Efek Matius
Efek Matius atau keunggulan kumulatif adalah sebuah fenomena sosial dimana yang kaya menjadi semakin kaya sedangkan yang miskin menjadi semakin miskin.[1] Istilah "efek matius" pertama kali diperkenalkan oleh ahli sosiologi Robert Merton pada 1968.[1] Ia mengambil nama efek Matius dari sebuah ayat di Injil Matius yang berbunyi:[1][2]
Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
.
Merton dalam tulisannya "Efek Matius dalam Sains" mengemukakan bagaimana ilmuwan yang sudah terkenal mendapatkan penghargaan lebih ketika mereka bekerjasama dengan ilmuwan lainnya yang tidak begitu terkenal.[1] Ia juga menceritakan mengenai suatu riset yang mengungkapkan bahwa 69 persen dari penerima penghargaan Nobel berasal dari enam universitas ternama (Universitas Harvard, Universitas California, Berkeley, Universitas Columbia, Institut Teknologi California, Universitas Princeton dan Universitas Chicago) yang hanya menghasilkan sebesar 22 persen dari total doktor di bidang biologi dan fisika.[1]
Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya, "Angsa Hitam" ("The Black Swan") mengilustrasikan efek matius dengan penulis makalah akademis.[3] Diandaikan penulis tersebut mengutip 50 orang yang pernah meneliti subjek yang sama dan ke-50 orang tersebut memiliki kualitas yang sama.[3] Kemudian penulis lainnya mengutip tiga di antara 50 orang tersebut secara acak.[3] Lalu penulis ketiga yang membaca makalah penulis kedua memilih tiga pengarang tersebut untuk dikutip.[3] Hasilnya, ketiga pengarang itu menjadi lebih terkenal karena nama mereka menjadi terkait lebih erat dengan subjek yang digarap.[3] Pada kenyataannya, ketiga pengarang tersebut tidak lebih baik dari 47 orang lainnya hanya saja mereka lebih beruntung.[3] Mereka dipilih bukan karena ketrampilan yang menonjol melainkan karena mereka telah muncul dalam daftar pustaka lebih dulu.[3]
Malcolm Gladwell melalui bukunya "Outliers" mengisahkan tentang Robert Oppenheimer, penemu bom atom, dan membandingkannya dengan Christopher Langan, yang memiliki IQ 195.[4][5] Oppenheimer mendapat perhatian karena keadaannya yang mendukung; ia besar di daerah elit di Manhattan, anak seorang pebisnis sukses dan masuk ke sekolah unggulan.[4] Hal-hal tersebut membuat Oppenheimer berhasil mendapatkan banyak pekerjaan yang sebenarnya ia tidak kuasai.[4] Sementara itu, Langan yang adalah juga seorang jenius bernasib lebih buruk.[4] Ia besar di kota kecil Montana, miskin dan memiliki ayah tiri yang kasar.[4] Meskipun memiliki IQ yang tinggi, ia gagal menyelesaikan studinya di universitas karena kemampuan sosialnya yang rendah.[4] Kemampuan sosial yang rendah ini menurut Gladwell merupakan hasil dari hidupnya yang bergelut dengan kemiskinan.[4]
Lihat pula
suntingRujukan
sunting- ^ a b c d e (Inggris) Merton, Robert K. (1968). The Matthew Effect in Science (PDF). Jurnal Sains.
- ^ Injil Matius, 13:12. Lembaga Alkitab Indonesia.
- ^ a b c d e f g Taleb, Nassim Nicholas (2009). The Black Swan. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-4156-3. Halaman 293.
- ^ a b c d e f g Gladwell, Malcolm (2008-11-18). Outliers: The Story of Success (edisi ke-1). Little, Brown and Company. ISBN 0316017922.
- ^ Shaywitz, David A. (2008-11-15). "The Elements of Success". The Wall Street Journal. Diakses tanggal 2009-01-12.