Ficus punctata adalah spesies tumbuhan dari famili Moraceae (suku ara-araan) yang dapat ditemukan di bioma beriklim tropis basah yang tersebar mulai dari Taiwan selatan, Indo-China hingga kawasan Malesia. Pada tahun 1786, Carl Peter Thunberg memperkenalkan nama ilmiah Ficus punctata. [1][2] Habitat spesies ini adalah hutan dataran rendah hingga pegunungan, juga di perkebunan kelapa dan habitat terganggu lainnya, pada ketinggian hingga 1700 m.[3]

Ficus punctata Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanPlantae
DivisiTracheophytes
OrdoRosales
FamiliMoraceae
GenusFicus
SpesiesFicus punctata Edit nilai pada Wikidata
Thunberg, 1786

Morfologi

sunting

Batang dan Percabangan

sunting

Spesies ini tumbuh merambat dengan akar bebas yang berasal dari batang dan cabang, yang nantinya menempel pada batang dan cabang pohon inang. Pada pohon yang sudah tua, dapat terbentuk batang mirip liana yang relatif tebal pada batang inang, serta cabang berdaun yang menjuntai. Sering terlihat merayap di tanah. Ranting-ranting mengering berwarna cokelat (hingga kehitaman). Batangnya dapat mengeluarkan getah putih susu.[4][5]

Daunnya sederhana, tersusun berselang - seling, dengan stipula tunggal atau berpasangan. Bentuk daun adalah belah ketupat dengan bagian bawah berpola khas. Daunnya berubah bentuk saat menjulur ke luar, menjadi lebih membulat. Panjang dan lebar daun masing - masing adalah 1-12 cm dan 0,5-7,5 cm. Tekstur helaian daun adalah kasar. Bagian atas daun berwarna hijau tua mengilap dan bagian bawah daun berwarna hijau muda dengan venasi jaring yang menonjol. Tepi dan sisi bawah daun berbulu jarang. Selain itu, tangkai daun berbulu.[3][4]

Bunga dan Buah

sunting

F. punctata memiliki bunga dioecious artinya tanaman yang berbeda menghasilkan bunga jantan atau betina. Bunga jantan memiliki satu benang sari.[4][5]. Buah yang matang berbentuk bulat, seukuran bola tenis, dan berwarna oranye terang.[3]

Anatomi Daun

sunting

Hasil pengamatan pada sayatan transversal daun menunjukkan bahwa daun F. punctata memiliki mesofil tipe dorsiventral, hipodermis pada salah satu sisi, yaitu sisi adaksial, serta litosit pada sisi adaksial dan sisi abaksial daun.[6]

Pemanfaatan

sunting

Habitus yang relatif besar dan lengkap dengan tajuk yang lebar dapat menghubungkan pohon satu ke pohon yang lain sehingga menyediakan jalur pergerakan yang mudah bagi kelompok lutung jawa. Selain itu, tajuk yang rimbun melindungi tumbuhan dari gangguan dan predator.[7] Daun F. punctata sering dimakan oleh kupu - kupu Maple kecil (Chersonesia peraka).[8]Adapun, masyarakat menggunakan pucuk daun yang dipanaskan perlahan di atas api dan mengoleskannya sebagai tapal pada kulit yang gatal. Daunnya juga digunakan untuk mengobati demam dan sakit gigi.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ "Ficus punctata". plantamor.com. Diakses tanggal 2024-12-24. 
  2. ^ "Ficus punctata Thunb. | Plants of the World Online | Kew Science". Plants of the World Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-25. 
  3. ^ a b c d Heim, Edgar (2015-02-09). Flora and Vegetation of Bali Indonesia: An Illustrated Field Guide (dalam bahasa Inggris). BoD – Books on Demand. ISBN 978-3-7347-6346-5. 
  4. ^ a b c "NParks | Ficus punctata". www.nparks.gov.sg. Diakses tanggal 2024-12-25. 
  5. ^ a b "Ficus punctata | Flora Malesiana". portal.cybertaxonomy.org. Diakses tanggal 2024-12-25. 
  6. ^ Pangemanan, Euis F. S.; Ratag, Semuel P.; Lasut, Marthen T. (2022-12-19). "Comparative Anatomy Of Leaves Of Several Types Of Ficus". Jurnal Agroekoteknologi Terapan. 3 (2): 382–387. doi:10.35791/jat.v3i2.44519. ISSN 2797-0647. 
  7. ^ Sulistyadi, Eko; Kartono, Agus Priyono; Maryanto, Ibnu (2013). "Pergerakan lutung jawa Trachypithecus auratus (E. Geoffroy 1812) pada fragmen habitat terisolasi di Taman Wisata Alam Gunung Pancar (TWAGP) Bogor". Berita Biologi. 12 (3): 383–395. 
  8. ^ Alvin, Francis S. L. Lok; Ang, W. F; Ng, B. Y. Q.; Leong, T. M; Yeo, C. K; Tan, Hugh T. W (2013). Native Fig Species as a Keystone Resource for the Singapore Urban Environment (PDF). Singapore: Raffles Museum of Biodiversity Research. hlm. 25. ISBN 978-981-08-8660-8.