles/the-world-leaders-in-coconut-production.html. Diakses Jumat, 5 April 2019 pukul 12.13
  11. ^ Nova P. Kumolontang (2014) "Tepung Kelapa sebagai Substituen Parsial dalam Pembuatan White Bread" Jurnal Penelitian Teknologi Industri
  12. ^ Coedes, G. (1930). "Les inscriptions malaises de Çrivijaya", BEFEO tome 30(1): 29-80.
  13. ^ Setiawan, Sakina Rakhma Diah (2022-01-14). Setiawan, Sakina Rakhma Diah, ed. "Cara Membuat Bonsai Kelapa dan Panduan Merawatnya". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-02-07. 

Lihat juga

sunting

Pranala luar

sunting