Fransiskus Kopong Kung
Fransiskus Kopong Kung (lahir 3 Agustus 1950) adalah Uskup di Keuskupan Larantuka yang telah menjabat sejak 16 Juni 2004.
Yang Mulia Fransiskus Kopong Kung | |
---|---|
Uskup Larantuka | |
Gereja | Gereja Katolik Roma |
Keuskupan | Larantuka |
Penunjukan | 16 Juni 2004 (20 tahun, 191 hari) |
Pendahulu | Darius Nggawa, S.V.D. |
Imamat | |
Tahbisan imam | 29 Juni 1982 (42 tahun, 178 hari)[1] |
Tahbisan uskup | 10 Januari 2002 (22 tahun, 349 hari) oleh Darius Nggawa, S.V.D. |
Informasi pribadi | |
Nama lahir | Fransiskus Kopong Kung |
Lahir | 3 Agustus 1950 Lamika, Demon Pagong, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur |
Kewarganegaraan | Indonesia |
Denominasi | Katolik Roma |
Kediaman | Jalan Mgr Miguel Rangel 1 Larantuka, Larantuka, Flores Timur[2] |
Jabatan sebelumnya |
|
Lambang |
Karya
suntingFrans ditahbiskan menjadi imam pada hari Selasa, 29 Juni 1982. Ia terpilih menjadi Uskup Koajutor Keuskupan Larantuka pada hari Selasa, 2 Oktober 2001. Ia ditahbiskan menjadi Uskup pada hari Kamis, 10 Januari 2002. Uskup Larantuka, Darius Nggawa, S.V.D. menjadi Penahbis Utama dengan didampingi oleh Uskup Agung Ende Longinus Da Cunha dan Uskup Jayapura Leo Laba Ladjar, O.F.M.. Ia mengambil dua moto, yakni "Aku ini hamba Tuhan" (Luk 1:30) dan "Semoga mereka semua bersatu, supaya dunia percaya" (Yoh 17:21).[3]
Seiring dengan diterimanya pengunduran diri Mgr. Darius Nggawa pada hari Rabu, 16 Juni 2004, secara otomatis ia meneruskan kepemimpinan di Larantuka.
Frans menjadi Uskup Pentahbis Pendamping bagi Mgr. Silvester Tung Kiem San sebagai Uskup Denpasar pada hari Kamis, 19 Februari 2009.
Frans menjadi Ketua Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia dalam dua kepengurusan sejak 2012.[4] Pada tahun 2015, diadakan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2015 yang mengambil tema "Keluarga Katolik: Sukacita Injil".[5]
Terkait demonstrasi yang diadakan oleh para imam di Dekanat Lembata untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran terkait kasus pembunuhan berencana terhadap Lorens Wadu, Frans tidak melakukan pelarangan, tetapi juga mengingatkan agar mereka tidak tercebur ke dalam dunia politik praktis.[6]
Pada hari Rabu, 26 September 2018, Mgr. Frans bertindak sebagai Uskup Penahbis Pendamping bagi Mgr. Ewaldus Martinus Sedu sebagai uskup ketiga Maumere bersama dengan Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota. Bertindak sebagai Uskup Penahbis Utama ialah Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, S.V.D. yang merupakan pendahulu Mgr. Ewal di Keuskupan Maumere.[7]
Referensi
sunting- ^ "Catholic Hierarchy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-20. Diakses tanggal 4 Januari 2013.
- ^ "Nama Uskup dan Keuskupan Se-Indonesia" (PDF). Kementerian Agama Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-08-23. Diakses tanggal 24 Agustus 2019.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-28. Diakses tanggal 2016-08-24.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-16. Diakses tanggal 2016-08-24.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-10. Diakses tanggal 2016-08-24.
- ^ "Uskup Larantuka: Saya Larang Pastor Saya Berpolitik Praktis". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-25. Diakses tanggal 2016-08-24.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-20. Diakses tanggal 2018-09-09.
Pranala luar
suntingJabatan Gereja Katolik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Darius Nggawa |
Uskup Larantuka 16 Juni 2004–kini |
Petahana |