Mgr. Darius Nggawa, S.V.D. (1 Mei 1929 – 9 Januari 2008) adalah Uskup Emeritus di Keuskupan Larantuka yang sebelumnya menjabat dari tahun 1974 hingga 2004.


Darius Nggawa

Uskup Emeritus Larantuka
GerejaGereja Katolik Roma
KeuskupanLarantuka
Penunjukan28 Februari 1974
(44 tahun, 303 hari)
Masa jabatan berakhir
16 Juni 2004
(75 tahun, 46 hari)
PendahuluAntonius Hubertus Thijssen, S.V.D.
PenerusFransiskus Kopong Kung
Imamat
Tahbisan imam
12 Oktober 1955[1]
(26 tahun, 164 hari)
Tahbisan uskup
16 Juni 1974
(45 tahun, 46 hari)
oleh Antonius Hubertus Thijssen, S.V.D.
Informasi pribadi
Nama lahirDarius Wilhelmus Nggawa
Lahir(1929-05-01)1 Mei 1929
Nggela, Wolojita, Ende, NTT  Hindia Belanda
Meninggal9 Januari 2008(2008-01-09) (umur 78)
Indonesia Rumah Sakit Santa Elisabeth
Lela, Sikka, NTT
Makam13 Januari 2008
Gereja Katedral Ratu Rosari Larantuka Lokea, Larantuka, Flores Timur
KewarganegaraanIndonesia
DenominasiKatolik Roma
Orang tuaAyah: Herman Yoseph Radja
Ibu: Maria Rae
Semboyan"Veritatem facientes in caritate" (Efesus 4:15)
(Menyatakan kebenaran di dalam kasih)[2]

Latar belakang

sunting

Darius lahir dari pasangan Herman Yoseph Radja dan Maria Rae. Mereka memberinya nama 'Nggawa'.[3] Ia dipermandikan pada 16 Juli 1929 oleh Pastor Suntrup, S.V.D. Pada tahun 1941, ia mulai menempuh pendidikan di Seminari Mataloko. Ia melanjutkan pendidikannya di Seminari Tinggi Mataloko sejak tahun 1948. Pada tahun 1954, Darius sempat mengalami sakit berat. Pada 12 Oktober 1955 ia ditahbiskan menjadi imam bersama dengan R.P. Hendrik Djawa, S.V.D. dan R.P. Alo Mitan, S.V.D. Saat itu ia memilih moto tahbisan "Lihatlah, Aku Telah Kau Panggil" (1Sam 3:8).

Setelah tahbisan, Darius bekerja sebagai pastor paroki Kisol, Manggarai serta sebagai seorang guru seminari selama tiga tahun. Pada 1959 hingga 1964, ia melanjutkan studi sejarah Asia Timur dan Tenggara sampai tingkat doktoral di Universitas Santo Thomas, Manila, Filipina sambil mengajar di Christ the King Mission Seminary. Sekembali dari Filipina, ia ditugaskan menjadi guru di SMAK Syuradikara Ende selama setahun sebelum menjadi dosen di STFK Ledalero untuk mata kuliah sejarah gereja dan misiologi yang dijalaninya sejak 1966 hingga 1972. Tiga tahun pertama, ia berstatus sebagai Prefek dan tiga tahun selanjutnya menjadi praeses. Ia kemudian menjadi Regional dalam Regio SVD Ende dan menjadi orang Indonesia pertama yang terpilih sebagai pemimpin Serikat Regio Ende.[4]

Pada 28 Februari 1974, Tahta Suci menunjuknya sebagai Uskup Larantuka. Ia ditahbiskan menjadi Uskup pada 16 Juni 1974. Antonius Hubertus Thijssen, S.V.D., Uskup Tituler Eguga yang tengah menjabat sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Denpasar menjadi Uskup Penahbis Utama. Ia didampingi oleh Uskup Agung Ende Donatus Djagom, S.V.D. dan Uskup Ruteng Vitalis Djebarus, S.V.D. Tahbisan berlangsung di Stdion Ile Mandiri, Larantuka. Dalam misa ini, ordinarium Misa Dolo-Dolo yang diciptakan Matius Wari Weruin untuk pertama kali dibawakan.

Darius memilih moto tahbisan Veritatem facientis in Caritate yang berarti melaksanakan kebenaran dalam cinta kasih (Efesus 4:15). Ia berkeyakinan bahwa perjuangan untuk kebenaran dan keadilan harus dilandaskan pada kasih Kristiani.[5]

Darius memberi perhatian yang lebih serius terhadap Komunitas Basis sebagai cara menggereja keuskupan Larantuka. Alasan utama gagasan ini adalah karena tuntutan konteks.[6]

Ia menjadi Uskup Penahbis Pendamping Uskup Ruteng, Eduardus Sangsun, S.V.D. pada 25 Maret 1985.[7] Sementara, ia menjadi Penahbis Utama bagi dua orang uskup lainnya, yakni Mgr. Hilarius Moa Nurak, S.V.D. sebagai Uskup Pangkalpinang pada 30 Maret 1987 dan bagi Mgr. Fransiskus Kopong Kung sebagai Uskup Koajutor Larantuka pada 10 Januari 2002.

Ia menjabat sampai dengan 16 Juni 2004, karena mengundurkan diri dan sejak itu menjadi Uskup Emeritus di Keuskupan Larantuka. Hari itu merupakan peringatan 30 tahun tahbisan episkopalnya.

Mgr. Darius Nggawa meninggal dunia di rumah sakit Santa Elisabeth, Lela, Maumere pada hari Rabu pagi, tgl. 9 Januari 2008, jam 09.03 Waktu Indonesia Tengah, dalam usia 79 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman Doa Gereja Katedral Keuskupan Larantuka pada 13 Januari 2008.[8] Acara penguburan ini dihadiri ribuan umat, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah dan simpatisan. Selebran utama perayaan misa requiem adalah Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota, dengan didampingi Uskup Weetabula, Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, S.V.D., Uskup Ruteng, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD, dan Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, serta 17 orang pastor lainnya.[9]

Setelah misa, peti jenazah diusung menuju tempat pemakaman di Taman Doa Maria Bintang Laut. Terlihat hadir pula antara lain Provinsial SVD Ende, Pater Amatus Woi, SVD, utusan Dirjen Bimas Katolik, Wakil Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, Bupati Lembata, Drs. Andreas Duli Manuk dan Wakil Bupati, Drs. Andreas Nula Liliweri, Bupati Sikka, Drs. Alex Longginus dan Wakil Bupati, Drs. Yos Ansar Rera, Wakil Bupati Flotim, Yoseph Lagadoni Herin, S.Sos, Ketua DPRD Flotim, Mikhael Betawi Tokan, S.Fil serta segenap anggota Muspida Kabupaten Flotim.

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting
Jabatan Gereja Katolik
Didahului oleh:
Antonius Hubertus Thijssen, S.V.D.
Uskup Larantuka
28 Februari 1974 – 16 Juni 2004
Diteruskan oleh:
Franciscus Kopong Kung