Eurafrique atau Eurafrika (keduanya gabungan kata "Eropa" dan "Afrika" dalam bahasa Prancis dan Jerman) adalah gagasan kemitraan strategis antara Afrika dan Eropa. Pada tahun 1920-an, kelangsungan dan peran masa depan Eropa dalam sejarah dianggap erat kaitannya dengan keberhasilan penggabungan dengan Afrika.[1] Sebagai proyek politik asli, Eurafrique memainkan peran penting dalam perkembangan awal Uni Eropa,[2] namun semakin terlupakan. Mengikuti EU Strategy for Africa dan kontroversi seputar Euromediterranean Partnership, istilah ini mulai populer kembali dalam beberapa tahun terakhir.[3]

Animasi wilayah negara anggota Uni Eropa (Masyarakat Eropa pra-1993) sesuai tahun bergabung. Aljazair keluar tahun 1962, Greenland keluar tahun 1982
Ratu Sheba dan Salomo, jendela Kubah Köln, 1280

Tentang sunting

Istilah ini sudah ada sejak masa kekaisaran tinggi abad ke-19. Istilah ini memiliki peran penting dalam sejumlah khayalan teknokrat seperti Atlantropa pada tahun 1920-an dan 1930-an[4] (mirip proyek Desertec yang gagal[5]). Eurafrika berusaha menyatukan benua Afrika yang penuh bahan mentah dengan benua Eropa.[6] Erich Obst adalah salah satu pengusung Eurafrique pada Perang Dunia II.[4]

Pada tahun 1920-an, Richard Nikolaus Coudenhove-Kalergi mendirikan gerakan penyatuan Eropa pertama. Uni Paneropa yang digagasnya menginginkan aliansi Eurafrika dengan menjadikan koloni Eropa sebagai "mahar"[7] sehingga menjadi pangkalan penting bagi Eropa untuk mengimbangi Amerika dan Asia.[8][9] Pandangan Coudenhove-Kalergis memiliki unsur-unsur rasis (positif) karena ia mengklaim bahwa Eurafrika akan menyatukan budaya adiluhung Eropa dengan budaya primitif Afrika dan menguntungkan satu sama lain.[10] Luiza Bialasiewicz menyebut Eurafrika Karl Haushofer sebagai wilayah geopolitik terpenting ketiga di dunia.[11]

Pembahasan soal kemitraan ini berubah dari diskusi politik dan ekonomi biasa menjadi diskusi releva yang terkait dengan lingkup emosi dan seksualitas pada masa antarperang.[12]

Eurafrika masih menjadi impian politik yang tinggi sampai akhir Perang Dunia II. Eurafrika kemudian mendapat pengaruh politik yang nyata sebagai bagian dari tahap awal penyatuan Eropa. Karena memiliki posisi geografis dan sah, bekas wilayah Prancis, Aljazair, yang pada tahun 1950-an merupakan bagian dari Uni Eropa, menjadi titik utama visi Eurafrique Prancis.

Konsep Eurafrique Léopold Sédar Senghor sangat erat hubungannya dengan Négritude yang memperkenalkan pencapaian budaya Afrika. Ia menyetarakan wilayah sub-Sahara dengan Eropa dalam kontinuum budaya yang sama.[13] "Elégie pour la Reine de Saba" yang diterbitkan dalam Elégies majeures tahun 1976 menggunakan legenda Ratu Syeba sebagai syair cinta dan pesan politik. Istilah Africanité / Negritude yang dicetuskan Senghor mencakup Afrika Arab-Berber.[14]

Revolusi 1989 di Blok Timur memicu perubahan mendadak yang mengaburkan ketertarikan Eropa terhadap kerja sama Eropa-Afrika yang lebih erat. Berbeda dengan rencana aslinya, perluasan Eropa dalam beberapa tahun terakhir mengarah ke timur dan tidak melintasi Laut Mediterania.

Wadah pemikir Jerman, Konrad Adenauer Foundation, pada tahun 2009 melihat tidak adanya kesamaan isu politik dan ekonomi dan mencoba berfokus pada perspektif spiritual dan budaya Eurafrika.[15]

Referensi sunting

  1. ^ Eurafrica: The Untold History of European Integration and Colonialism, Peo Hansen, Stefan Jonsson, Bloomsbury Publishing, 23.10.2014
  2. ^ Guy Martin: Africa and the Ideology of Eurafrica: NeoColonialism or PanAfricanism?. In: The Journal of Modern African Studies. Nr. 20, 1982, S. 221.
  3. ^ Communication from the Commission to the European Parliament and the Council of 27 June 2007 - From Cairo to Lisbon – The EU-Africa Strategic Partnership
  4. ^ a b Politische Geographien Europas: Annäherungen an ein umstrittenes Konstrukt, Anke Strüver, LIT Verlag Münster, 2005, p.43
  5. ^ Hsozcult review (German), Mediterrane Stromvisionen, Von Atlantropa zu DESERTEC? Alexander Gall, in Zeitgeschichte (nach 1945) U. Fraunholz u.a. (Hrsg.): Technology Fiction Technology Fiction. Technische Visionen und Utopien in der Hochmoderne, 1800/2000. Kulturgeschichte der Moderne 10, ed. Fraunholz, Uwe; Woschech, Anke, Bielefeld, Transcript 2012 ISBN, 978-3-8376-2072-6
  6. ^ Thomas Moser: Europäische Integration, Dekolonisation, Eurafrika. Eine historische Analyse über die Entstehungsbedingungen der eurafrikanischen Gemeinschaft von der Weltwirtschaftskrise bis zum Jaunde-Vertrag, 1929-1963., 2000, p. 95.
  7. ^ Peo Hansen/Stefan Jonsson: BRINGING AFRICA AS A ‘DOWRY TO EUROPE’. In: Interventions: International Journal of Postcolonial Studies. Nr. 13:3, 2011, S. 448f.
  8. ^ Caudenhove-Kalergi: Paneuropa-Manifest. Paneuropa. Nr. 9, 1933.
  9. ^ Thomas Moser: Europäische Integration, Dekolonisation, Eurafrika. Eine historische Analyse über die Entstehungsbedingungen der eurafrikanischen Gemeinschaft von der Weltwirtschaftskrise bis zum Jaunde-Vertrag, 1929-1963., 2000, p. 104.
  10. ^ Paneuropa, Band 5, 1929
  11. ^ Luiza Bialasiewicz, ed. (2011) Europe in the World: EU Geopolitics and the Making of European Space. Aldershot: Ashgate (Critical Geopolitics Series), p.69
  12. ^ European Review of History: Revue européenne d'histoire Volume 11, Issue 2, 2004 Political imagination, sexuality and love in the Eurafrican debate DOI:10.1080/1350748042000240578 Liliana Ellenaa pages 241-272
  13. ^ Eurafrique as the Future Past of Black France: Sarkozy's Temporal Confusion and Senghor's Postwar Vision / Gary Wilder, in Black France / France Noire: The History and Politics of Blackness, Trica Danielle Keaton, T. Denean Sharpley-Whiting, Tyler Stovall, Tyler Edward Stovall, Duke University Press, 26.06.2012
  14. ^ Spleth, Janice. The Arabic Constituents of Africanité: Senghor and the Queen of Sheba. Research in African literatures, Winter 2002, vol. 33, no 4, p. 60-75.Review on Muse
  15. ^ Zukunftsfragen: I @questi del futuro. Eurafrika, Band 3, Markus Krienke, Wilhelm Staudacher, Konrad-Adenauer-Stiftung, Konrad Adenauer Stiftung, 2009 (Hgg./edd.), (available in German and Italian)

Pranala luar sunting