Efek misinformasi

fenomena ingatan seseorang tidak akurat pasca suatu peristiwa

Efek Misinformasi (Inggris: misinformation effect) dapat terjadi ketika ingatan seseorang terhadap memori episodik kurang akurat pasca suatu peristiwa.[1] Memori episodik adalah memori atau ingatan terhadap peristiwa dalam kehidupan sehari-hari atau kumpulan pribadi masa lampau seseorang.[2] Efek misinformasi ini bisa juga disebut dengan informasi ilusi, dapat terjadi ketika seseorang diajukan pertanyaan atas suatu peristiwa.[3]

Definisi

sunting

Misinformasi adalah informasi yang tidak akurat dan tidak benar atau keliru yang disebarkan bukan bermaksud untuk mengelabui penerima informasi tersebut. Karakteristik utama dari misinformasi yakni tidak disengaja, akan tetapi dapat berdampak buruk bagi penerima informasi. Contoh misinformasi, tersebar berita manfaat sebuah obat tertentu, akan tetapi belum atau tidak didukung oleh bukti ilmiah dari bidang kesehatan bahwa obat tersebut dapat menyembuhkan penyakit yang dimaksudkan.[4]

Kesalahan informasi terjadi pada seseorang pasca sebuah kejadian atau peristiwa. Ketika peristiwa terjadi, seseorang hanya mengingat beberapa bagian saja yang menurutnya penting, dan tidak mengingat keseluruhan peristiwa itu. Dalam memori orang tersebut, tersimpan potongan-potongan kronologi yang tidak utuh. Ketika orang tersebut menjadi saksi atas peristiwa itu, ia akan menyusun sebuah narasi berdasarkan potongan-potongan peristiwa yang ada di dalam ingatannya. Pada saat inilah, terjadi sebuah kerentanan, muncul sebuah informasi ilusi, karena sebuah informasi yang sama sekali tidak terjadi berdasarkan kronologi, bisa menjadi muncul pada kesaksian tersebut.[3] Informasi yang salah dapat mendistorsi atau memutarbalikkan fakta terhadap suatu peristiwa. Fenomena inilah yang disebut dalam dunia psikologi sebagai efek misinformasi.[5]

Pihak paling rentan

sunting

Informasi yang tidak akurat, dapat memiliki efek negatif bagi penerima informasi. Pihak paling rentan terhadap misinformasi dapat dilihat dari beberapa faktor. Para peneliti telah menyelidiki dampak misinformasi terharap berberapa golongan usia.[6] Anak kecil atau balita adalah usia paling rentan terhadap misinformasi, jika dibandingkan dengan anak-anak yang lebih tua atau yang sudah sekolah. Kelompok usia lainnya juga dapat menerima misinformasi.[7] Para peneliti berpendapat, orang yang memiliki kepribadian introvert menjadi pihak yang paling rentan. Orang yang introvert cenderung mudah menerima misinformasi karena kurang percaya diri terhadap ingatannya.[8]

Selain faktor usia dan kepribadian, golongan yang paling rentan terhadap misinformasi ialah daya ingat. Orang yang memiliki daya ingat kuat, lebih mudah menangkap informasi dan mengingat kejadian yang dialami. Sementara orang yang memiliki daya ingat lemah, lebih mudah menyebarkan misinformasi.[9]

Mengurangi efek misinformsi

sunting

Ada beberapa cara untuk mengurangi efek misinformasi.

Meningkatkan percaya diri

sunting

Dalam hasil studi yang dilakukan para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengalami efek misinformasi memiliki tingkat kepercayaan diri yang kurang terhadap kemampuan ingatan mereka. ketidakpercayaan pada diri sendiri juga bisa muncul karena berhadapan dengan sebuah pendapat yang didukung oleh banyak orang.[3] Dengan meningkatnya kepercayaan diri seseorang, memiliki umpan positif dan dapat melemahkan efek misinformasi.[10]

Koreksi misinformasi

sunting

Melakukan koreksi pada sebuah misinformasi dapat mengurangi efek misinformasi. Meskipun demikian, cara ini kurang efektif dilakukan kepada orang yang sering mengalami misinformasi. Sebuah meta-analisis yang dilakukan para peneliti menemukan fakta bahwa memperingati orang yang terpapar misinformasi bahwa yang mereka sampaikan adalah salah, efektif untuk mengurangi efek misinformasi.[11] Informasi yang disampaikan kepada orang lain akan menjadi bahaya, apabila berbeda jauh dari kebenaran. Maka, penting untuk waspada dan tidak buru-buru untuk meyakini sebuah informasi yang diterima.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ Wayne Weiten (2010). Psychology: Themes and Variations: Themes and Variations (dalam bahasa Inggris). Cengage Learning. hlm. 338. ISBN 978-0-495-60197-5. Diakses tanggal 9 Desember 2024. 
  2. ^ Schacter, Daniel L.; Gilbert, Daniel T.; Wegner, Daniel M. (2009). "Semantic and episodic memory". Psychology (dalam bahasa Inggris). Macmillan. hlm. 185–6. ISBN 9780716752158. Diakses tanggal 9 Desember 2024. 
  3. ^ a b c d "Efek Misinformasi: Efek Ilusi Sebuah Informasi". majalah1000guru.net. Diakses tanggal 13 Desember 2024. 
  4. ^ "Mengenal Istilah Disinformasi, Misinformasi, dan Malinformasi, Ini Perbedaanya". www.liputan6.com. 
  5. ^ "The Misinformation Effect dan False Memories". id.reoveme.com. Diakses tanggal 13 Desember 2024. 
  6. ^ Loftus, E. (2005). "Planting misinformation in the human mind: A 30-year investigation of the malleability of memory". Learning & Memory (dalam bahasa Inggris). 12 (4): 361–366. doi:10.1101/lm.94705 . PMID 16027179. 
  7. ^ Bruck, Maggie; Ceci, Stephen J. (February 1999). "The Suggestibility of Children's Memory". Annual Review of Psychology (dalam bahasa Inggris). 50 (1): 419–439. doi:10.1146/annurev.psych.50.1.419. ISSN 0066-4308. PMID 10074684. Diakses tanggal 10 Desember 2024. 
  8. ^ Ward, R.A., & Loftus, E.F., RA; Loftus, EF (1985). "Eyewitness performance in different psychological types". Journal of General Psychology. 112 (2): 191–200. doi:10.1080/00221309.1985.9711003. PMID 4056764. 
  9. ^ Jaschinski, U., & Wentura, D. (2004). "Misleading postevent information and working memory capacity: an individual differences approach to eyewitness memory". Applied Cognitive Psychology. 16 (2): 223–231. doi:10.1002/acp.783 . 
  10. ^ Blank, Hartmut (September 1998). "Memory States and Memory Tasks: An Integrative Framework for Eyewitness Memory and Suggestibility". Memory. 6 (5): 481–529. doi:10.1080/741943086. ISSN 0965-8211. PMID 10197161. 
  11. ^ Blank, Hartmut; Launay, Céline (2014-06-01). "How to protect eyewitness memory against the misinformation effect: A meta-analysis of post-warning studies". Journal of Applied Research in Memory and Cognition (dalam bahasa Inggris). 3 (2): 77–88. doi:10.1016/j.jarmac.2014.03.005. ISSN 2211-3681. Diakses tanggal 19 Desember 2024.